ADJEKTIVA
OLEH:
RISKA AWALIA
1551041028
KELAS C
PBSI/JBSI
FAKULTAS BAHASA
DAN SASTRA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Adjektiva” tepat pada waktunya. Salawat serta taslim tak
lupa pula kita panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun
kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.
Kami
berterima kasih kepada ibu Prof. Dr. Johar Amir selaku dosen pada mata kuliah Morfologi BahasaIndonesia karena
telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi
dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang
kurang.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.
Makassar,
27 Desember 2015
PENULIS
(RISKA
AWALIA)
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR
ISI............................................................................................................................................3
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................................................4
B. Rumusan
Masalah.......................................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB
II KAJIAN TEORI.........................................................................................................................5
BAB
III PEMBAHASAN
A. Afiksasi
Pembentukan Adjektiva...............................................................................................8
B. Adjektiva
ditinjau dari
Segi Perilaku Semantisnya,
dari Segi Perilaku Sintaksisnya, dan dari Segi Bentuknya........................................................................................................................14
C. Pertarafan
Adjektiva
dan Adjektiva dengan Kelas Kata Lain.................................................17
BAB
IV PENUTUP
A. Keimpulan...............................................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................................21
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
dasarnya kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung arti dan makna.Kata
dapat digolongkan ke dalam kelas-kelas yang berbeda-beda yang sering kita sebut
dengan kelas kata.Kelas kata termasuk salah satu permasalahan yang selalu
diperbincangkan dalam analisis bahasa, hal ini terjadi karena adanya perbedaan
alam penggolongan atau pengelasan kata oleh para ahli.
Kosa kata
bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas adjektiva pada umumnya berupa
kata yang telah ‘jadi’, atau bentuk yang berupa akar. Maka tidak ada yang perlu
dibentuk terlebih dahulu dengan proses pemberian afiks. Jadi, tidak sama dengan
kata-kata berkategori nomina dan verba yang sebagian besar perlu dibentuk dulu
dengan proses afiksasi. Namun, dalam hampir semua buku tata bahasa, termasuk
juga buku Kridalaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata berafiks
yang bentuk dasarnya berkategori adjektiva dan berkategori nomina tetapi
memiliki kompenen makna ( + sifat) atau (+ keadaan) digolongkan juga sebagai
kata berkelas adjektiva. Memang kadang-kadang diakui juga bahwa kata bentukan
bertumpang tindih dengan kategori lain.
Ciri
gramatikal kosakata bahasa Indonesia ‘asli’ yang berkategori adjektiva memang
tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasal dari unsur serapan
bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Belanda.Kita hanya bisa mengenal
kosakata berkategori adjektiva yang berasal ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi
semantic dan segi fungsi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
afiksasi pembentukan adjektiva?
2. Bagaimana
bentuk adjektiva dari segi bentuknya, perilaku semantisnya, dan perilaku
sintaksinya?
3. Bagaimana
adjektiva dengan kelas kata lain?
C.
Tujuan
1. Mendeskripsikan
afiksasi pembentukan adjektiva
2. Mendeskripsikan
adjektiva dari bentuknya, dari perilaku semantisnya, dan dari perilaku
sintaksisnya
3. Mendeskripsikan
adjektiva dengan kelas kata
BAB II
KAJIAN
TEORI
Adjektiva (kata sifat) adalah kata yang memberi
keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomima dalam
kalimat.Ajektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi
atributif.Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan
dalam suatu golongan.Contoh kata pemeri kualitasatau keanggotaan dalam suatu
golongan itu adalah kecil, berat, merah,
bundar, gaib, dan ganda. Seperti
pada contoh berikut:
(1) Anak
kecil
Beban berat
Baju merah
Meja bundar
Alam gaib
Pemain ganda
Adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan
adverbial kalimat.Fungsi prdikatif dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu
keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk,
sakit,basah, baik, dan sadar.
(2) a.
Agaknya dia sudah mabuk
b. Orang itu sakit dan tidak tertolong lagi
c. Bajunya basah kena hujan
d. Ia berhasil dengan baik
e. Hal itu dikemukakannya
secara sadar
Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya
menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang
diterangkannya.Perbedaan tingkat kualitas dditegaskan dengan pemakaian kata
seperti sangat dan agak di samping adjektiva. Contohnya:
(3) a.
Anak itu sangat kuat
b. Agak jauh juga rumahnya
Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh
pemakaian kata lebih dan paling di muka adjektiva. Contohnya:
(4) a.
Saya lebih senang di sini daripada di
sana
b. Anaknya yang paling besar lulus kemarin
Batasan kata sifat
(adjektiva) adalah segala macam kata yang dapat mengambil bentuk se +
redupliksi kata dasar + nya, misalnya ;
o
se
+ tinggi-tinggi + nya
o
se
+ cepat-cepat + nya
o
se
+ baik-baik + nya
karena tinggi, cepat, dan
baik dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya, maka keriga itu
tergolong dalam kelas kata sifat (adjektiva).
Batasan lain yang
dikemukakan oleh Keraf mengenai kaa
sifat dalam bahasa Indonesia adalah bahwa segala kata yang dapat diperluas
dengan paling, lebih, dan sekali adalah kata sifat. Misalnya: paling sedikit,
lebih cantik, dan hitam sekali.
Karena sedikit, cantik,
dan hitam dapat diperluasdengan paling, lebih, dan sekali, maka ketiga kata itu
tergolong dalam kelas kata sifat (adjektiva).
Adapun pengertian dan batasan adjektiva dari beberapa
ahli antara lain:
1) Harimurti
Kridalaksana
Menurut
Harimurti Kridalaksana (1994), adjektiva atau sering juga disebut sebagai kata
sifat adalah kategorisasi yang ditandai oleh kemungkinannya untuk:
a. Bergabung
dengan partikel tidak
b. Mendampingi
nomina atau
c. Didampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak
d. Mempunyai
ciri-ciri morfologis seperti –er (er dalam honorer), -if ( if dalam sensitive),
-i (i dalam alami), atau
e. Dibentuk
menjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti adil menjadi keadilan, halus
menjadi kehalusan, yakin menjadi keyakinan.
Dari
bentuknya, addjektiva dapat dibedakan menjadi:
1. Adjektiva
dasar, yaitu adjektiva yang belum mendapat proses morfologis seperti adil,
bagus, bebas, suci.
2. Adjektiva
turunan, yaitu adjektiva yang telah melalui proses morfologis seperti
terhormat, kebelanda-belandaan, berbakti, berminat, bernafsu, hewani, insani,
berat lidah, besar mulut, keras kepala, aman sentosa, letih lesu,
porak-poranda.
Terdapat
dua kategori adjektiva yaitu:
a. Adjektiva
Predikatif dan Adjektiva Atributif.
1. Ajektiva
predikatif yaitu adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa,
misalnya hangat, sulit, mahal.
2. Adjektiva
atributif yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam frase nominal. Misalnya
nasional.
Pada
umumnya, adjektivva predikatif dapat berfungsi sebagai atributif, sedangkan
adjektiva atributif tidak dapat berfungsi secara preikatif.
b. Adjektiva
Bertaraf dan Adjektiva Tak Bertaraf
1. Adjektiva
bertaraf adalah adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya. Contohnya: agak pekat, sangat
makmur.
2. Adjektiva
tak bertaraf adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak,
sangat, dan sebagainya. Contohnya: nasional, intern.
2) Hasan
Alwi dkk
Menurut
Hasan Alwi dkk, adjektiva adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus
tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.adjektiva juga dapat
berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat yang mengacu kepada suatu
keadaan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Afiksasi Pembentukan Adjektiva
1. Dasar
Adjektiva Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama
yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
(1)
Dasar + pe- => pe-dasar
(2)
Dasar
=> me-dasar-kan + pe- => pe-dasar
Pemberian afiks pe-
secara langsung dapat terjadi kalau dasar adjektiva itu memiliki komponen makna
(+ sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’.
Misalnya:
o
Pemalu
*Contoh dalam kalimat: Wanita itu sangat pemalu saat bertemu banyak orang.
o
Pemarah
*Contoh dalam kalimat: Dia sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol emosi.
o
Pengecut
*Contoh dalam kalimat: Dika sangat pengecut karena tidak
mempertanggungjawabkan perkataannya.
o
Pendendam
*Contoh dalam kalimat: Orang itu terlihat seperti pendendam dari raut wajahnya.
o
Pemberani
*Contoh
dalam kalimat: Roni sangat pemberani melawan
penjahat itu.
Pemberian
prefiks pe-melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar
adjektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memberi makna
gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya:
o
Penjinak
*Contoh dalam kalimat: Dia adalah seorang penjinak ular yang sering disebut dengan
pawang ular.
o
Pengering
*Contoh dalam kalimat: Tiba-tiba pengering mesin cuciku rusak.
o
Pemutih
*Contoh dalam kalimat: Randi disuruh oleh ibunya
untuk membeli pemutih pakaian di
warung.
o
Pendingin
*Contoh dalam kalimat: Ibu sedang mengatur suhu pendingin ruangan di kamarnya.
o
Penghitam
*Contoh dalam kalimat: Nenek menyuruh Tono membeli penghitam rambut di salon dekat
rumahnya.
Kedua kata berprefiks pe-dengan dasar adjektiva sesungguhnya
berkategori nomina, sebab semuanya dapat diawali adverbial bukan; tetapi tidak semua dapat diawali adverbia agak dan sangat.Bentuk agak pemalu
berterima; tetapi agak pemuda dan sangat pembersih tidak berterima.
2. Dasar
Adjektiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se-
pada semua dasar adjektiva memberi maakna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan
nomina yang mengikutinya. Misalnya:
-
Sepandai
A, “sama pandai dengan A”
*Contoh dalam kalimat: Roni sepandai Rina dalam hal menggambar.
-
Secantik
B, “sama cantik dengan B”
*Contoh dalam kalimat: Reni secantik bidadari meski dia tidak bersolek.
-
Setinggi
C, “sama tinggi dengan C”
*Contoh dalam kalimat: Tiang listrik itu setinggi tiang bendera di sana.
-
Semahal
D, “sama mahal dengan D”
*Contoh dalam kalimat: Baju anak-anak semahal baju orang dewasa.
Dasar adjektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori adjektiva sebab tidak dapat diawali adverbia
agak dan sangat.Bentuk agak sepintar dan
sangat sepintar.Tidak
berterima.Prefiks se- pada dasar
adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam
satu system penderajatan. Contoh:
Setinggi → sama tinggi → tingkat sama
(tinggian) →lebih tinggi → tingkat lebih
(tertinggi) → paling tinggi → tingkat paling
3. Dasar
Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- paa semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling
(dasar)’. Misalnya:
-
Tercantik,
“paling cantik”
*Contoh dalam kalimat: Dian adalah wanita tercantik yang pernah Doni liat.
-
Terbodoh,
“paling bodoh”
*Contoh dalam kalimat: Randi adalah laki-laki terbodoh karena lebih mementingkan
pacarnya ketibang ibunya sendiri.
-
Terbesar,
“paling besar”
*Contoh dalam kalimat: Hotel Sahid merupakan salah
satu hotel terbesar yang berada di
Yogyakarta.
Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks
ter-tidaklah termasuk berkategori
adjektiva, melainkan berkategori verba, bentuk seperti agak termahal dan sangat termahal
tidak berterima.
Prefiks ter- pada dasar ajektiva
bertugas membentuk tingkat perbandingan superlatif dalam suatu sistem
penderajatan. perhatikan
o
(setinggi) => sama tinggi => tinggi sama
o
(tinggian) => lebih tinggi => tinggi lebih
o
tertinggi => paling tinggi => tingkat paling (superlatif)
4. Dasar
Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar adjektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak
(dasar)’ bila adjektiva itu memiliki komponen makna (+warna). Misalnya:
-
Kehitaman,
“agak hitam”
*Contoh dalam kalimat: Mobil itu agak sedikit kehitaman berada di bawah lampu jalan.
-
Kemerahan,
“agak merah”
*Contoh dalam kalimat: Warna kulit Sinta agak kemerahan pada saat baru
lahir.
-
Kebiruan,
“agak biru”
*Contoh dalam kalimat: Asri menyukai warna kamar
yang sedikit kebiruan.
-
Kekuningan,
“agak kuning”
*Contoh
dalam kalimat: Warna nasi yang dijual kemarin di warung itu agak sedikit
kekuningan.
Ada
sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar adjektiva bila diberi konfiks ke-an. Diantaranya adalah:
1) Bermakna
gramatikal ‘terlalu (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
warna), (+ rasa) atau (+ukuran). Misalnya:
·
Kekecilan,
“terlalu kecil”
*Contoh dalam kalimat: Mobil itu sangat kekecilan karena tidak bisa memuat
seluruh anggota keluarganya.
·
Kekenyangan,
“terlalu kenyang”
*Contoh dalam kalimat: Saya terlalu kekenyangan setelah memakan makanan yang
telah dimasak oleh chef Juna.
·
Keasinan,
“terlalu asin”
*Contoh
dalam kalimat: Sayur asam yang dimasak oleh ibu Sonya terlalu keasinan.
Bentuk dasar
adjektiva dengan konfiks ke-an yang
bermakna gramatikal ‘terlalu (dasar)’ ini bukan berkategori adjektiva,
melainkan berkategori verba.
2) Bermakna
gramatikal ‘hal (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
sikap batin). Misalnya:
·
Ketakutan,
“hal takut”
*Contoh dalam kalimat: Laki-laki itu merasa ketakutan saat berjalan di depan kuburan
yang keramat tersebut.
·
Kesedihan,
“hal sedih”
*Contoh dalam kalimat: Kesedihan yang saya alami saat ini tidak ada apa-apanya
dibandingkan pada saat saya kehilangan seorang ayah.
·
Keberanian,
“hal berani”
*Contoh dalam kalimat: Pemuda itu patut diacungi
jempol atas keberaniannya melawan
anggota geng motor tadi malam.
5.
Dasar
Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar
ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)”
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat batin). Misalnya:
-
Memalukan,
“menyebabkan malu”
*Contoh dalam kalimat: Tim sepak bola itu sangat memalukan di lapangan saat bertanding
melawan PERSIJA.
-
Mengecewakan,
“menyebabkan kecewa”
*Contoh dalam kalimat: nilai rapor Ana sangat
mengecewakan
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya
berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia
dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti
oleh sebuah objek.
6.
Dasar
Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar
ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada”
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
-
Mencintai,
“merasa cinta pada”
*Contoh dalam kalimat: Kedua pasangan itu saling mencintai.
-
Mengagumi,
“merasa kagum pada”
*Contoh dalam kalimat: Saya mengagumi laki-laki yang rajin beribadah itu.
-
Menghormati,
“merasa hormat pada”
*Contoh dalam kalimat: Sebagai anak, Winda harus menghormati orang tuanya bukan malah
kurang ajar.
Dasar
ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva
dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan
sangat; dan sebagai verba verba dapat diikuti oleh sebuah objek.
7.
Dasar
Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva
dalam bahasa Indonesia sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut
“barang jadi” ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki
pula komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning
memiliki juga komponen makna (+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului
negasi bukan dan tidak. Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama
berterima. Ajektiva marah dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi
juga memiliki komponen makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat
diberi negasi bukan dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi,
tidak untung dan tidak rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan
beruntung bisa disebut berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa
disebut berkategori verba juga bisa termasuk ketegori ajektiva.
8.
Pembentukan
Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata
dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan
afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata
standarditition menjadi standardisasi
(-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping kita
menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kata objektive menjadi objektive.
a.
Kata
serapan dari bahasa Inggris dan Belanda
Kata
serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita
kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”, seperti”
-
if,
misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif, administratif,
kolektif, primituf, dan konsumtif.
-
ik,
misalnya: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
-
is,
misalnya: teknis, akademis, kronologis, kritis, birikratis, nasionalis, dan
egois.
-
istis,
misalnya: egoistis, persimistis, materialistis, optimistis, dan pluralistis.
-
al,
misalnya: konseptual, gramatikal, prosedural, komunal, material, individual,
dan seremonial.
-
il,
misalnya: prinsipil, idiil, dan komersil.
“akhiran” il dari bahasa Belanda menurut pedoaman EYD harus diganti
dengan “akhiran” al dari bahasa Inggris. Namun, ada “akhiran”il dan al tidak
bisa dipertukarkan karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan
ideal.
b.
Kata
serapan dari bahasa Arab
Kata
serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari
“akhiran” (dalam tanda petik”, antara lain:
-
i,
misalnya: rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
-
iah,
misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
-
wi,
misalnya: duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, hadirin, dan muhajirin.
-
at,
misalnya: hadirat, mukminat, dan muslimat.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik
Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa
Indonesia, buak hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan
kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah
dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi,
kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.
B.
Adjektiva
dari Segi Perilaku Semantisnya, dari Segi Perilaku
Sintaksisnya, dan dari Segi Bentuknya
1). Adjektiva dari Segi
Perilaku Semantisnya
Sukar dibedakan antara bentuk adjektiva dasar, verba
dasar, dan nomina dasar.Untuk itu, klasifikasi adjektiva ditentukan berdasarkan
ciri semantis. Pengelompokannya menjadi beberapa tipe bertalian dengan korelasi
antara ciri semantis serta proses pembentukan dan enurunannya secara
morfologis, serta korelasi ciri semantis dan perilaku sintaksisnya.
Kelas ajektiva menunjukkan adanya dua tipe pokok:
adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan adjektiva tak bertaraf
yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. Pembedaan adjektiva yang
bertaraf dari adjektiva yang tak bertaraf bertalian dengan mungkin tidaknya
adjektiva itu menyatakan berbagai tingkat kualitas dan berbagai tingkat
bandingan.
1. Ajektiva
Bertaraf
Adjektiva bertaraf dapat dibagi atas 1) adjektiva
pemeri sifar, 2) adjektiva ukuran, 3) adjektiva warna, 4) adjektiva waktu, 5)
adjektiva jarak, 6) adjektiva sikap batin, dan 7) adjektiva cerapan.Secara
semantic batas di antara tujuh kategori itu tidak terlalu jelas, bahkan
kadang-kadang bertumpang tindih. Namun, secara morfologis akan tampak perbedaan
potensi penurunannya.
a. Adjektiva
Pemeri Sifat
Adjektiva pemeri sifat jenis ini dapat memerikan
kualitas dan intensitas yang becorak fisik atau mental.contohnya: lingkungan nyaman, rumah bersih, pasangan
serasi, sungai dangkal, udara sejuk, dan the dingin.
b. Adjektiva
ukuran
Adjektiva ukuran mengacu pada kualitas yang dapat
diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif. Contohnya: pekerjaan berat, baju lengan pendek, timbangan ringan, rumah kecil,
menara tinggi, badan besar, plafon rendah, dan kursi panjang.
c. Adjektiva
warna
Adjektiva warna mengacu pada warna sesuatu,sepertibaju merah, warna hitam, sepatu putih, daun
hijau, langit biru. nama warna dapat berasal dari nama buah atau tumbuhan,
seperti sawo (matang), kopi (susu), dan
nila atau berasal dari bahasa asing,
seperti orange, dan krem.
Adjektiva warna dapat diberi petawas (misalnya muda atau tua), yang diletakkan di belakang jektiva, seperti merah muda berarti ‘merah agak pucat’,
‘merah yang kurang merah’, ‘merah kurang terang’, atau ‘merah kurang gelap’;
dan merah tua berarti ‘merah
kehitam-hitaman’, atau ‘merah sangat merah’. Adjektiva dapat diberi petawas semu ‘agak’ atau ‘sedikit’, seperti semu merah ‘agak merah’ dan semu hijau ‘agak hijau’. Nama warna
dapat berupa gabungan nama dua warna, yang unsur keduanya diulang, seperti cokelat kehitam-hitaman, biru
kehiju-hijauan, dan hijau
kekuning-kuningan.
d. Adjektiva
waktu
Adjektiva waktu mengacu pada masa proses, pembuatan,
atau keadaan berad atau berlangsungnya sesuatu, seperti lama, seger, sering, cepat, lambat, larut, menddak, singkat, dan
jarang.
e. Adjektiva
jarak
Adjektiva jarak mengacu pada ruang antara dua benda,
tempat, atau maujud sesuatu (yang menjadi pewatas nomina), seperti rumah yang jauh, jarak dekat, hutan lebat, jarak
rumah itu rapat, hubungan renggang, sahabat karib, pikiran sempit, dan semalam
suntuk.
f. Adjektiva
sikap batin
Adjektiva sikap batin bertalian dengan atau merujuk
pada suasana hati atau perasaan, misalnya bahagia,
kasih, bangga, ngeri, benci, pening, rindu, ragu, cemas, risau, lembut, sakit,
gembira, sedih, iba, jahat, segan, takut, jemu, yakin, dan kagum.
g. Adjektiva
cerapan
Adjektiva cerapan bertalian dengan panca indera, yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencitarasaan. Misalnya:
Penglihatan: gemerlap, suram, terang
Pendengaran: bising, gurau, jelas, merdu, nyaring,
serak
Penciuman: anyir, busuk, harum, amis, tengik, wangi
Perabaan: bsah, halus, kasar, keras, kesat, lembab,
lembut
Pencitarasaan: asam, enak, kelat, lezat, lemak, pahit,
payau, tawar.
2. Adjektiva
tak bertaraf
Adjektiva tak bertaraf menempatkan acuan nomina yang
diwatasinya di dalam kelompok atau golongan tertentu.Kehadirannya di dalam
lingkungan itu tidak dapat bertaraf-taraf sehingga nomina acuannya harus berada
di dalam atau diluar kelompok itu, misalnya dunia
gaib, kisah abadi, jalan buntu, batas mutlak, makna ganda, hitungan genap,
istri sah, dan hidup kekal.
Beberapa
adjektiva dapat dipakai sebagai adjektiva bertaraf dan tak bertaraf sekaligus,
bergantung pada makna yang akan disampaikannya. Misalnya, sadar yang bertarti ‘insaf akan kewajibannya’ termasuk adjektiva
bertaraf, tetapi sadar yang berarti
‘keadaan ingat akan dirinya’ atau ‘siuman’ termasuk adjektiva tak bertaraf.
2).
Adjektva dari Segi Perilaku Sintaksisnya
Ø Fungsi Atributif
Adjektva yang merupakan
pewatas dalam frasa nominal yang nominanya menjadi subjek, objek, atau
pelengkap dikatakan dipakai secara atributif. Tempatnya di ebelah kanan nomina.
Contoh: buku merah, harga mahal, gadis kecil, suara lembut, dan
baju putih.
Jika pewatas nomin lebih
dri satu, rangkaian pewatas itu lazimnya dihubungkan oleh kata yang. Contoh:
-
Baju
putih yang panjang
-
Mobil
tua yang murah
-
Baju
putih yang panjang dan bersih
-
Mobil
tua yang murah dan populer
Ø Fungsi Predikatif
Adjektiva
yang menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausadikataan dipakai
sebagai predikatif. Contoh:
-
Gedung
yang baru itu sangat megah.
-
Setelah
menerima rapor, mereka sangat gembira.
-
Ayah
mengecat pintu dapur biru kelam.
-
Hatinya
tidak akan tenang sebelum suaminya
kembali
-
Disangkanya
saya ini kaya betul
Jika subjek atau predikat
kalimat berupa frasa atau klausa yang panjang, demi kejelasan batas antara
subjek dan predikat itu kadang disisipkan kata adalah. Contonya: yang disarankannya kepadamu itu (adalah) baik.
3).
Adjektiva dari Segi Bentuknya
Dari segi bentuknya,
adjektiva terdiri atas (a) adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan (b)
adjektiva turunan yang selalu polimorfemis.
a.
Adjektiva
dasar (monomorfemis)
Sebagian
besar adjektiva dasar merupakan bentuk yang monomorfemis, meskipun ada yang
berbentk perulangan semu. Contohnya:
Besar pura-pura
Merah sia-sia
Sakit hati-hati
Bundar tiba-tiba
b.
Adjektiva
Turunan (polimorfemis)
Adjektiva
turuna dapat merupakan
1.
Hasil
pengafisan, sebagaimana dapat dilihat pada ajektiva tingkat ekuatif dengan
prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-
2.
Hasil
pengafisan dengan infiks atau sisipan –em- ada nomina dan ajektiva yang
jumlahnya sangat terbatas. Contoh:
Adjektiva Nomina
Gemetar
Getar
Gemuruh
Guruh
Kemilap
Kilap
Kemilau
Kilau
Semantan
Santan
Gemerlap
Gerlap
Gemilang
Gilang
Temaram
Taram
Semerbak
Serbak
3.
Hasil
penyerapan ajektiva brafiks dari bahasa lain seperti bahasa Arab, Belanda, dan
Inggris. Misalnya: alamiah, insaniah,
manusiawi, alami, ragawi.
C. Pertarafan
Adjektiva dan Adjektiva dengan Kelas Kata Lain
1. Pertarafan
Adjektiva
Adjektiva
bertaraf dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan
berbagai tingkat bandingan yang dinyatakan dengan pewatas seperti: benar, sangat, terlalu, agak, dan makin. Pembedaan tingkat bandingan
dinyatakan dengan pewatas, seperti, letih,
kurang, dan paling.
a.
Tingkat
Kualitas
Berbagai
tingkat kualitas secara relatif menunjukkan tingkat intensitas yang lebih
tinggi tu lebih rendah. Ada enam tingkat kualitas atau intensitas:
1.
Tingkat
Positif
Memberikan
kualitas atau intensitas maujud yang diterangkan, dinyatakan oleh adjektiva
tanpa pewatas. Contoh:
·
Indonesia
kaya akan hutan
·
Suasana
kini sudah tenang
·
Eskipun
baru dibuka, toko itu sudah ramai.
2.
Tingkat
Intensif
Menekankan
kadar kualitas atau intensitas, yang dinyatakan dengan memakai pewatas benar, betul, atau sungguh. Contoh:
·
Pak
Asep setia benar dalam pekerjaannya
·
Mobil
itu cepat betul jalannya
·
Gua
di gunung itu sungguh mengerikan.
3.
Tingkat
Elatif
Menggambarkan
tingkat kualitas atau intensitas yang tinggi, dinyatakan dengan memakai pewatas
amat, sangat, sekal, atau amat sangat.
Contoh:
·
Sikapnya
sangat angkuh ketika menerima kami
·
Orang
itu memang amat sangat pintar.
4.
Tingkat
Eksesif
Mengacu
ke kadar kualitas atau intensitas yang berlebih, atau yang melampaui batas
kewajaran, dinyatakan dengan memakai pewatas terahulu, terlampau, dan
kelewat. Contoh:
·
Mobil
itu terlalu mahal
·
Soal
yang diberikan tadi terlampau sukar
·
Orang
yang melamar sudah kelewat banyak
5.
Tingkat
Augmentatif
Menggambarkan
naiknya atau bertambahnya tingkat kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan
memakai pewatas makin, atau semakin. Contoh:
·
Sutarno
menjdi semakin kaya
·
Makin banyak peserta makin baik
·
Perumahan
rakyat menjadi semakin penting
6.
Tingkat
Atenuatif
Memerikan
penurunan kadar kualitas atau pelemahan intensitas, dinyatkan dengan memakai pewatas
agak dan sedikit. Contoh:
·
Gadis
yang gak malu itu diterima sebagai
pegawai
·
Saya
merasa agak tertarik membaca novel
itu
·
Anto
sedikit marah ketika jatahnya diambil
b.
Tingkat
Bandingan
Tngkat
kualitas atau intensitanya dapat setara atau tidak setara. Tingkat yang setara
disebut tingkat ekuatif, tingkat yang tidak setara ada dua macam yaitu tingkat
kmparatif dan tingkat superlatif.
1.
Tingkat
Ekuatif
Mengacu
ke kadar kualitas yang sama atau hampir sama. Peranti bahasa yang digunakan
ialah bentuk klitik se- yang ditempatkan di depan adjektiva. Contoh:
·
Tuti
secantik ibunya
·
Toni
tidak seberani ibunya
·
Saya
tidak seredah seperti yang engkau sangka
2.
Tingkat
Komparatif
Mengacu
ke kadar kualitas yang lebih atau yang kurang. Pewatas yang dipakai ialah lebih dari (pada), kurng dari (pada), dan
dengan/dari (pada). contoh:
·
Dia
lebih ilmiah dari(pada) pakar asing
·
Juned
lebih keras kepla dari(pada) Daud
·
Restoran
ini kurang bersi dari(pada) retoran
itu
3.
Tingkat
Superlatif
Mengacu
ke tingkat kualitas yang paling tinggi di antara semua acuan adjektiva yang
dibandingkan.dinyatakan dengan pemakaian afiks ter- atau pewatas paling di muka adjektiva yang
bersangkutan. Contoh:
·
Toni
yang paling rajin diantara semua
siswa
·
Kamar
ini yang termahal yang pernah saya
sewa
·
Saya
perlukan paling lama dua jam untuk
datang
2. Adjektiva
dan Kelas Kata Lain
1.
Adjektiva
Deverbal
Ada
sekelompok verba dalam bahasa Indnesia yang tanpa perubahan bentuk dapat
berfungsi sebagai adjektiva. Verba-verba ini pada mulanya diturunkan dari kata
dasar yang dibubuhi dengan afiks-afiks tertentu seperti meng-, meng—kan, ter-, dan ber-.
Contohnya: menarik, memukau, memikat,
mencekam, menggembirakan, memalukan, menakutkan, mengherankan, terkenal,
terharu, terkejut, tercinta, beruntung, berbahaya, berkembang, berharga.
Contoh kalimatnya:
·
Pertunjukan
itu menarik perhatian pak Gubernur
·
Senyumnya
memikat hati siapa pun yang
melihatnya
·
Turunnya
harga semabko menggembirakan rakyat
kecil
2.
Adjektiva
Denominal
Adjektiva
denominal tidak terlalu banyak jumlahnya. Ada dua proses morfologis yaitu:
a.
Adjektiva
bentuk pe(r)- atau peng-
Kelompok
adjektiva ini berasal dari nomina yang mengandung makna ‘yang ber-...’ atau
‘yang peng-...’ seperti pelupa, pemalas,
pemalu, pemarah, pendiam, pengampun, pengasih, penyayang, pendendam, pencemburu.
Contoh kalimatnya:
·
Gadis
yang pemalu itu selalu menunduk jika
diajak bicara
·
Tuhan
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mencintai segala
makhluknya
b.
Adjektiva
bentuk ke—an dengan reduplkasi
Memberikan
sifat ‘mirip dengan’ apa yang diungkapkan oleh nomina yang menjadi dasar bentuk
itu. Proses penurunannya dengan melalui nomina abstrak dengan kondiks ke—an
yang kemudian direduplikasikan secara parsial. Contoh:
Nomina → Nomina → Adjektiva
Ibu
→ keibuan → keibu-ibuan
Bapak
→ kebapakan
→
kebapak-bapakan
Barat
→ kebaratan → kebarat-baratan
Contoh
kalimatnya:
·
Perangainya
yang keibu-ibuan disenangi anak buahnya
·
Agar
ia dianggap berpendidikan Hanafi sering berlagak kebarat-baratan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
kata-kata
berafiks bahasa Indonesia sebagai kata berkelas adjektiva yang bertumpang
tindih antara lain dasar adjektiva berprefiks pe-, dasaradjektiva berprefiks
se-, dasar adjektiva berprefiks ter-, dasar adjektiva berkonfiks ke-an, dasar
adjktiva berklofiks me-kan, dasar adektiva berklofiks me-i, dasar lain
berkomponen makna ( + keadaan), dan pembentukan adjektiva dengan “afiks”
serapan ( serapan dri bahasa Inggris, Belanda, dan Arab).
Adjektiva
dari segi perilaku semantisnya terbagi atas adjektiva bertaraf dan adjektiva
tak bertaraf, adjektiva dari segi perilaku sintaksisnya dapat berfungsi
atributif dan predikatif, dan adjektiva dari segi bentuknya terdiri atas
adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan adjektiva turunan yang selalu
polimorfemis.
Pertarafan
adjektica dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan
berbagai tingkat bandingan. Dan adjektiva dengan kelas kata lain ada golonga
yang dihasilkan dari verba dan nomina lewat proses transposisi, yang mengubah
kelas kata tanpa perubahan bentuk, dianggap penurunan dengan afiksasi nol.
B. Saran
Mempelajari lebih banyak tentang
bahasa kita sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Kita harus bisa menciptakan suasana kelas yang pas dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Mampu berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Cetakan
Kedelapan. Jakarta: Pusat
Bahasa dan Balai Pustaka.
Chaer,
Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Dola, Abdullah, 2011. Linguistik Khusus Bahasa Indonesia.
Cetakan Pertama. Makassar: badan Penerbit UNM.
Putrayasa,
Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk
Derivasional dan Bentuk Infleksional). Cetakan Kedua. Bandung: PT Refika Aditama.
Arifin, Zaenal, dan Junaiyah, 2007. Morfologi Bahasa Indonesia (Bentuk, Makna,
dan Fungsi). Jakarta: PT Grasindo.
No comments:
Post a Comment