INSTRUMEN EVALUASI 3
1. Jelaskan bagaimana cara mengidentifikasi adanya potensi bahaya kecelakaan kerja di industri.!
2. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pekerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.!
3. Klasifikasikan api berdasarkan sumber nya menurut NFPA.!
4. Jelaskan bagaimana cara melakukan tindakan keamanan listrik secara umum serta pencegahan yang tepat untuk keselamatan kerja pada alat pengukuran listrik.!
5. Jelaskan fungsi dari melakukan briefing sebelum memulai pekerjaan.!
JAWAB
1. Identifikasi bahaya kecelakaan kerja di industri
1) Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada di tempat kerja
Kumpulkan, atur, dan tinjau segala informasi tentang bahaya di tempat kerja untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin ada atau kemungkinan pekerja terpapar atau berpotensi terpapar bahaya tersebut.
2) Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang ada di tempat kerja
Kemungkinan besar bahaya akan muncul seiring dengan adanya perubahan area/proses kerja, mesin atau peralatan tidak memadai, pengabaian tindakan pemeliharaan/perbaikan, atau tata graha yang tidak terlaksana dengan baik.
Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja secara langsung dan berkala dapat membantu Anda mengidentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya yang timbul berulang kali, untuk segera dilakukan pengendalian sebelum terjadi kecelakaan kerja.
3) Lakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat mengakibatkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi paparan yang berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menimbulkan penyakit yang diakibatkan oleh paparan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Potensi bahaya kesehatan tersebut mencakup faktor kimia (pelarut, perekat, cat, debu beracun, dll.), faktor fisik (kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, dll.), bahaya biologis (penyakit menular), dan faktor ergonomi (tugas monoton/berulang, postur canggung, angkat berat, dll.).Meninjau rekam medis pekerja dapat membantu Anda dalam mengidentifikasi bahaya kesehatan yang terkait dengan paparan di tempat kerja.
4) Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi
Insiden di tempat kerja ─ termasuk kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, nearmisses dan laporan tentang bahaya lainnya ─ memberikan indikasi yang jelas tentang di mana bahaya berada.Dengan menyelidiki insiden dan membuat laporan secara menyeluruh, Anda akan dengan mudah mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan besar akan mengakibatkan sesuatu yang fatal di masa mendatang. Tujuan investigasi adalah untuk menemukan akar penyebab insiden atau faktor-faktor yang memengaruhi bahaya, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
5) Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan aktivitas non-rutin Perlu Anda pahami, keadaan darurat dapat menghadirkan bahaya yang bisa menimbulkan risiko serius bagi pekerja. Aktivitas non-rutin, seperti inspeksi, pemeliharaan, atau perbaikan juga dapat menghadirkan potensi bahaya. Rencana dan prosedur perlu dikembangkan untuk merespons secara tepat dan aman terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan darurat dan aktivitas non-rutin.
6) Kelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi, tentukan langkah-langkah pengendalian sementara, dan tentukan prioritas bahaya yang perlu pengendalian secara permanen Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya yang teridentifikasi dan jenis-jenis kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang dapat timbul akibat bahaya tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan tindakan pengendalian sementara dan menentukan prioritas bahaya mana saja yang butuh tindakan pengendalian permanen.
2. Hal-hal yang harus di perhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
1) Selalu jaga kebersihan tempat kerja
2) Sediakan training yang sesuai dengan kebutuhan
3) Perhatikan kondisi peralatan kerja
4) Selalu mengikuti prosedur kerja
5) Mengenali kondisi arean kerja
3. Klasifikasi kelas kebakaran berdasarkan NFPA
1) Kebakaran Kelas A
Seperti yang kita tahu, kebakaran biasa terjadi karena terbakarnya sebuah benda padat seperti misalnya kain atau kayu. Semua kebakaran yang disebabkan oleh terbakarnya benda padat non logam ini akan dimasukkan kedalam kelas A.
Untuk penanganan dan pemadaman kebakaran kelas A yang tepat adalah media basah seperti Air, lumpur, foam atau bisa juga menggunakan media kering seperti pasir dan tepung pemadam.
2) Kebakaran Kelas B
Selain benda padat, benda cair atau gas juga sering menjadi penyebab kebakaran. Seperti contoh beberapa jenis bensin yang memang sering digunakan untuk membakar sesuatu. Selain itu bisa juga karena LPG atau gas alam yang meledak. Untuk mengatasi kebakaran kelas B yang disebabkan oleh hal-hal tersebut beberapa media yang bisa digunakan untuk pemadaman adalah tepung pemadam, busa atau foam pemadam serta air bertekanan yang berbentuk halus seperti spray.
3) Kebakaran Kelas C
Kebakaran kelas C digunakan untuk jenis kebakaran yang terjadi karena adanya titik api yang berasal dari permasalahan arus listrik. Terjadinya kebakaran ini biasa terjadi karena adanya korsleting atau permasalahan lainnya seperti arus pendek.
Jika hal ini terjadi hindari menggunakan media basah seperti air dalam proses pemadaman karena selain tidak efektif, pemadaman menggunakan air bisa menjadi masalah baru karena air bisa menjadi penghantar listrik. Gunakan pemadam yang berbahan dasar kering seperti tepung pemadam atau karbon dioksida (CO2).
4) Kebakaran Kelas D
Berkebalikan dari kebakaran A yang disebabkan oleh benda padat non logam, kebakaran kelas D adalah kebakaran yang justru disebabkan oleh benda-benda logam seperti misalnya potasium, titanium dan lainnya.
Beberapa logam sangat sensitif terhadap udara atau air, oleh karena itu biasanya yang digunakan dalam pemadaman adalahn pasir yang halus dan kering selain itu bisa juga menggunakan powder khusus.
5) Kebakaran Kelas K
Kebakaran yang dimasukkan dalam kelas K sebenarnya termasuk kasus khusus karena penyebabnya adalah konsentrasi lemak yang tinggi. Kebakaran ini juga paling sering terjadi dalam dapur. Proses pemadaman bisa dilakukan sama halnya saat terjadi kebakaran kelas B.
6) Kebakaran Kelas E
Peralatan elektronik memang sering menjadi penyebab kebakaran terutama peralatan yang menggunakan dinamo. Kebakaran yang disebabkan oleh listrik memang butuh penanganan yang berbeda.
Penggunaan dry powder, bisa dibilang salah satu metode yang paling efisien dalam pemadaman. Namun, penggunaan dry powder ini bisa meningkatkan resiko kerusakan pada mesin elektronik karena memiliki sifat yang lengket.
4. Dengan tindakan pencegahan yang benar, tidak ada alasan bagi seseorang teknisi untuk mengalami shock atau sengatan listrik. Terkena sengatan listrik adalah peringatan yang jelas bahwa ukuran-ukuran keamanan yang benar tidak diikuti. Berikut ini tindakan pencegahan untuk keselamatan kerja yag umumnya berlak pada alat pengukran listrik:
a. Jangan menggunakan ohmmeter pada rangkaian hidup/beraliran .
b. Menghubungkan ammeter paralel dengan sumber daya.
c. Jangan membuat ammeter atau voltmeter mengalami beban lebih dengan mengukur arus atau tegangan yang jauh melampaui saklar-batas ukur yang sudah ditentukan.
d. Pastikan bahwa setiap terminal bersebrangan yang dipakai untuk mengukur, tidak terhubung pendek dengan sengaja atau terhubung ke tanah dengan ujung colok yang dipakai untuk mengkur.
e. Pastikan ujung colok meter kalau ada isolasi berjumpai atau rusak sebelum anda mempergunakannya.
f. Hindari untuk menyentuh jepitan atau ujung lgam terbuka dari ujung clk meter.
g. Bila mungkin, hilangkan tegangan sebelum menyambung ujung colok meter ke rangkaian.
h. Untuk memperkecil bahaya kecelakaan akibat sengatan listrik, putuskan sambungan ujung colok meter seketika setelah pengukuran selesai.
i. Pencairan kesalahan secara online dianjurkan hanya untuk tegangan control 120V atau yang lebih rendah.
j. Banyak meteri yang mempunyai tombol HOLD yang menangkap pembacaan dan tampilan dari memori setelah colok pengukur dilepas dari rangkaian.
5. Fungsi Briefing Sebelum Memulai Pekerjaan
• Memberikan pengarahan tentang kinerja bawahan supaya tetap sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
• Mengingatkan kepada pul tol agar selalu menerapkan Standar Operational Prosedur di setiap pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya.
• Menyampaikan informasi-informasi yang dianggap penting dalam pelaksanaan pekerjaan.
• Menyamakan dan memberitahu pemikiran dari pimpinan kepada para bawahannya, sehingga para bawahan sejalan dan mengikuti pemikiran pemimpinnya tersebut.