LAPORAN
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN BAHASA DI MEDIA SOSIAL
OLEH:
KELOMPOK 2
NURHIDAYAH 1551040039
HAFSA 1551041033
FINTA ANDIANI 1551041027
SOPIA RANTI 1451041046
RISKA AWALIA 1551041028
KELAS C
PEND. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bahasa memiliki peran yang sangat penting. Bahasa menjadi
alat yang paling efektif dalam setiap aktivitas komunikasi. Setiap manusia
memerlukan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Dalam
pemakaiannya, bahasa menjadi sangat beragam. Keragaman bahasa sangat bergantung
pada kebutuhan dan tujuan komunikasi. Bahasa dapat dilakukan secara lisan
maupun tulisan. Seiring majunya peradaban manusia, termasuk di Indonesia,
banyak cara yang dipilih pemakai bahasa dalam berkomunikasi. Bahkan pilihan
cara komunikasi tidak hanya semakin beragam tapi juga semakin canggih.
Tidak ada yang dapat menyangkal, bahasa memiliki peran yang
sangat penting. Bahasa menjadi alat yang paling efektif dalam setiap aktivitas
komunikasi. Setiap manusia memerlukan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang
ada dalam pikirannya. Dalam pemakaiannya,bahasa menjadi sangat beragam.
Keragaman bahasa sangat bergantung pada kebutuhan dan tujuan komunikasi. Bahasa
dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Disaat ini perkembangan semakin
pesat. Perkembangan dan berbagai pengaruh-pengaruh globalisasi semakin
menjalar. Terutama di kalangan remaja. Di zaman sekarang serasa segalanya
sudah berbeda, apalagi jika dibandingkan dengan zaman dahulu. Dari segi tingkah
laku dan gaya bahasa yang digunakan pun saat ini juga berbeda dengan dengan
zaman dulu.
Salah satu fenomena komunikasi yang paling pesat saat ini
adalah penggunaan bahasa yang didukung oleh perangkat teknologi canggih,
khususnya bahasa yang digunakan pada jejaring sosial, seperti internet,
facebook, twitter, instagram, chatting, email, sms, dan sebagainya. Namun
penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia menimbulkan
sorotan besar dari para pengamat.
Pada awalnya, jejaring sosial
digunakan untuk menyampaikan informasi antar teman, dan menjadi ajang promosi.
Bukan sebagai media mencari eksistensi. Parahnya lagi, banyak remaja yang
membuat bahasa "gaul" itu pada jejaring sosial, tanpa mempedulikan
efek yang ditimbulkannya. Ini disebabkan karena mereka ingin menjadi
trendsetter, mereka akan sangat bangga bila kata-kata mereka dapat simpati dari
teman maya-nya, atau ditiru untuk mereka jadikan status.
Dilihat dari fungsinya, yaitu fungsi kemasyarakatan, bahasa
berdasarkan ruang lingkup berfungsi sebagai bahasa nasional dan bahasa
kelompok. Melihat bahasa nasional di Indonesia adalah bahasa Indonesia,
munculnya bahasa yang digunakan dalam jejaring sosial ini jelas merusak bahasa
nasional. Sebenarnya bahasa yang biasa muncul di jejaring sosial sudah ada
sejak tahun 1970-an. Munculnya bahasa ini disebut dengan bahasa slang atau
prokem yaitu variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Awalnya istilah-istilah
dalam bahasa itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Dulu,
bahasa slang atau prokem digunakan oleh komunitas tertentu seperti preman,
namun lama kelamaan orang awam pun mengetahui maksud dari bahasa rahasia yang
mereka gunakan. Seiring dengan perkembangan zaman, penggunan bahasa prokem
justru digunakan di luar komunitasnya yang kemudian istilah tersebut menjadi
bahasa sehari-hari dan sering dipakai dalam pesan singkat atau SMS dan di
jejaring sosial seperti facebook, twitter, instagram bahkan blog.
Permasalahan
itulah yang menjadi tantangan bagi kami untuk meneliti penggunaan bahasa
Indonesia di jejaring sosial
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan maka dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana wujud penggunaan bahasa Indonesia
dalam jejaring sosial?
2. Apa fungsi sosial penggunaan bahasa slang atau prokem dalam
jejaring sosial?
3. Apa faktor penyebab penggunaan
bahasa slang atau prokem di jejaring sosial?
1.3.
Tujuan Penelitian
Bertolak
dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian
ini yaitu:
1. Untuk mengetahui wujud penggunaan
bahasa Indonesia dalam jejaring sosial?
2. Untuk mengetahui fungsi sosial penggunaan bahasa slang
atau prokem dalam jejaring sosial.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab
kesalahan penggunaan bahasa slang atau prokem di jejaring sosial.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah teori yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa dalam jejaring sosial.
2. Manfaat Praktis
Secara
praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
a.
Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya faktor-faktor
sosiolinguistik yang di terapkan pada pemakaian bahasa dalam jejaring sosial.
b.
Pengguna
jejaring sosial
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan wawasan mengenai bahasa Indonesia dalam jejaring sosial yang
digunakan dalam pergaulan.
c.
Peneliti
Lain
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi
maupun bahan pijakan kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian
lanjutan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN
TEORITIS
2.1.
Kajian Pustaka
Berbagai penelitian mengenai penggunaan variasi bahasa
prokem telah dilakukan sebelumnya. Bahasa prokem adalah bahasa yang memang
diciptakan oleh kalangan muda untuk komunitas tertentu. Keunikan bahasa yang diciptakan
oleh kalangan remaja mendorong beberapa peneliti untuk melakukan penelitian.
Penelitian sosiolinguistik tentang variasi bahasa, slang,
prokem telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya Usmiyati (2003),
variasi bahasa dalam status beranda pada situs jejaring social facebook
Lestari (2011) dan dalam jurnalnya tinjauan sosiolinguistik bahasa alay dalam
konstelasi kebahasaan saat ini oleh Wicaksono (2010).
Penelitian tentang ragam bahasa slang yang dilakukan oleh
Usmiyati (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Ragam Bahasa Slang Remaja
Pekalongan. Di dalam penelitianya dinyatakan bahwa ragam bahasa slang yang
digunakan oleh remaja pekalongan berwujud slang bentuk kata tunggal, slang
bentuk kata kompleks, slang bentuk frasa, serta proses pembentukan slang, dan
fungsi sosial slang.
Dalam penelitian Lestari (2011) yang berjudul Variasi Bahasa
dalam Status Beranda pada situs jejaring sosial facebook dinyatakan bahwa
penggunaan bahasa yang sering muncul dalam status beranda facebook berwujud
kata, frasa, klausa, kalimat, wacana, serta karakteristik bahasanya yang
merupakan campur kode dari berbagai bahasa, bentuk penyampaian baik puisi,
pantun, prosa, iklan, lirik lagu, segi penulisan dan fungsi sosialnya. Dalam
penelitian ini kekurangannya adalah tidak adanya analisis kosakata variasi
bahasa slang atau prokem.
2.2.
Landasan Teoritis
Konsep-konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup pengertian bahasa, variasi bahasa, dan fungsi bahasa.
1. Bahasa
Bahasa adalah salah satu ciri yang
paling khas manusiawi yang membedakannya dengan makhluk-makhluk lain. Bahasa
dapat dikaji dari berbagai sudut dan memberikan perhatian khusu pada
unsure-unsur bahasa yang berbeda-beda dan pada hubungan atau struktur yang
berbeda-beda pula. Bahasa merupakan alat primer pembentukan masyarakat. Hakikat
bahasa sendiri antara lain bahasa itu sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa itu bersifat dinamis, bahasa
itu tidak dapat terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu
dapat terjadi. Selain dinamis, bahasa itu juga produktif, artinya dengan
sejumlah unsure yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang
hamper tidak terbatas. Umpamanya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia hanya
mempunyai lebih kurang 23.000 buah kata, tetapi dengan 23.000 buah kata itu
dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas. Hakikat bahasa juga bersifat
beragam, yaitu bahasa memliki pola tertentu, namun karena bahasa digunakan oleh
penutur yang heterogen maka bahasa itu menjadi beragam.
2. Variasi Bahasa
Variasi atau ragam bahasa merupakan
bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Menurut Kridalaksana (1974)
mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistic yang berusaha
menjelaskan cirri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi cirri-ciri
variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa
memiliki sisten dan subsistem yang dipahami oleh semua penutur bahasa itu.
Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh
penutur yang tidak homogeny, tetapi juga karena interaksi sosial yang mereka
lakuka sangat beragam.
a.
Variasi
dari segi penutur
1. Variasi bahasa pertama berdasarkan
penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yaitu variasi bahasa
yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai
varias bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan
dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan klaimta dan sebagainya.
2. Variasi bahasa kedua berdasarkan
penuturnya adalah dialek,yakni varias bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Karena dialek ini berdasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur,
maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional, dialek geografi.
Bidang studi linguistic yang mempelajari dialek-dialek ini adalah dialektologi.
Bidang studi ini dalam kerjanya berusaha membuat peta batas-batas dialek dari
sebuah bahasa, yakni dengan cara membandingkan bentuk dan makna kosakata yang
digunakan dalam dialek-dialek itu.
3. Variasi bahasa ketiga berdasarkan
penutur adalah kronolek, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok
sosial pada masa tertentu.
4. Variasi bahasa yang keempat
berdasarkan penuturnya adalah sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa
yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Perbedaan pekerjaan, profesi, jabatan atau tugas para penutur dapat juga
menyebabkan adanya variasi sosial. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan
dengan tingkat, golongan , status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya
dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, slang
kolokial, jargon, argon dan ken. Ada juga yang menambahkan dengan yang disebut
bahasa prokem.
b.
Variasi
dari segi pemakaian
Variasi bahasa yang berkenaan dengan
penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek (Nababan 1984),
ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, atau tingka keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa
berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa iu digunakan untuk keperluan
atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian,
pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang tampak cirinya adalah dalam
bidang kosakata.
c.
Variasi
dari segi keformalan
Berdasarkan tingkat keformalan,
Martin Joos(1967) dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima
macam gaya, yaitu gaya atau ragam beku, gaya atau ragam resmi, gaya atau ragam
usaha, gaya atau ragam santai, dan gaya atau ragam akrab. Dalam kehidupan kita
sehari-hari kelima ragam di atas, yang dilihat dari tingkat keformalan
penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan. Sebenarnya banyak faktor
atau variable lain yang menentukan pilihan ragam mana yang harus digunakan.
d.
Variasi
dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau
jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam
tulis, atau ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu,
yakni misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa tulis dan
bahasa lisan memiliki wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan
wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan
informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsure-unsur nonsegmental atau unsure
nonlinguistic yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala dan
sejumlah gejala-gejala fisik lainnya.
3. Fungsi Bahasa
a.
Fungsi
Kebudayaan
Fungsi bahasa dari kebudayaan yaitu
sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan dan inventaris
cirri-ciri kebudayaan. Di atas kita katakana bahwa secara filogenetik
bahsa adalah bagian kebudayaan, dan bahasalah yang memungkinkan pengembangan
kebudayaan sebagaimana kita kenal.
Secara ontogenetic, seseorang belajar dan mengetahui
kebudayaannya kebanyakan melalui bahasa artinya kita belajar hidup dalam
masyarakat melalui dan dengan bantuan bahasa. Dengan kata lain, suatu
kebudayaan dilahirkan dalam perorangan kebanyakan dengan bantuan bahasa.
b. Fungsi Kemasyarakatan
Fungsi kemasyarakatan bahasa menunjukan peranan khusus
sesuatu bahasa dalam kehidupan masyarakat. Klasifikasi bahasa berdasarkan
fungsi kemasyarakatan dibagi menjadi dua yakni berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan
bidang pemakaian. Berdasarkan ruang lingkup mengandung bahasa nasional dan
bahasa kelompok. Berdasarkan bidang pemakaian fungsi bahasa sebagai bahasa
resmi, bahasa pendi observasi yang terus menerusdikan, bahasa agama, bahasa
dagang, dan sebagainya.
c. Fungsi Perorangan
Klasifikasi fungsi bahasa golongan ketiga yaitu fungsi
perorangan, akan kita dasarkan di sini pada kajian Halliday (1976). Dia membuat
suatu klasifikasi kegunaan pemakaian bahasa atas dasar observasi yang terus
menerus terhadap penggunaan bahasa oleh anaknya sendiri.
d.
Fungsi Pendidikan
Pada fungsi pendidikan, fungsi bahasa dalam kelompok ini
yaitu didasarkan pada tujuan penggunaan bahasa dalam pendidikan dan pengajaran.
Fungsi pendidika bahasa dapat dibagi atas empat subfungsi yaitu fungsi
integrative, fungsi instrumental, fungsi cultural, dan fungsi penalaran.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kulaitatif.
Metode ini digunakan sebagai prosedur penelitian untuk menghasikan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil pengamatan. Metode ini sesuai
dengan tujuan yaitu mendiskripsikan bentuk penggunaan bahasa dalam jejaring
sosial facebook dan twitter. Diskripsi tersebut diperoleh dari hasil observasi pengamatan
di lapangan dengan mengambil data secara langsung di sosial media facebook dan
twitter.
3.2.
Sumber Data Penelitian
1.
Wujud Data
Wujud data dalam penelitian ini
adalah berupa satuan lingual yang berwujud kata, kalimat dalam penggunaan
bahasa yang dipakai dalam jejaring sosial.
2.
Sumber
Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini bersumber dari pengamatan langsung di sosial media. Dipilihnya sosial media
karena zaman sekarang para pengguna internet ini banyak menggunakan
bahasa-bahasa slang yang kemudian menjadi bahasa sehari-hari mereka. Data yang
diambil dalam penelitian ini adalah data tulis, yaitu tulisan status-status mereka
dalam sosial media.
3.3.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
simak. Teknik simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Selanjutnya
teknik yang digunakan adalah teknik catat. Teknik catat merupakan teknik dengan
menggunakan alat tertentu. Data yang telah didapat oleh peneliti dalam bentuk
file screenshoot dan dikumpulkan
menjadi satu.
3.4.
Metode
Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
padan. Metode padan disebut juga metode identitas. Metode padan adalah metode
analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi
bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau yang diteliti. (Sudaryanto
2007: 47). Jenis metode ini adalah metode padan ortografis. Metode padan
ortografis adalah metode padan yang alat penentunya berupa bahasa tulis. Analisis
data dilakukan dalam dua tahap yaitu menganalisi wujud penggunaan bahasa dalam
jejaring sosial serta fungsi sosial dalam penggunaan bahasa tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bahasa yang sering muncul dalam jejaring sosial seperti
adalah variasi ragam bahasa slang atau prokem. Yang saat ini bahasa tersebut
menjadi bahasa sehari-hari. Sebenarnya bahasa-bahasa tersebut muncul tahun
1970-an. Awalnya istilah-istilah tersebut untuk merahasiakan isi obrolan dalam
komunitas tertentu. Tetapi karena sering digunakan diluar komunitasnya, lama
kelamaan istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari bahkan sering kita jumpai
dalam sosial media seperti facebook dan twitter.
Disaat ini perkembangan semakin
pesat. Perkembangan dan berbagai pengaruh-pengaruh globalisasi semakin
menjalar. Terutama dikalangan remaja. Dizaman sekarang serasa segalanya
sudah berbeda, apalagi jika dibandingkan dengan zaman dahulu. Dizaman sekarang
dari segi penampilan berbeda dengan dahulu, jika dulu pakaian adat adalah
maskot, sekarang pakaian trendy yang lebih oke. Dari segi tinggkah laku dan
gaya bahasa yang digunakan pun saat ini juga berbeda dengan dengan zaman dulu.
Sekarang ini sapaan yang digunakan jika bertemu dengan orang lain, lebih akrab
dengan sapaan Loe-Loe Gue-Gue. Sepertinya dizaman dahulu seperti itu
tidak ada. Begitu berpengaruhnya globalisasi yang kebanyakan datang dari
berbagai negara di dunia ini. Lama kelamaan pengaruh yang seperti ini akan
menjadi perubahan yang tak terduga.
Jika bahasa didunia maya yang digunakan seperti ini
kemungkinan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh para remaja sekarang juga tidak
jauh berbeda dengan di FB atau Twitter. Mungkin dampak positif yang mereka
dapat,menjadi hal yang menyenangkan mereka dapat kreatif dan inovatif
mengotak-atik abjad. Menjadi sebuah trend tersendiri. Namun dampak
negatif yang didapat adalah mereka tak lagi menghiraukan kaidah-kaidah bahasa
yang ada. Tak ada gunanya pelajaran bahasa indonesia yang diajarkan sejak kita
sekolah di Taman Kanak-Kanak. Bisa juga bahasa slang atau prokem mempersulit
komunikasi dengan orang yang tak mengerti perkembangan seperti sekarang ini.
Bahasa slang atau prokem juga menimbulkan kesan kurang baik jika dikaitkan
dengan kesopanan berbicara dengan orang lain. Bahasa slang atau slang juga tak
cocok jika anak-anak yang masih kecil mengenalnya. Sebagai pemuda penerus
bangsa jika perkembangan seperti ini apa bisa merubah keadaan menjadi yang
lebih baik. Bisa jadi bahasa Indonesia tak lagi perlu ejaan. Bisa-bisa akan
merusak bahasa Nasional kita sendiri. Jika sudah rusak dimana letak citra
negara kita dilahirkan ini. Sungguh perkembangan yang tidak baik bagi anak cucu
kita kelak.
Jika ada usaha untuk mencegah perkembangan seperti ini tak
ada kata terlambat. Setidaknya dengan mengurangi berkomunikasi dengan
bahasa-bahasa yang tidak seharusnya. Berkomunikasilah dengan bahasa-bahasa yang
baku atau yang dipandang baik. Terapkan berbahasa yang baik sesuai dengan yang
telah diajarkan. Sebagai anak bangsa berbanggalah dengan perubahan-perubahan
yang datang dari diri kita sendiri, jangan bangga dengan perubahan yang dibawa
oleh orang lain. Tak tentu juga dampak yang didapat semuanya baik. Siapa lagi
yang membanggakan bahasa Indonesia jika bukan kita sendiri sebagai warga
negaranya. Untuk itu mri bersama lindungi dan pertahankan apa yang rlah negara
kita miliki. “Bangsa Indonesia
berbahasa satu, bahasa Indonesia”.
4.1. Wujud penggunaan bahasa dalam jejaring
sosial yang ditemukan dari penelitian yang dapat dianalisis
1. Penggunaan Bahasa dalam Jejaring Sosial
yang Berwujud Kata
Kata
merupakan satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas atau
berdiri sendiri. Dalam penelitian ini ditemukan penggunaan bahasa dalam wujud
kata ada dua yaitu kata tunggal dan kata kompleks.
a. Kata Tunggal
Kata
tunggal adalah satuan gramatikal yang terdiri atas satuan yang lebih kecil dan
belum mendapat proses morfologis. Lihat dalam data berikut.
AcWehy
FariLzah
:
Sabarrrrrrrr
(data 1)
Tarom
Avenvoedzkae
: ,sueeee
(data 2)
Tharii
Pmd
: Bingung
(data 3)
Dalam
status AcWhy Farilzah yang bertulis sabarrrr (data 1), artinya dia
sedang mengungkapkan perasaannya untuk bersabar. Hanya saja penulisan “r” lebih
dari satu hanya karakter dalam menulis. Sama halnya dengan data 2 yaitu pada
status Tarom Avenvoedzkae yang bertulis sueeee artinya bentuk perasaan
dia yang sedang kesal atau marah pada seseorang. Penulisan yang seperti itu
juga hanya merupakan karakter penulisan saja. dalam status Tharii Pmd yaitu bingung
(data 3) , juga mengungkapkan bahwa dia sedang merasa kebingungan.
b. Kata Kompleks
Kata
kompleks adalah satuan gramatikal paling kecil yang sudah mengalami proses
morfologis. Seperti dalam data berikut.
rismaputriW
: Menyebalkan (data 4)
11yunii
: Ketiduran L (data 5)
Dalam
status rismaputriW yaitu menyebalkan (data 4), merupakan kata kompleks, karena
kata menyebalkan sudah mengalami proses morfologis yaitu mendapatkan imbuhan
awalan me- dan akhiran -kan. Pada data 5 dalam status 11yunii dalam twitter
kata ketiduran juga merupakan kata kompleks karena kata tersebut sudah
mendapatkan imbuhan yaitu awalan ke- dan akhiran -an
2. Penggunaan Bahasa dalam Jejaring Sosial
yang Berwujud Frasa
Frasa
merupakan kelompok kata nonpredikatif, bukan kata majemuk, dan bukan klausa
atau kalimat. Berikut data penggunaan bahasa yang berwujud frasa yang dapat
dianalisis.
a.
Frasa
Endosentris
Frasa
endosentris adalah frasa yang kategori sintaksisnya sama dengan kategori salah
satu unsurnya. Frasa endosentrik ini memiliki unsure inti. Berikut data yang
berupa frasa endosentrik.
@pendiraaptr
: avaaa baruu (data 6)
@exoticangelf
: @lyeheechul SEDIH BANGET (data 7)
Dalam status yang dibuat oleh
@bobbyrahman2 yaitu avaaa baruu termasuk frasa endosentrik. Karena kata
avaaa merupakan inti yang berupa nomina. Dalam data 7 status sedih banget juga
termasuk frasa endosentrik karena kata sedih merupakan inti yang berupa
adjektifa.
b.
Frasa
Eksosentris
Frasa
eksosentris adalah frasa yang terdiri atas dua unsure yaitu unsure perangkai
yang berkategori preposisi,konjungsi, atau artikula dan unsure poros yang
terdiri atas nomina, verba, adjektiva, atau numeralia. Ciri frasa jenis ini
ialah perilaku sintaksis frasa ini tidak sama dengan perilaku kedua unsurnya.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya frasa eksosentris.
3. Penggunaan Bahasa dalam Jejaring
Social yang Berwujud Klausa
Klausa merupakan gabungan kata yang
unsure-unsurnya menduduki fungsi sintaksis atau gabungan kata yang bersifat
predikatif yang belum memiliki intonasi final. Berikut data yang dapat diamati.
Hary
Ungcy
: Kpgn sate kambing… (data 8)
Dalam data
8 yang ditulis oleh Hary Ungcy yaitu kpgn sate kambing. Dalam konteknya penulis
status menyatakan bahwa dirinya lagi menginginkan sate kambing. Statusnya yang
berbunyi kpgn sate kambing juga termasuk klausa. Dalam status tersebut
setidaknya terdapat SP bahkan lebih. Jika dilihat kata aku sebagai S dilesapkan
dan kepengin sebagai P, sedangkan sate kambing sebagai O.
4. Penggunaan Bahasa dalam Jejaring
Social yang Berwujud Kalimat
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain. Alat
komunikasi verbal adalah bahasa. Dalam berbahasa , percakapan tersebut
berlangsung dalam kesatuan-kesatuan yang dengan jelas dapat dibedakan antara
kesatuan ucapan satu dengan lainnya. Kesatuan ucapan itu adalah kalimat. Secara
linguistik kalimat mengacu pada kesatuan ujaran yang mampu berdiri sendiri
sehingga ucapan itu tidak berkonstruksi lagi dengan ujaran lainnya (Bloomfild
1933). Berikut data penelitian yang dapat dianalisis.
a.
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas. Berikut data
penelitiannya.
Andhika Deris: Aku bisa bangun pagi lagi…!!! (data 9)
Dalam data
9 Andhika Deris menulis statusnya di facebook yaitu “Aku bisa bangun pagi
lagi”. Disini data 9 termasuk kalimat tunggal karena terdiri atas satu klausa
bebas.
b.
Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Suatu bentuk
kalimat majemuk yaitu kalau kalimat itu dapat dipilah menjadi dua klausa atau
lebih tanpa mengubah informasi atau pesannya. Berikut data penelitian yang
dapat dianalisis.
AdiellaChiiyy Cwek
Corner : Alhamdulillah mendingan…cz bsa bubbuuu nyenyak…J (data
10)
Dalam
status yang ditulis oleh AdiellaChiiyy Cwek Corner yaitu Alhamdulillah
mendingan…cz bsa bubbuuu nyenyak…J termasuk kalimat majemuk. Karena
dalam status tersebut ada konjungsi yaitu cz yang berarti karena.
5. Penggunaan Bahasa dalam Jejaring sosial
yang Berwujud Wacana
Wacana
merupakan stauan gramatikal tertinggi yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti
terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh
pembaca atau pendengar tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal
tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Berikut data hasil
penelitian.
Arjun Saputra: Bru satu bulan krja ...pingn rasanya cpat" dua taun
...aku pnasaran apha yg akan terjadi pada diriku 2taun yg akan datang ..tambh
sukses ..apha tambh.. bejad (data 11)
Lenny Mutzz: biarlah qu simpan derita nii sendiri .mulai sekarang aqhu
akn diam kau tak prlu mngkhawatirkan_qu krna aqhu bukan beban_mu jka firasat_qu
benar (data 12)
I Love Hijab: Pandanglah segala sesuatu dari kacamata oranglain. Apabila
hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hari orang lain
pula.Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu
untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu
untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan. Ambillah waktu untuk belajar, itu
adalah sumber kebijaksanaan. Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu
adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan. Ambillah waktu untuk bersahabat, itu
adalah jalan menuju kebahagiaan. Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik
yang menggetarkan hati. Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup
terasa bererti. Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan. Ambillah
waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga. (data 13)
Rizka
Amalia Syarifa Ma'mur: Wahai Jiwa... Percayalah bahwa janjiNya adalah nyata..
Jangan pernah ragu dengan kehendakNya.. Dia lebih mengetahui mana yang terbaik
untuk para hamba2Nya...(data 14)
Dalam
data 11 dan data 12 termasuk dalam wacana, yaitu wacana narasi, karena dari
kedua data tersebut berisi ungkapan-ungkapan penulis. Dilihat dari bahasanya
pun terlihat adanya suatu kronologis dari waktu ke waktu. Sedangkan dalam data
13 merupakan wacana eksposisi, karena dalam status tersebut berisi tentang
nasihat atau perintah. Begitu juga dengan data 14 yang merupakan wacana
eksposisi karena dalam status tersebut berisi nasihat-nasihat.
6. Kosakata yang Sering Muncul dalam
Penggunaan Bahasa dalam Jejaring Sosial
Sutralah
: merupakan kata plesetan dari sudahlah
Alay
: anak layangan yaitu orang kampong yang berpenampilan norak
Kepo
: kepengin tau info atau mau tau banget
Gaje/ gajebo :
merupakan singkatan dari ga jelas
Hoax
: sesuatu yang dianggap hanya omong kosong
Ngakak
: tertawa terbahak-bahak
Unyu-unyu
: lucu banget
Ciyus
: merupakan plesetan dari serius
Lekong
: laki-laki bencong
Bokap
: bapak
Jomblo
: sebutan untuk remaja yang belum punya pacar
Woles
: berasal dari kata slow yang dibalik, artinya santai
Pele
: hampir sama dengan pea, artinya bego atau bodoh
Cinlok
: merupakan singkatan dari cinta lokasi
Modus
: untuk mengungkapkan sesuatu dengan melakukan suatu tindakan
Ceman
: plesetan dari kata teman
Eke
: artinya aku
Gokil
: gaul banget
Lebay
: menyatakan sesuatu yang berlebihan
Capcus :
cabut (pulang atau pergi)
BT
: merupakan singkata dari boring total
Rempong
: ribet banget
Ababil
: sebutan untu remaja yang masih labil
Galau
: untuk menyatakan perasaan yang sedang sedih
Mager
: merupaka singkatan dari males gerak
Gengges
: merupakan kata plesetan dari ganggu
Dumay
: dunia maya
PHP
: Pemberi Harapan Palsu
4.2.
Fungsi Sosial Penggunaan Bahasa Slang
dan Prokem dalam Jejaring Sosial
Variasi bahasa yang muncul dalam penggunaan bahasa dalam
jejaring social facebook dan twitter menimbulkan banyak fungsi social.
Rata-rata para pengguna social media seperti facebook dan twitter menggunakan
bahasanya dalam status mereka sebagai ungkapan perasaan mereka. Berikut funsgi
social yang ditemukan dalam penelitian.
1. Fungsi Menasihati
Utari Sardi Diah Pertiwi: "Pembalasan yang paling
menyakitkan bagi yang menyakitimu adalah hidup lebih berbahagia darinya."
– Tablo #omaigat (data 15)
Dalam data
15 status yang ditulis oleh Utari Sardi Diah Pertiwi yaitu "Pembalasan
yang paling menyakitkan bagi yang menyakitimu adalah hidup lebih berbahagia
darinya. "Tablo #omaigat berisi nasihat buat para pengguna facebook
untuk tidak berbalas dendam.
2.
Fungsi Mempromosikan
Hidung Mancung Kurus: Sista2 kini telah hadir Alat
Pemancung Hidung Tanpa Efek Samping Negatif Bekerja Secara Natural Memancungkan
Hidung, kamu sudah bisa mulai melihat perubahan 0,5cm-1cm dengan pemakaian
rutin 5menit-15menit /perhari dalam waktu 2minggu. Promo bulan ini Ongkos kirim
gratis hanya rp. 52.000 Pesan Nose Strap sekarang dan ikuti PROMOnya! Caranya
Mudah SMS Ke 087-886-018-206 dengan format:
a. ketik"PesanNoseStrap"
Dari data
16 dapat dilihat bahwa status tersebut berfungsi untuk mempromosika barang.
Terlihat dalam status tersebut dijual produk untuk memancungkan hidung dengan
cara memesan pada no yang sudah tersedia atau dengan membuka websitenya.
3.
Fungsi Bertanya
Dini
Bz Setia : mati listrik gmana si! Kata’y tarif listrik naik dr bln ini. Tp
bgaimana pelayanan’y???
Dalam data 17 terlihat Dini Bz Setia
sedang menanyakan tentang kenaikan biaya listri. Disini status tersebut
berfugngsi bertanya.
4.
Fungsi Meminta Maaf
@yuninggra: maaf maaf maaf maaf gua minta maaf
sama lu iya gua yg slah tp gua janji ini yg pertama dan terakhr gua ngomng kyk
gto sama lu :'( (data 18)
Dalam data
18 terlihat bahwa @yuninggara sedang meminta maaf pada pacarnya. Hal ini dia
ungkapkan dalam status agar pacarnya mau memaafkan dia.
5.
Fungsi Mengajak
Wiwid Sujarwanto: mnggo sarapan (data 19)
Dari
status yag ditulis oleh Wiwid
Sujarwanto yaitu mnggo
sarapan,,, memiliki fungsi social yaitu mengajak. Dari data 19 terlihat
bahwa Wiwid Sujarwanto mengajak para pengguna facebook untuk sarapan.
6. Fungsi Terima Kasih
Dari data 20 berfungsi untuk
mengucapkan terima kasih. Terlihat dalam status yang dibuat oleh @yuninggara
dia mengucapkan terima kasih dalam bahasa inggris.
4.3
Faktor Penyebab Penggunaan Bahasa Slang
atau Prokem di Jejaring Sosial
1. Faktor Pergaulan
Pergaulan remaja saat ini bisa
dikatakan luas karena banyaknya media sosial dunia maya yang menghubungkan
mereka satu sama lain. Facebook misalnya, pada media inilah muncul dan
berkembang bahasa Alay yang dituliskan pada status yang kemudian akan
dibaca oleh remaja lain dan akan mengikuti pemakaian bahasa Alay sehingga
semakin marak digunakan oleh para remaja. Bahasa ini berkembang di kalangan
remaja, namun dalam pergaulan media jejaring sosial paling sering digunakan.
Semakin lama bahasa ini kian berkembang sehingga telah dianggap wajar pada
kalangannya. Dalam bahasa Alay, remaja bebas menyingkat bahasa sesuai
dengan keinginan mereka.
2. Faktor Gengsi
Banyak remaja yang berusaha ingin
menjadi anak gaul yang tidak ketinggalan jaman, hal ini menuntut mereka
mengikuti perkembangan jaman salah satunya mengggunakan bahasa Alay,
akronim dari anak lebay, yakni bahasa tulis berupa campuran bahasa gaul lisan,
bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka, dan simbol. Alasan
menggunakan bahasa ini karena tidak ingin disebut anak kampungan.
3. Faktor Iklan
Kegemaran sesorang menonton
sinetron, film bahkan iklan, sedikit mempengaruhi dalam pemakaian bahasa
sehari-hari. Bahasa yang digunakan oleh para remaja dikarenakan oleh apa yang
mereka dengarkan. Pada telivisi misalnya, banyak sinetron, film bahkan iklan
yang telah menggunakan dan ikut membantu mempopularkan bahasa Alay tersebut.
Sehingga para remaja yang melihat akan mengikuti dan menggunakan bahasa Alay
pada keseharian mereka sesama pengguna bahasa Alay agar dianggap
gaul dan keren seperti para artis dan bintang iklan yang menggunakan bahasa Alay
tersebut. Tanpa menyadari bahwa bahasa yang digunakan oleh publik figur itu
hanya tuntutan skenario.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Simpulan
Dari penelitian tersebut wujud penggunaan bahasa dalam
jejaring social facebook dan twitter dapat berupa kata baik kata tunggal maupun
kata kompleks, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Selain itu, variasi bahasa
yang digunakan dalam penulisan status di facebook maupun twitter juga unik dan
lucu, seperti kata kepo, ciyus, dll. Selain kosakata-kosakata tersebut,
penggunaan emotikon lucu juga sering muncul dalam penggunaan variasi bahasa.
Kosakata-kosakata tersebut sebenarnya adalah variasi bahasa slang atau prokem
yang muncul sejak zaman 1970-an yang kemudian menjadi bahasa sehari-hari dan
sering ditemukan dalam social media. Dalam social media seperti facebook dan
twitter juga memiliki fungsi social yaitu fungsi untuk mengajak, mempromosikan,
mengungkapkan permintaan maaf, terimakasih, ataupun bertanya.
5.2.
Saran
Sebenarnya sah-sah saja bagi mereka (terutama remaja) yang
menggunakan bahasa alay, karena hal tersebut merupakan bentuk kreatifitas yang
mereka buat. Namun sebaiknya penggunaan bahasa alay dapat digunakan sesuai
dengan situasi dan kondisi atau tidak digunakan pada situasi-situasi yang
formal. Misalnya pada saat berbicara dengan teman. Teman disini adalah mereka
yang mengetahui dan mengerti bahasa alay tersebut. Tetapi juga jangan sampai menghilangkan
budaya berbahasa Indonesia kita. Karena biar bagaimanapun bahasa Indonesia
tetap menjadi bahasa kebanggaan kita dan wajib untuk dijaga serta dilestarikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul
dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal .Jakarta: Rineka
Cipta, 2010
Chaer,
Abdul. 2007. LingusitikUmum. Jakarta: Rineka Cipta.
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wulandari, Linda S.“Penggunaan-bahasa-alay-dalam-jejaring-sosial-http://bahasa
kompasiana.com/2012/09/05 (diunduh
pada 15 desember 2015)
LAMPIRAN
kak mau tanya kalau ini dibuatnya kapan ya? 2017 atau 2016 atau 2015?
ReplyDelete