Saturday, January 9, 2016

Makalah Adjektiva



MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
ADJEKTIVA



OLEH:
RISKA AWALIA
1551041028
KELAS C
PBSI/JBSI
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2015






KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Adjektiva tepat pada waktunya. Salawat serta taslim tak lupa pula kita panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.
Kami berterima kasih kepada ibu Prof. Dr. Johar Amir selaku dosen pada mata kuliah Morfologi BahasaIndonesia karena telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.

Makassar, 27 Desember 2015

PENULIS
(RISKA AWALIA)













DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang............................................................................................................................4
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
C.     Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN
A.     Afiksasi Pembentukan Adjektiva...............................................................................................8
B.     Adjektiva ditinjau dari Segi Perilaku Semantisnya, dari Segi Perilaku Sintaksisnya, dan dari Segi Bentuknya........................................................................................................................14
C.     Pertarafan Adjektiva dan Adjektiva dengan Kelas Kata Lain.................................................17
BAB IV PENUTUP
A.     Keimpulan...............................................................................................................................21
B.     Saran........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................22















BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pada dasarnya kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung arti dan makna.Kata dapat digolongkan ke dalam kelas-kelas yang berbeda-beda yang sering kita sebut dengan kelas kata.Kelas kata termasuk salah satu permasalahan yang selalu diperbincangkan dalam analisis bahasa, hal ini terjadi karena adanya perbedaan alam penggolongan atau pengelasan kata oleh para ahli.
Kosa kata bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas adjektiva pada umumnya berupa kata yang telah ‘jadi’, atau bentuk yang berupa akar. Maka tidak ada yang perlu dibentuk terlebih dahulu dengan proses pemberian afiks. Jadi, tidak sama dengan kata-kata berkategori nomina dan verba yang sebagian besar perlu dibentuk dulu dengan proses afiksasi. Namun, dalam hampir semua buku tata bahasa, termasuk juga buku Kridalaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata berafiks yang bentuk dasarnya berkategori adjektiva dan berkategori nomina tetapi memiliki kompenen makna ( + sifat) atau (+ keadaan) digolongkan juga sebagai kata berkelas adjektiva. Memang kadang-kadang diakui juga bahwa kata bentukan bertumpang tindih dengan kategori lain.
Ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia ‘asli’ yang berkategori adjektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasal dari unsur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Belanda.Kita hanya bisa mengenal kosakata berkategori adjektiva yang berasal ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi semantic dan segi fungsi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana afiksasi pembentukan adjektiva?
2.      Bagaimana bentuk adjektiva dari segi bentuknya, perilaku semantisnya, dan perilaku sintaksinya?
3.      Bagaimana adjektiva dengan kelas kata lain?

C.     Tujuan
1.      Mendeskripsikan afiksasi pembentukan adjektiva
2.      Mendeskripsikan adjektiva dari bentuknya, dari perilaku semantisnya, dan dari perilaku sintaksisnya
3.      Mendeskripsikan adjektiva dengan kelas kata


BAB II
KAJIAN TEORI

Adjektiva (kata sifat) adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomima dalam kalimat.Ajektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif.Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan.Contoh kata pemeri kualitasatau keanggotaan dalam suatu golongan itu adalah kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda. Seperti pada contoh berikut:
(1)   Anak kecil
Beban berat
Baju merah
Meja bundar
Alam gaib
Pemain ganda
Adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat.Fungsi prdikatif dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit,basah, baik, dan sadar.
(2)   a. Agaknya dia sudah mabuk
b. Orang itu sakit dan tidak tertolong lagi
c. Bajunya basah kena hujan
d. Ia berhasil dengan baik
e. Hal itu dikemukakannya secara sadar
Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya.Perbedaan tingkat kualitas dditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak di samping adjektiva. Contohnya:
(3)   a. Anak itu sangat kuat
b. Agak jauh juga rumahnya
Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata lebih dan paling di muka adjektiva. Contohnya:
(4)   a. Saya lebih senang di sini daripada di sana
b. Anaknya yang paling besar lulus kemarin
Batasan kata sifat (adjektiva) adalah segala macam kata yang dapat mengambil bentuk se + redupliksi kata dasar + nya, misalnya ;
o   se + tinggi-tinggi + nya
o   se + cepat-cepat + nya
o   se + baik-baik + nya
karena tinggi, cepat, dan baik dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya, maka keriga itu tergolong dalam kelas kata sifat (adjektiva).
Batasan lain yang dikemukakan oleh Keraf mengenai kaa sifat dalam bahasa Indonesia adalah bahwa segala kata yang dapat diperluas dengan paling, lebih, dan sekali adalah kata sifat. Misalnya: paling sedikit, lebih cantik, dan hitam sekali.
Karena sedikit, cantik, dan hitam dapat diperluasdengan paling, lebih, dan sekali, maka ketiga kata itu tergolong dalam kelas kata sifat (adjektiva).
Adapun pengertian dan batasan adjektiva dari beberapa ahli antara lain:
1)      Harimurti Kridalaksana
Menurut Harimurti Kridalaksana (1994), adjektiva atau sering juga disebut sebagai kata sifat adalah kategorisasi yang ditandai oleh kemungkinannya untuk:
a.       Bergabung dengan partikel tidak
b.      Mendampingi nomina atau
c.       Didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak
d.      Mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er (er dalam honorer), -if ( if dalam sensitive), -i (i dalam alami), atau
e.       Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti adil menjadi keadilan, halus menjadi kehalusan, yakin menjadi keyakinan.
Dari bentuknya, addjektiva dapat dibedakan menjadi:
1.      Adjektiva dasar, yaitu adjektiva yang belum mendapat proses morfologis seperti adil, bagus, bebas, suci.
2.      Adjektiva turunan, yaitu adjektiva yang telah melalui proses morfologis seperti terhormat, kebelanda-belandaan, berbakti, berminat, bernafsu, hewani, insani, berat lidah, besar mulut, keras kepala, aman sentosa, letih lesu, porak-poranda.
Terdapat dua kategori adjektiva yaitu:
a.       Adjektiva Predikatif dan Adjektiva Atributif.
1.      Ajektiva predikatif yaitu adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa, misalnya hangat, sulit, mahal.
2.      Adjektiva atributif yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam frase nominal. Misalnya nasional.
Pada umumnya, adjektivva predikatif dapat berfungsi sebagai atributif, sedangkan adjektiva atributif tidak dapat berfungsi secara preikatif.
b.      Adjektiva Bertaraf dan Adjektiva Tak Bertaraf
1.      Adjektiva bertaraf adalah adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya. Contohnya: agak pekat, sangat makmur.
2.      Adjektiva tak bertaraf adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya. Contohnya: nasional, intern.
2)      Hasan Alwi dkk
Menurut Hasan Alwi dkk, adjektiva adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat yang mengacu kepada suatu keadaan.
























BAB III
PEMBAHASAN

A.     Afiksasi Pembentukan Adjektiva
1.      Dasar Adjektiva Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
(1)   Dasar   +          pe-       =>        pe-dasar
(2)   Dasar   =>        me-dasar-kan   +          pe-       =>        pe-dasar
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau dasar adjektiva itu memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Misalnya:
o   Pemalu
*Contoh dalam kalimat: Wanita itu sangat pemalu saat bertemu banyak orang.
o   Pemarah
*Contoh dalam kalimat: Dia sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol emosi.
o   Pengecut
*Contoh dalam kalimat: Dika sangat pengecut karena tidak mempertanggungjawabkan perkataannya.
o   Pendendam
*Contoh dalam kalimat: Orang itu terlihat seperti pendendam dari raut wajahnya.
o   Pemberani
*Contoh dalam kalimat: Roni sangat pemberani melawan penjahat itu.
Pemberian prefiks pe-melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar adjektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya:
o   Penjinak
*Contoh dalam kalimat: Dia adalah seorang penjinak ular yang sering disebut dengan pawang ular.
o   Pengering
*Contoh dalam kalimat: Tiba-tiba pengering mesin cuciku rusak.
o   Pemutih
*Contoh dalam kalimat: Randi disuruh oleh ibunya untuk membeli pemutih pakaian di warung.


o   Pendingin
*Contoh dalam kalimat: Ibu sedang mengatur suhu pendingin ruangan di kamarnya.
o   Penghitam
*Contoh dalam kalimat: Nenek menyuruh Tono membeli penghitam rambut di salon dekat rumahnya.
Kedua kata berprefiks pe-dengan dasar adjektiva sesungguhnya berkategori nomina, sebab semuanya dapat diawali adverbial bukan; tetapi tidak semua dapat diawali adverbia agak dan sangat.Bentuk agak pemalu berterima; tetapi agak pemuda dan sangat pembersih tidak berterima.

2.      Dasar Adjektiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar adjektiva memberi maakna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan nomina yang mengikutinya. Misalnya:
-          Sepandai A, “sama pandai dengan A”
*Contoh dalam kalimat: Roni sepandai Rina dalam hal menggambar.
-          Secantik B, “sama cantik dengan B”
*Contoh dalam kalimat: Reni secantik bidadari meski dia tidak bersolek.
-          Setinggi C, “sama tinggi dengan C”
*Contoh dalam kalimat: Tiang listrik itu setinggi tiang bendera di sana.
-          Semahal D, “sama mahal dengan D”
*Contoh dalam kalimat: Baju anak-anak semahal baju orang dewasa.
Dasar adjektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori adjektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak dan sangat.Bentuk agak sepintar dan sangat sepintar.Tidak berterima.Prefiks se- pada dasar adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu system penderajatan. Contoh:
Setinggi → sama tinggi → tingkat sama
(tinggian) →lebih tinggi → tingkat lebih
(tertinggi) → paling tinggi → tingkat paling

3.      Dasar Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- paa semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya:
-          Tercantik, “paling cantik”
*Contoh dalam kalimat: Dian adalah wanita tercantik yang pernah Doni liat.
-          Terbodoh, “paling bodoh”
*Contoh dalam kalimat: Randi adalah laki-laki terbodoh karena lebih mementingkan pacarnya ketibang ibunya sendiri.

-          Terbesar, “paling besar”
*Contoh dalam kalimat: Hotel Sahid merupakan salah satu hotel terbesar yang berada di Yogyakarta.
Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks ter-tidaklah termasuk berkategori adjektiva, melainkan berkategori verba, bentuk seperti agak termahal dan sangat termahal tidak berterima.
Prefiks ter- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan superlatif dalam suatu sistem penderajatan. perhatikan
o   (setinggi)               =>        sama tinggi       =>        tinggi sama
o   (tinggian)              =>        lebih tinggi       =>        tinggi lebih
o   tertinggi                 =>        paling tinggi     =>        tingkat paling (superlatif)

4.      Dasar Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar adjektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila adjektiva itu memiliki komponen makna (+warna). Misalnya:
-          Kehitaman, “agak hitam”
*Contoh dalam kalimat: Mobil itu agak sedikit kehitaman berada di bawah lampu jalan.
-          Kemerahan, “agak merah”
*Contoh dalam kalimat: Warna kulit  Sinta agak kemerahan pada saat baru  lahir.
-          Kebiruan, “agak biru”
*Contoh dalam kalimat: Asri menyukai warna kamar yang sedikit kebiruan.
-          Kekuningan, “agak kuning”
*Contoh dalam kalimat: Warna nasi yang dijual kemarin di warung itu agak sedikit kekuningan.
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar adjektiva bila diberi konfiks ke-an. Diantaranya adalah:
1)      Bermakna gramatikal ‘terlalu (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna), (+ rasa) atau (+ukuran). Misalnya:
·         Kekecilan, “terlalu kecil”
*Contoh dalam kalimat: Mobil itu sangat kekecilan karena tidak bisa memuat seluruh anggota keluarganya.
·         Kekenyangan, “terlalu kenyang”
*Contoh dalam kalimat: Saya terlalu kekenyangan setelah memakan makanan yang telah dimasak oleh chef Juna.
·         Keasinan, “terlalu asin”
*Contoh dalam kalimat: Sayur asam yang dimasak oleh ibu Sonya terlalu keasinan.
Bentuk dasar adjektiva dengan konfiks ke-an yang bermakna gramatikal ‘terlalu (dasar)’ ini bukan berkategori adjektiva, melainkan berkategori verba.
2)      Bermakna gramatikal ‘hal (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
·         Ketakutan, “hal takut”
*Contoh dalam kalimat: Laki-laki itu merasa ketakutan saat berjalan di depan kuburan yang keramat tersebut.
·         Kesedihan, “hal sedih”
*Contoh dalam kalimat: Kesedihan yang saya alami saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan pada saat saya kehilangan seorang ayah.
·         Keberanian, “hal berani”
*Contoh dalam kalimat: Pemuda itu patut diacungi jempol atas keberaniannya melawan anggota geng motor tadi malam.

5.      Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
       Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat batin). Misalnya:
-          Memalukan, “menyebabkan malu”
*Contoh dalam kalimat: Tim sepak bola itu sangat memalukan di lapangan saat bertanding melawan PERSIJA.
-          Mengecewakan, “menyebabkan kecewa”
*Contoh dalam kalimat: nilai rapor Ana sangat mengecewakan
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek.

6.      Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
       Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
-          Mencintai, “merasa cinta pada”
*Contoh dalam kalimat: Kedua pasangan itu saling mencintai.
-          Mengagumi, “merasa kagum pada”
*Contoh dalam kalimat: Saya mengagumi laki-laki yang rajin beribadah itu.
-          Menghormati, “merasa hormat pada”
*Contoh dalam kalimat: Sebagai anak, Winda harus menghormati orang tuanya bukan malah kurang ajar.
       Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba verba dapat diikuti oleh sebuah objek.

7.      Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan tidak. Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba juga bisa termasuk ketegori ajektiva.

8.      Pembentukan Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata standarditition menjadi standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping kita menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kata objektive menjadi objektive.

a.       Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”, seperti”
-          if, misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif, administratif, kolektif, primituf, dan konsumtif.
-          ik, misalnya: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
-          is, misalnya: teknis, akademis, kronologis, kritis, birikratis, nasionalis, dan egois.
-          istis, misalnya: egoistis, persimistis, materialistis, optimistis, dan pluralistis.
-          al, misalnya: konseptual, gramatikal, prosedural, komunal, material, individual, dan seremonial.
-          il, misalnya: prinsipil, idiil, dan komersil.
       “akhiran” il dari bahasa Belanda menurut pedoaman EYD harus diganti dengan “akhiran” al dari bahasa Inggris. Namun, ada “akhiran”il dan al tidak bisa dipertukarkan karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan ideal.
b.      Kata serapan dari bahasa Arab
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”, antara lain:
-          i, misalnya: rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
-          iah, misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
-          wi, misalnya: duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, hadirin, dan muhajirin.
-          at, misalnya: hadirat, mukminat, dan muslimat.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, buak hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.





B.     Adjektiva dari Segi Perilaku Semantisnya, dari Segi Perilaku Sintaksisnya, dan dari Segi Bentuknya

1). Adjektiva dari Segi Perilaku Semantisnya
Sukar dibedakan antara bentuk adjektiva dasar, verba dasar, dan nomina dasar.Untuk itu, klasifikasi adjektiva ditentukan berdasarkan ciri semantis. Pengelompokannya menjadi beberapa tipe bertalian dengan korelasi antara ciri semantis serta proses pembentukan dan enurunannya secara morfologis, serta korelasi ciri semantis dan perilaku sintaksisnya.
Kelas ajektiva menunjukkan adanya dua tipe pokok: adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan adjektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. Pembedaan adjektiva yang bertaraf dari adjektiva yang tak bertaraf bertalian dengan mungkin tidaknya adjektiva itu menyatakan berbagai tingkat kualitas dan berbagai tingkat bandingan.
1.      Ajektiva Bertaraf
Adjektiva bertaraf dapat dibagi atas 1) adjektiva pemeri sifar, 2) adjektiva ukuran, 3) adjektiva warna, 4) adjektiva waktu, 5) adjektiva jarak, 6) adjektiva sikap batin, dan 7) adjektiva cerapan.Secara semantic batas di antara tujuh kategori itu tidak terlalu jelas, bahkan kadang-kadang bertumpang tindih. Namun, secara morfologis akan tampak perbedaan potensi penurunannya.
a.       Adjektiva Pemeri Sifat
Adjektiva pemeri sifat jenis ini dapat memerikan kualitas dan intensitas yang becorak fisik atau mental.contohnya: lingkungan nyaman, rumah bersih, pasangan serasi, sungai dangkal, udara sejuk, dan the dingin.
b.      Adjektiva ukuran
Adjektiva ukuran mengacu pada kualitas yang dapat diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif. Contohnya: pekerjaan berat, baju lengan pendek, timbangan ringan, rumah kecil, menara tinggi, badan besar, plafon rendah, dan kursi panjang.
c.       Adjektiva warna
Adjektiva warna mengacu pada warna sesuatu,sepertibaju merah, warna hitam, sepatu putih, daun hijau, langit biru. nama warna dapat berasal dari nama buah atau tumbuhan, seperti sawo (matang), kopi (susu), dan nila atau berasal dari bahasa asing, seperti orange, dan krem.
Adjektiva warna dapat diberi petawas (misalnya muda atau tua), yang diletakkan di belakang jektiva, seperti merah muda berarti ‘merah agak pucat’, ‘merah yang kurang merah’, ‘merah kurang terang’, atau ‘merah kurang gelap’; dan merah tua berarti ‘merah kehitam-hitaman’, atau ‘merah sangat merah’. Adjektiva dapat diberi petawas semu ‘agak’ atau ‘sedikit’, seperti semu merah ‘agak merah’ dan semu hijau ‘agak hijau’. Nama warna dapat berupa gabungan nama dua warna, yang unsur keduanya diulang, seperti cokelat kehitam-hitaman, biru kehiju-hijauan, dan hijau kekuning-kuningan.
d.      Adjektiva waktu
Adjektiva waktu mengacu pada masa proses, pembuatan, atau keadaan berad atau berlangsungnya sesuatu, seperti lama, seger, sering, cepat, lambat, larut, menddak, singkat, dan jarang.


e.       Adjektiva jarak
Adjektiva jarak mengacu pada ruang antara dua benda, tempat, atau maujud sesuatu (yang menjadi pewatas nomina), seperti rumah yang jauh, jarak dekat, hutan lebat, jarak rumah itu rapat, hubungan renggang, sahabat karib, pikiran sempit, dan semalam suntuk.
f.       Adjektiva sikap batin
Adjektiva sikap batin bertalian dengan atau merujuk pada suasana hati atau perasaan, misalnya bahagia, kasih, bangga, ngeri, benci, pening, rindu, ragu, cemas, risau, lembut, sakit, gembira, sedih, iba, jahat, segan, takut, jemu, yakin, dan kagum.
g.       Adjektiva cerapan
Adjektiva cerapan bertalian dengan panca indera, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencitarasaan. Misalnya:
Penglihatan: gemerlap, suram, terang
Pendengaran: bising, gurau, jelas, merdu, nyaring, serak
Penciuman: anyir, busuk, harum, amis, tengik, wangi
Perabaan: bsah, halus, kasar, keras, kesat, lembab, lembut
Pencitarasaan: asam, enak, kelat, lezat, lemak, pahit, payau, tawar.

2.      Adjektiva tak bertaraf
Adjektiva tak bertaraf menempatkan acuan nomina yang diwatasinya di dalam kelompok atau golongan tertentu.Kehadirannya di dalam lingkungan itu tidak dapat bertaraf-taraf sehingga nomina acuannya harus berada di dalam atau diluar kelompok itu, misalnya dunia gaib, kisah abadi, jalan buntu, batas mutlak, makna ganda, hitungan genap, istri sah, dan hidup kekal.
Beberapa adjektiva dapat dipakai sebagai adjektiva bertaraf dan tak bertaraf sekaligus, bergantung pada makna yang akan disampaikannya. Misalnya, sadar yang bertarti ‘insaf akan kewajibannya’ termasuk adjektiva bertaraf, tetapi sadar yang berarti ‘keadaan ingat akan dirinya’ atau ‘siuman’ termasuk adjektiva tak bertaraf.

            2). Adjektva dari Segi Perilaku Sintaksisnya
Ø  Fungsi Atributif
Adjektva yang merupakan pewatas dalam frasa nominal yang nominanya menjadi subjek, objek, atau pelengkap dikatakan dipakai secara atributif. Tempatnya di ebelah kanan nomina. Contoh: buku merah, harga mahal, gadis kecil, suara lembut, dan baju putih.
Jika pewatas nomin lebih dri satu, rangkaian pewatas itu lazimnya dihubungkan oleh kata yang. Contoh:
-          Baju putih yang panjang
-          Mobil tua yang murah
-          Baju putih yang panjang dan bersih
-          Mobil tua yang murah dan populer

Ø  Fungsi Predikatif
Adjektiva yang menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausadikataan dipakai sebagai predikatif. Contoh:
-          Gedung yang baru itu sangat megah.
-          Setelah menerima rapor, mereka sangat gembira.
-          Ayah mengecat pintu dapur biru kelam.
-          Hatinya tidak akan tenang sebelum suaminya kembali
-          Disangkanya saya ini kaya betul
Jika subjek atau predikat kalimat berupa frasa atau klausa yang panjang, demi kejelasan batas antara subjek dan predikat itu kadang disisipkan kata adalah. Contonya: yang disarankannya kepadamu itu (adalah) baik.
            3). Adjektiva dari Segi Bentuknya
Dari segi bentuknya, adjektiva terdiri atas (a) adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan (b) adjektiva turunan yang selalu polimorfemis.
a.       Adjektiva dasar (monomorfemis)
Sebagian besar adjektiva dasar merupakan bentuk yang monomorfemis, meskipun ada yang berbentk perulangan semu. Contohnya:
Besar                                 pura-pura
Merah                                sia-sia
Sakit                                  hati-hati
Bundar                              tiba-tiba
b.      Adjektiva Turunan (polimorfemis)
Adjektiva turuna dapat merupakan
1.      Hasil pengafisan, sebagaimana dapat dilihat pada ajektiva tingkat ekuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-
2.      Hasil pengafisan dengan infiks atau sisipan –em- ada nomina dan ajektiva yang jumlahnya sangat terbatas. Contoh:
Adjektiva                                            Nomina
Gemetar                                               Getar
Gemuruh                                             Guruh
Kemilap                                               Kilap
Kemilau                                               Kilau
Semantan                                             Santan
Gemerlap                                             Gerlap
Gemilang                                             Gilang
Temaram                                             Taram
Semerbak                                             Serbak
3.      Hasil penyerapan ajektiva brafiks dari bahasa lain seperti bahasa Arab, Belanda, dan Inggris. Misalnya: alamiah, insaniah, manusiawi, alami, ragawi.

C.     Pertarafan Adjektiva dan Adjektiva dengan Kelas Kata Lain

1.      Pertarafan Adjektiva
Adjektiva bertaraf dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan berbagai tingkat bandingan yang dinyatakan dengan pewatas seperti: benar, sangat, terlalu, agak, dan makin. Pembedaan tingkat bandingan dinyatakan dengan pewatas, seperti, letih, kurang, dan paling.
a.       Tingkat Kualitas
Berbagai tingkat kualitas secara relatif menunjukkan tingkat intensitas yang lebih tinggi tu lebih rendah. Ada enam tingkat kualitas atau intensitas:
1.      Tingkat Positif
Memberikan kualitas atau intensitas maujud yang diterangkan, dinyatakan oleh adjektiva tanpa pewatas. Contoh:
·         Indonesia kaya akan hutan
·         Suasana kini sudah tenang
·         Eskipun baru dibuka, toko itu sudah ramai.

2.      Tingkat Intensif
Menekankan kadar kualitas atau intensitas, yang dinyatakan dengan memakai pewatas benar, betul, atau sungguh. Contoh:
·         Pak Asep setia benar dalam pekerjaannya
·         Mobil itu cepat betul jalannya
·         Gua di gunung itu sungguh mengerikan.
3.      Tingkat Elatif
Menggambarkan tingkat kualitas atau intensitas yang tinggi, dinyatakan dengan memakai pewatas amat, sangat, sekal, atau amat sangat. Contoh:
·         Sikapnya sangat angkuh ketika menerima kami
·         Orang itu memang amat sangat pintar.
4.      Tingkat Eksesif
Mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang berlebih, atau yang melampaui batas kewajaran, dinyatakan dengan memakai pewatas terahulu, terlampau, dan kelewat. Contoh:
·         Mobil itu terlalu mahal
·         Soal yang diberikan tadi terlampau sukar
·         Orang yang melamar sudah kelewat banyak
5.      Tingkat Augmentatif
Menggambarkan naiknya atau bertambahnya tingkat kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas makin, atau semakin. Contoh:
·         Sutarno menjdi semakin kaya
·         Makin banyak peserta makin baik
·         Perumahan rakyat menjadi semakin penting
6.      Tingkat Atenuatif
Memerikan penurunan kadar kualitas atau pelemahan intensitas, dinyatkan dengan memakai pewatas agak dan sedikit. Contoh:
·         Gadis yang gak malu itu diterima sebagai pegawai
·         Saya merasa agak tertarik membaca novel itu
·         Anto sedikit marah ketika jatahnya diambil
b.      Tingkat Bandingan
Tngkat kualitas atau intensitanya dapat setara atau tidak setara. Tingkat yang setara disebut tingkat ekuatif, tingkat yang tidak setara ada dua macam yaitu tingkat kmparatif dan tingkat superlatif.
1.      Tingkat Ekuatif
Mengacu ke kadar kualitas yang sama atau hampir sama. Peranti bahasa yang digunakan ialah bentuk klitik se- yang ditempatkan di depan adjektiva. Contoh:
·         Tuti secantik ibunya
·         Toni tidak seberani ibunya
·         Saya tidak seredah seperti yang engkau sangka
2.      Tingkat Komparatif
Mengacu ke kadar kualitas yang lebih atau yang kurang. Pewatas yang dipakai ialah lebih dari (pada), kurng dari (pada), dan dengan/dari (pada). contoh:
·         Dia lebih ilmiah dari(pada) pakar asing
·         Juned lebih keras kepla dari(pada) Daud
·         Restoran ini kurang bersi dari(pada) retoran itu
3.      Tingkat Superlatif
Mengacu ke tingkat kualitas yang paling tinggi di antara semua acuan adjektiva yang dibandingkan.dinyatakan dengan pemakaian afiks ter- atau pewatas paling di muka adjektiva yang bersangkutan. Contoh:
·         Toni yang paling rajin diantara semua siswa
·         Kamar ini yang termahal yang pernah saya sewa
·         Saya perlukan paling lama dua jam untuk datang

2.      Adjektiva dan Kelas Kata Lain
1.      Adjektiva Deverbal
Ada sekelompok verba dalam bahasa Indnesia yang tanpa perubahan bentuk dapat berfungsi sebagai adjektiva. Verba-verba ini pada mulanya diturunkan dari kata dasar yang dibubuhi dengan afiks-afiks tertentu seperti meng-, meng—kan, ter-, dan ber-. Contohnya: menarik, memukau, memikat, mencekam, menggembirakan, memalukan, menakutkan, mengherankan, terkenal, terharu, terkejut, tercinta, beruntung, berbahaya, berkembang, berharga. Contoh kalimatnya:
·         Pertunjukan itu menarik perhatian pak Gubernur
·         Senyumnya memikat hati siapa pun yang melihatnya
·         Turunnya harga semabko menggembirakan rakyat kecil

2.      Adjektiva Denominal
Adjektiva denominal tidak terlalu banyak jumlahnya. Ada dua proses morfologis yaitu:

a.       Adjektiva bentuk pe(r)- atau peng-
Kelompok adjektiva ini berasal dari nomina yang mengandung makna ‘yang ber-...’ atau ‘yang peng-...’ seperti pelupa, pemalas, pemalu, pemarah, pendiam, pengampun, pengasih, penyayang, pendendam, pencemburu. Contoh kalimatnya:
·         Gadis yang pemalu itu selalu menunduk jika diajak bicara
·         Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mencintai segala makhluknya
b.      Adjektiva bentuk ke—an dengan reduplkasi
Memberikan sifat ‘mirip dengan’ apa yang diungkapkan oleh nomina yang menjadi dasar bentuk itu. Proses penurunannya dengan melalui nomina abstrak dengan kondiks ke—an yang kemudian direduplikasikan secara parsial. Contoh:
Nomina             Nomina                  Adjektiva
Ibu                                 keibuan                    keibu-ibuan
Bapak                kebapakan               kebapak-bapakan
Barat                  kebaratan                 kebarat-baratan
Contoh kalimatnya:
·         Perangainya yang keibu-ibuan disenangi anak buahnya
·         Agar ia dianggap berpendidikan Hanafi sering berlagak kebarat-baratan.














BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
kata-kata berafiks bahasa Indonesia sebagai kata berkelas adjektiva yang bertumpang tindih antara lain dasar adjektiva berprefiks pe-, dasaradjektiva berprefiks se-, dasar adjektiva berprefiks ter-, dasar adjektiva berkonfiks ke-an, dasar adjktiva berklofiks me-kan, dasar adektiva berklofiks me-i, dasar lain berkomponen makna ( + keadaan), dan pembentukan adjektiva dengan “afiks” serapan ( serapan dri bahasa Inggris, Belanda, dan Arab).
Adjektiva dari segi perilaku semantisnya terbagi atas adjektiva bertaraf dan adjektiva tak bertaraf, adjektiva dari segi perilaku sintaksisnya dapat berfungsi atributif dan predikatif, dan adjektiva dari segi bentuknya terdiri atas adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan adjektiva turunan yang selalu polimorfemis.
Pertarafan adjektica dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan berbagai tingkat bandingan. Dan adjektiva dengan kelas kata lain ada golonga yang dihasilkan dari verba dan nomina lewat proses transposisi, yang mengubah kelas kata tanpa perubahan bentuk, dianggap penurunan dengan afiksasi nol.

B.     Saran
Mempelajari lebih banyak tentang bahasa kita sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Kita harus bisa menciptakan suasana kelas yang pas dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Mampu berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.












DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Cetakan
Kedelapan. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Dola, Abdullah, 2011. Linguistik Khusus Bahasa Indonesia. Cetakan Pertama. Makassar: badan Penerbit UNM.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Bentuk Infleksional). Cetakan Kedua. Bandung: PT Refika Aditama.
Arifin, Zaenal, dan Junaiyah, 2007. Morfologi Bahasa Indonesia (Bentuk, Makna, dan Fungsi). Jakarta: PT Grasindo.