Saturday, January 7, 2017

MAKALAH LEKSIKON (SEMANTIK)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam bidang linguistik kita kenal adanya ancangan linguistik struktural. Linguis yang menganut aliran ini dalam pengkajiannya tentang bahasa ternyata tidak memiliki kesamaan dalam tata kerjanya. Para linguis yang menganut atau mengem­bangkan strukturalisme Bloomfield menggunakan tata kerja takso­nomis: tuturan dianggap sebagai wujud pengalaman kejiwaan yang dipenggal‑penggal dari satuan-satuan yang terbesar menjadi yang terkecil; dari kalimat-frasa-kata-morfem-fonem-bunyi bahasa. Seseorang yang menguasai banyak kosakata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensinya atau tingkat pendidikannya.
Leksikon merupakan bagian dari kebudayaan. Setiap kebudayaan terdiri atas sistem kategorisasi. Kata sebagai satuan sentral dalam bahasa ditandai oleh adanya mobilitas sintagmatisnya; maksudnya dalam hubungannya dengan kata lain secara linier, kata itu akan memperlihatkan (1) kata itu dapat dipisahkan dari kata yang lain, (2) dapat dibalikkan urutannya, (3) dapat digantian posisisnya oleh kata yang lain (4) dapat disolasikan, dengan intonasi tertentu dapat dipakai sebagai kalimat. Dengan, demikian, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai leksikon.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan tersebut di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimana hakikat dari leksikon?
2.      Apa saja satuan dari leksikon?
3.      Apa saja ragam-ragam dari leksikon?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui hakikat dari leksikon.
2.      Untuk mengetahui satuan dari leksikon.
3.      Untuk mengetahui ragam-ragam dari leksikon.


































BAB II
PEMBAHASAN


A.    Hakikat Leksikon
Leksikon berasal dari bahasa Yunani yakni, lexikÏŒn atau lexikÏŒs yang berarti kata, ucapan, atau cara bicara. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep kumpulan leksem dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-6). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan dengan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Makna leksikal dapat juga  diartikan makna yang sesuai dengan acuannya, makna yang sesuai dengan hasil observasi panca indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.
Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebutkan satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil.
Leksem dapat berupa kata, dapat juga berupa gabungan kata. Kumpulan dari leksem suatu bahasa disebut leksikon, sedangkan kumpulan kata-kata dari suatu bahasa disebut leksikon atau kosa kata. Kajian terhadap leksikon mencakup apa yang dimaksud dengan kata, strukturisasi kosakata, penggunaan dan penyimpanan kata, pembelajaran kata, sejarah dan evolusi kata (etimologi), hubungan antarkata, serta proses pembentukan kata pada suatu bahasa. dalam penggunaan sehari-hari, leksikon dianggap sebagai sinonim kamus atau kosakata.
Kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif.

Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebutkan satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil. Leksem dapat berupa kata, dapat juga berupa gabungan kata. Kumpulan dari leksem suatu bahasa disebut leksikon, sedangkan kumpulan kata-kata dari suatu bahasa disebut leksikon atau kosa kata.


B.     Satuan Leksikon
Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan kata yang bemakna (Chaer, 2002: 60). Adapun pembentukan satuan dalam leksikal yaitu:
a.   Perkembangan Dalam Bidang Ilmu dan Teknologi
1.      Kata kapal yang pada awalnya hanya ‘alat pengangkutan di laut’ telah berubah menjadi ‘alat angkut di laut dan udara’ dengan sebutan kapal laut dan kapal terbang.
Contoh:             
–    Kapal laut itu akan berlayar menuju kepulauan Dabo Singkep.
–    Perjalanannya menuju ke Jakarta menggunakan kapal
      terbang.
2.      Kata kereta api yang pada makna awalnya alat transportasi  bergerak dengan tenaga uap dari proses pembakaran.

b.   Perkembangan Sosial dan Budaya
1.      Kata virus yang hanya berhubungan dengan penyakit, sekarang         menjadi kata umum untuk mengartikan semua yang mengganggu dan menghambat kelancaran pengerjaan sesuatu, misalnya, virus komputer, virus masyarakat.
Contoh:
-Flash disk itu kemasukan virus komputer sehingga data-data di dalamnya tidak bisa dibuka.

c.   Perbedaan Bidang Pemakaian
1.   Kata menyetir yang berasal dari bidang transportasi, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna ‘memgontrol’  seperti dalam kalimat berikut.
Contoh:
– Tugasnya di perusahaan itu hanyalah menyetir pekerjaan- pekerjaan   karyawan lainnya.
2.      Kata memangkas yang berasal dari bidang pertanian, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna ‘memotong, mengurangi’ pada kalimat:
Contoh:
– Pak Danu memangkas rambut Rino.
– Penghematan listrik yang dilakukannya akhir-akhir ini bertujuan untuk memangkas biaya rumah tangga.
3.   Kata menjahit yang berasal dari bidang konveksi, kini banyak digunakan bidang-bidang lain dengan makna ‘melekatkan kembali sesuatu yang sudah putus’ seperti dalam kalimat:
– Dokter menjahit perut ibu yang baru melahirkan secara Caesar.

d.   Adanya Asosiasi
1.      Kata hijau identik dengan muda, belum berpengalaman .
Contoh:
– Jangan menyuruh daun hijau untuk mengerjakan masalah serumit ini!
2.      Perayaan 2 Mei maksudnya perayaan hari Pendidikan Nasional.
Contoh:
– Anis merayakan hari Pendidikan Nasional dengan mengikuti upacara di   sekolahnya.
3.      Kata kursi identik dengan kedudukan dan jabatan.
Contoh:
– Perebutan kursi Presiden diwarnai dengan kericuhan.

e.   Pertukaran Tanggapan Indera (Sinestesia)
1. Pengalihan dari indera rasa ke indera dengar.
Contoh:
– Gadis itu sedap dipandang mata.
2. Pengalihan dari indera rasa ke indera dengar.
Contoh:
– Dengarkan kritikan pedasnya.
3. Pengalihan dari indera raba ke indera lihat.
Contoh:
– Dia menatap tajam matanya.

f.    Perbedaan Tanggapan
1. Kata bunting mempunyai nilai rasa lebih rendah daripada kata  hamil.
Contoh:
–  Kambing milik Pak Rahmat bunting.
–  Istrinya hamil tiga bulan.
2. Kata perempuan mempunyai nilai rasa lebih rendah daripada kata  wanita.
Contoh:
–  Perempuan jalanan itu terlihat liar.
–  Aku ingi menjadi wanita karir.

g.   Adanya Penyingkatan
1.   Kata puskesmas sudah lazim digunakan untuk menyebut Pusat Kesehatan  Masyarakat.
Contoh:
–  Lia pergi ke puskesmas mengantarkan Doni.
2.   Kata toserba sudah lazim digunakan untuk menyebut Toko Serba Ada.
Contoh:
–  Ibu pergi berbelanja ke toserba.

h.   Pengembangan Istilah
Contoh:
1.    Kata Apel, mulanya bermakna ‘upacara’, tapi sekarang ada pengembangan istilah dikalangan remaja,apel yang berarti ‘kunjungan ketempat pacar’.
2.    Kata Bunga, makna sebenarnya ‘sejenis tanaman’, tetapi menjadi unsur pembentuk istilah untuk makna ‘paling cantik’ pada istilah bunga desa.
3.    Kata Meja hijau, makna sebenarnya yaitu meja yang berwarna hijau, tetapi menjadi unsur pembentuk istilah untuk makna ‘pengadilan’ seperti pada kalimat berikut ‘Perkara itu dibawa ke meja hijau’

Adapun jenis perubahan pada leksikon adalah sebagai berikut:
a.   Meluas
1.      Kata ibu yang pada mulanya hanya bermakna ‘orang tua kandung perempuan’ kemudian maknanya berkembang menjadi ’sebutan untuk para wanita yang sudah berkeluarga atau mempunyai sifat-sifat keibuan’.
Contoh:
–  Ibu mengundang Ibu Rahman untuk menghadiri acara arisannya.
2.      Kata bapak yang pada mulanya hanya bermakna ‘orang tua laki-laki kandung’ kemudian maknanya berkembang menjadi sebutan dan untuk menyapa orang laki-laki yang dihormati dan disegani.
Contoh:
–  Kami akan berkunjung ke rumah Bapak Lurah.
3.      Kata pondok untuk tempat tinggal sementara para petani di sawah dan lading telah diperluas maknanya dengan makna ‘tempat tinggal’, misalnya, pondok pesantren, pemondokan (rumah-rumah sewaan atau sementara bagi para mahasiswa/ karyawan, dsb), malah terdapat kompleks perumahan mewah di Jakarta dengan nama Pondok Indah.
4.      Kata taman yang pada mulanya hanya bermakna ‘pekarangan rumah yang dihiasi bunga’ kemudian maknanya berkembang menjadi ‘sebutan bagi tempat yang didominasi oleh kelompok yang mendiaminya’, misalnya, taman kanak-kanak, taman Safari, taman bermain.

b.   Menyempit
1.      Kata ustadz yang pada mulanya bermakna ‘orang yang terkemuka atau ahli di bidang keagamaan’ kemudian hanya bermakna ‘orang /guru mengaji’.
Contoh:
–  Arif mengaji di rumah ustadz Jefri.
2.      Kata presiden di Indonesia sudah bermakna ‘kepala negara’, sedangkan makna umum kata presiden adalah ‘ketua’,”yang duduk di depan dalam sebuah organisasi”.
Contoh:
–  Presiden Komisaris sebuah perusahaan.

c.   Perubahan Total
Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya (Chaer 1990: 147).
Contoh :
1.      Kata Seni, bagi masyarakat melayu kata seni lebih banyak dihubungkan dengan ‘air kencing’, tetapi dalam bahasa Indonesia seni berarti ‘keahlian membuat karya yang bermutu’.
2.      Kata Rawan, dahulu kata rawan selalu dihubungkan dengan ‘tulang’, menjadi tulang rawan juga bermakna ‘muda, lembut’, kini kata rawan sudah berubah maknanya, lebih dihubungkan dengan makna ‘kekurangan’ misal rawan pangan juga dihubungkan dengan makna ‘gangguan keamanan’ ,missal rawan perampokan.
3.      Kata Pujangga, dahulu bermakna ‘ular’, kemudian bermakna ‘sarjana’. Kini kata tersebut masih digunakan, tetapi lebih banyak dihubungkan dengan ‘keahlian menciptakan roman, novel, atau puisi’.
4.      Kata Juru kunci, dahulu bermakna ‘orang yang biasa memegang kunci tuan tanah atau pedagang besar yang pekerjaannya menutup dan membuka gudang penyimpanan barang’. Kini juru kunci berarti ‘regu yang tidak memperoleh peringkat dalam perlombaan atau pertandingan’.

d.   Penghalusan
1.      Kata Idiot diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus yaitu keterbelakangan mental.
Contoh:
–  Mereka yang mengalami keterbelakangan mental sebaiknya disekolahkan di Sekolah Luar Biasa.
2.      Kata tuli diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus yaitu tunarungu.
Contoh:
–  Putrinya menderita tunarungu.

e.   Pengasaran
1.      Kata rakus dipakai untuk mengganti kata serakah.
Contoh:
–  Dia makan dengan rakusnya.
2.      Kata sadis dipakai untuk mengganti kata kejam.
Contoh:
–  Pembunuhan itu dilakukan secara sadis.
3.      Kata mampus dipakai untuk mengganti kata meninggal.
Contoh:
– Kucing itu mampus tertindas truk.

C.    Ragam Leksikon
Menurut Tarigan, Dj. (1994) jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut ini.
a)   Kosakata dasar
Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk ke dalam kosakata dasar yaitu:
1)      Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, dan sebagainya.                                            
2)      Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya.
3)      Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya
4)      Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya.
5)      Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya.
6)      Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya.
7)      Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan sebagainya.
b)   Kosakata aktif dan kosakata pasif
Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau menulis, sedangkan kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak pernah dipakai, tetapi biasanya digunakan dalam istilah puitisasi. Sebagai contoh dapat tergambar dalam tabel di bawah ini.

KOSAKATA AKTIF DAN PASIF
Kosakata Aktif
Kosakata Pasif
Bunga, kembang
Matahari
Angin
Hati
Jiwa
(zaman) dahulu
dsb.
Puspa, kusuma
Surya, mentari
Bayu, puwana
Kalbu
Sukma  
Bahari
dsb.

c)   Bentukan kosakata baru
Kosakata baru ini muncul disebabkan adanya sumber dalam dan sumber luar bahasa. Sumber dalam diartikan sebagai kosakata swadaya bahasa Indonesia sendiri, sedangkan sumber luar merupakan sumber yang berasal dari kata-kata bahasa lain. Kosakata sumber luar ini meliputi pungutan dari bahasa daerah ataupun juga bahasa asing.
d)   Kosakata umum dan khusus
Kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya dan dapat menaungi berbagai hal, sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu, sempit,  dan terbatas dalam pemakaiannya.
e)   Makna denotasi dan konotasi
Kridalaksana (dalam Tarigan, 1994:531) memberi definisi mengenai makna denotasi yaitu kata atau kelompok kata yang didasarkan pada penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu, sifatnya objektif. Makna denotasi ini biasa disebut juga dengan makna sebenarnya; makna yang mengacu pada suatu referen tanpa ada makna embel-embel lain; bukan juga makna kiasan atau perumpamaan. Makna denotasi ini tidak menimbulkan interpretasi dari pendengar atau pembaca.
Makna konotasi adalah makna yang timbul dari pendengar atau pembaca dalam menstimuli atau meresponnya. Dalam merespon ini terkandung emosional dan evaluatif yang mengakibatkan munculnya nilai rasa terhadap penggunaan atau pemakaian bahasa atau kata-kata tersebut. Dalam pembagiannya, makna konotasi ini terbagi menjadi konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif yaitu konotasi yang mengandung nilai ras tinggi, baik, halus, sopan dan sebagainya. Misalnya: suami isteri, jenazah, nenek dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud konotasi negatif adalah konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, porno, dan sebagainya. Misal: laki bini, buruh, mayat, bunting, udik, dan sebagainya.
f)   Kata tugas
Dalam Alwi (1999:287) mengatakan bahwa kata tugas dapat bermakna apabila dirangkaikan dengan kata lain. Kata tugas ini hanya memiliki arti gramatikal seperti ke, karena, dan, dari, dan sebagainya.
g)   Kata benda (nomina)
Kata benda atau nomina dapat diklasifikasikan ke dalam tiga segi, yaitu dari segi semantis, sintaksis, dan segi bentuk. Secara semantis kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Secara sintaksis biasanya diikuti oleh kata sifat dan dapat diikuti kata ‘bukan’. Sedangkan dari segi bentuk morfologinya, kata benda terdiri atas nomina bentuk dasar dan nomina turunan.
















BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep kumpulan leksem dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-6). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata.
Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan kata yang bemakna (Chaer, 2002: 60). Adapun pembentukan satuan dalam leksikal yaitu perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pertukaran tanggapan indera (sinestesia), perbedaan tanggapan, adanya penyingkatan, dan pengembangan istilah. Adapun jenis perubahan pada leksikon yaitu meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan, dan pengasaran.


B.     Saran
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.






DAFTAR PUSTAKA


Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta.
Gundar. 2014. Leksikal, leksikon, dan leksem. Diakses dari Internet, Mei 2016, www.gundar.agarirs.com
Rahmadani, Suci. 2015. Leksikon Bahasa Indonesia. Diakses dari Internet, Mei 2016, sucirahmadaniuir.blogspot.co.id