Thursday, March 10, 2022

MAKALAH PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH

”PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM”








Disusun oleh:

Kelompok 4

Kelas A


Nurhidayah 210001301012

Irma Rahmayani 210001301007

Achmad Afandy 210001301002 






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2022 



KATA PENGANTAR


        Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul ”Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum” dapat  selesai tepat pada waktunya. Kami menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, hal ini dikarenakan kemampuan yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

        Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu atas bimbingan dan arahan selama penyusunan makalah ini, serta pihak yang ikut membantu dan sumber referensi yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.

        Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan para pembaca umumnya serta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk  mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II  PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum

B. Jenis-jenis Pendekatan Kurikulum

C. Model-model Pengembangan Kurikulum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B.    Saran

DAFTAR PUSTAKA


 

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

            Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada guru dan siswa, serta komponen lainnya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang membedakan peran dan fungsinya. Oleh karena itu, perlu dipahami mengenai seluk beluk kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum terdapat pendekatan dan model pengembangan kurikulum. Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Sedangkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan.

Model atau rancangan bahkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan. Mendesain kurikulum bukanlah pekerjaan yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang komprehensif dalam rangka mendapatkan hasil yang dapat mengakomodir tuntutan dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum berarti menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengonstruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis, dan rekonstruksi sosial.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis akan merumuskan beberapa masalah yang di antaranya sebagai berikut:

1.   Apa yang dimaksud dengan pendekatan dan pengembangan kurikulum?

2.   Apa saja jenis-jenis pendekatan kurikulum ?

3.   Bagaimana model pengembangan kurikulum?


C. Tujuan Penulisan

Dalam hal ini, penulis memiliki beberapa tujuan dari rumusan masalah di atas. Tujuan tersebut diantaranya:

1.      Untuk mengetahui  maksud dari pendekatan dan  pengembangan kurikulum.

2.      Untuk mengetahui apa saja macam-macam pendekatan kurikulum.

3.      Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum dalam pendidikan.






BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum

            Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu (Wina Sanjaya, 2008:77). Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata, pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curiculum constraction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement). Selanjutnya, beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum).

Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan.

Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru. Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sedangkan pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik tolak atau sudut pandang umum tentang proses pengembangan kurikulum.



B. Jenis-jenis Pendekatan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Selain harus memperhatikan unsur-unsur tadi, di dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang diharapkan.

Dilihat dari cakupan pengembangannya, baik curiculum construction atau curiculum improvement, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Top Down

Pendekatan Top Down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah. Dikatakan pendekatan Top Down, disebabkan pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau kepala Kantor Wilayah. Selanjutnya dengan menggunakan semacam garis komando, pengembangan kurikulum menetes ke bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga dinamakan line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi (Wina Sanjaya, 2008 78).

Dilihat dari cakupan pengembangannya, pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curiculum constraction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-kira sebagai berikut:

a. Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat yang ada di bawahnya, seperti para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa juga ditambah dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim pengarah ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.

b. Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Anggota kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran, dan alat atau petunjuk evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.

c. Langkah ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu, kurikulum itu di uji cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji coba itu digunakan sebagai bahan penyempurnaan.

d. Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.

Dari langkah-langkah pengembangan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka tampak jelas bahwa inisiatif penyempurnaan atau perubahan kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat yang berhubungan dengan pendidikan; sedangkan tugas guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan top down adalah pendekatan pengembangan kurikulum dimana inisiator dari pengembangan kurikulum yaitu berasal dari pusat, sedangkan daerah atau sekolah-sekolah hanya tinggal melaksanakannya saja. Pendekatan ini biasanya dilakukan oleh negara yang menganut sistem sentralisasi dalam bidang pendidikan. Pengembangan kurikulum semacam ini baik untuk pengembangan kurkulum yang sama sekali baru


2. Pendekatan Grass Roots

Pada model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pengembangan kurikulum ini disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curiculum improvemnt), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curiculum construction) (Wina Sanjaya, 2008:79).

Minimal ada dua syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass root dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini. Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi jika guru memiliki sikap professional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai.

Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass root ini. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakannya ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kuangnya motivasi belajar siswa, sehingga kita merasa terganggu dan lain sebagainya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung.

b. Mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab muncunya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan. Misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang kita hadapi, atau mengkaji sumber informasi lain. Misalnya melacak sumber-sumber dari internet, atau melakukan diskusi dengan teman sejawat dan mengkaji sumber dari lapangan.

c. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan hasil kajian refleksi, selanjutnya guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.

d. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai kemungkinan bias kita laksanakan. Dalam langkah ini kita hanya memilih kemungkinan yang dapat dilakukan dan selanjutnya merencanakan apa ynag harus kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan muncul, misalnya berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini kita akan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

e. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Alam proses pelaksaannya, Kita dapat berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat.

f. Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass roots. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.

Pada pedekatan ini guru berperan lebih dari sekedar pelaksana kurikulum, bahkan peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum sangat menentukan, sedangkan administrator tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator. Pendekatan ini dimungkinkan pada negara dengan sistem pendidikan yang desentralisasi, sebab kebijakan pendidikan tidak ditentukan oleh pusat, tetapi ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah, karena itu, untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah, dapat terjadi persaingan antar sekolah atau antar daerah.

Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan grass roots adalah pendekatan pengembangankurikulum dimana inisiator pengembang yaitu guru-guru sekolah berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Jenis pendekatan ini biasanya digunakan di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan desentralisasi. Pendekatan ini baik untuk digunakan dalam pengembangan kurikulum yang sudah ada sebelumnya.


C. Model-model Pengembangan Kurikulum

Menurut Good (1972) dan Trvaers (1973), model adalah abstrasi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambing-lambang lainnya. Model adalah rancangan yang dapat digunakan untuk menterjemahkan sesuatu ke dalam realitas yang bersifat lebih praktis. Model digunakan untuk mempermudah komunikasi, sebagai petunjuk prespektif untuk mengambil suatu keputusan atau sebagi petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model yang baik adalah yang dapat dibaca secara menyeluruh dan radikal oleh setiap orang. Model ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia,

2. Dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian

3. Dapat menyederhanakan suatu proses yang kompleks, dan

4. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat digunakan. Model-model tersebut memiliki ciri khas baik dari keluasan pengembangannya ataupun tahapan pengembangannya. Berikut adalah macam-macam pengembangan kurikulum:

1. Model Tyler

Model pengembangan menurut Tyler didasarkan pada empat hal, yakni tujuan pendidikan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan pengevaluasian.

a. Penentuan Tujuan

Tujuan adalah sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus dapat menggamarkan perilaku akhir peserta didik setelah mengikuti program pendidikan. Oleh karena itu, sasaran akhir ini harus dirumuskan secara jelas untuk memudahkan proses pencapaian dan penilaian berhasil tidaknya suatu program pendidikan.

b. Menentukan Proses Pembelajaran (Pengalaman Belajar)

Setelah tahu apa yang akan dituju, maka langkah selanjutnya yakni menentukan langkah apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pembelajaran yang seperti apa yang dibutuhkan dan sesuai. Perumusan ini hendaknya mengacu pada siswa, jadi proses pembelajaran disesuaikan dengan minat, bakat dan kemampuan yang telah dimiliki siswa. Proses pembelajaran ini menyangkut berbagai interaksi, interaksi antar peserta didik, interaksi dengan lingkungannya dan lain-lain. Oleh Karena itu penentuan proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan, harus dapat memuaskan siswa dan harus melibatkan siswa dalam setiap rancangan pendidikannya.Pengalaman pembelajaran yang dapat dikembangkan dapat berupa kemampuan berfikir, pengalaman belajar yang membantu siswa mengumpulkan informasi, mengembangkan sikap social dan mengembangkan bakatnya.

c. Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar mencakup tahapan-tahapan belajar dan materi yang dipelajari. Pengorgainasian berfungsi untuk memberikan penjelasan yang pasti tentang apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses belajar dapat dikembangkan dengan dua jenis pengorganisasian, yakni yang pertama secara vertical. Pengorganisasian yang menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang kajian yang sama namun dalam tingkatan yang berbeda. Misalnya, pengorganisasian pengalama belajar geografi pada kelas delapan dan sembilan. Jenis yang kedua, yakni pengorganisasian horizontal, yakni pengorganisasian pengalaman belajar dalam bidang kajian yang berbeda namun masih dalam tingkatan yang sama.

d. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses mengumpulkan data baik kualitatif maupun kuantitatif yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan. Dalam proses evaluasi ini, proses-proses sebelumnya akan dikaji, sehingga dapat diketahui apakah program tersebut telah berhasil atau belum, apakah tujuan-tujuan telah tercapai atau belum. Inilah yang disebut sebagai fungsi sumatif. Dalam evaluasi akan dinilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik atau belum. Perbandingan anatara keadaan awal dan akhir muthlak diperlukan. Dalam proses evaluasi ini sebaiknya digunakan lebih dari satu instrument penilaian sehingga hasil yang diperoleh lebih valid. Selain itu evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan evektif ata tidak. Fungsi evaluasi ini disebut sebagai fungsi formatif.

2. Model Taba (Inverted Model)

Model pengembangan kurikulum menurut Taba, lebih menitik beratkan pada pengembangan kurikulum dengan perbaikan dan penyempurnaan. Kurikulum dikembangkan secara induktif agar tercapai adanya pembaharuan kurikulum. Menurutnya, guru merupakan faktor utama pengembang kurikulum. Guru diposisikan sebagai innovator dalam pengembangangn kurikulum. Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut Hilda Taba adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan unit-unit hasil eksperimen

Sebelum mengadakan unit-unit percobaan, guru harus melakukan perencanaan berdasarkan teori-teori yang kuat, kemudian guru harus melakukan eksperimen didalam kelas agar data yang dihasilkan bersifat empiris dan teruji. Adapun langkah-langkahnya adalah dengan mendiagnosis kebutuhan (menentukan latar belakang siswa, apa yang dibutuhkan dan diinginkan siswa dan kelebihan serta kekerungan siswa); memformulasikan tujuan; memilih isi(sesuai tujuan, validitas, dan kebermaknaan terhadap peserta didik); pengorganisasian isi; pemilihan pengalaman belajar; pengorganisasian pengalaman belajar (berupa paket-paket pembelajaran); menentukan alat evaluasi serta prosedurnya; melihat sekuens dan keseimbangan kurikulum.

b. Menguji unit eksperimen

Diujicobakan untuk mengetahui validitas dan kepraktisan, sehingga diperoleh

c. Merevisi dan mengkonsolidasi

Setelah dilakukan uji coba hasil uji coba digunakan untuk melakukan perbaikan atau revisi. Selain itu juga harus dilakukan konsolidasi untuk menyimpulkan hal-hal yang masih bersifat umum dan menentukan konsistensi teori yang digunakan. Hasilnya adalh teaching learning yang telah teruji di lapangan.

d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum

Hasil penyempurnaan dan konsiladasi harus dapat diterapkan secara menyeluruh dan dikaji lebihlanjut oleh ahli kurikulum untuk dikembangkan lebih lanjut.

e. Implementais dan Desiminasi

Hasil kajian tersebut diimplementasikan dan sebarluaskan ke sekolah-sekolah. Dalam tahap ini dibutuhkan data tentang kesulitan dan permasalahan-permasalahan  di lapangan untuk mengetahui dengan pasti persiapan implementator kurikulum.


3. Model Oliva

Kurikulum harus bersifat simple, komprehensif dan sistematik. Model kurikulum yang dikemukakan oleh Oliva terdiri dari 12 komponen, yakni:

a. perumusan filosofis, sasaran, misi dan visi yang didasarkan pada kebutuhan peserta didik dan analisis kebutuhan masyarakat. (tujuan umum)

b. Analisis tentang kebutuhan masyarakat disekitar satuan pendidikan, kebutuhan dan urgensi dari disiplin ilmu. (tujuan khusus)

c. berisi tujuan umum dan khusus yang didasarkan kebutuhan.

d. mengorganisasi rancangan dan implementasi kurikulum.

e. penjabaran kurikullum dalam tujuan umum dan khusus pembelajaran.

f. penentuan strategi pembelajaran.

g. studi awal kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan.

h. implementasi strategi pembelajaran dan penyempurnaan alat dan teknik

i. evaluasi terhadap pembelajaran dan kurikulum.

Model ini dapat digunakan untuk penyempurnaan kurikulum dalam bidang-bidang khusus; sebagai bahan untuk membuat keputusan dalam merancang program dan sebagai pengembangan program secara khusus.


4. Model Beauchamp

Beauchamp mengungkapkan terdapat lima langkah pengembangan kurikulum, yakni:

a. Menentukan wilayah cakupan kurikulum

Wilayah yang akan digunakan untuk menerapkan kurikulum tersebut. Langkah ini dilakukan oleh pemegang kebijakan.

b. Menetapkan persenolia

Menentukan orang-orang yang akan terlibat dalam penerapan kurikulum ini. Terdapat empat kategori, yakni: ahli kurikulum/pendidikan yang berkedudukan di pusat pengembangan kurikulum; ahli pendidikan dari perguruan tinggi dan guru-guru terpilih; para professional pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat. Dalam proses ini ditentuka nsapa saja yang terlibat dan apa saja peran dan tugas yang harus dilakukannya.

c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulu

Sebagai prosedur dalam penentuan tujuan umum, tujuan khusus, pemilihan isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi. Dalam tahap ini harus dilakukan beberapa hal yakni: pembentukan tim pengembangan kurikulum, mengadakan penelitian dan penilaian kurikulum yang telah berlaku, studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, penentuan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, dan penyusunan serta penulisan kurikulum baru.

d. Implementasi kurikulum

Implementasi ini membutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan di sekolah.

e. Evaluasi kurikulum

Hal-hal yang harus dievaluasi adalah pelaksanaan kurikulum, desain kurikulumnya, hasil belajar peserta didik, dan keseluruhan system kurikulum.


5. Model Wheeler

Menurut Wheeler, proses pengembangan kurikulum membentukan suatu siklus yang terus berputar dan terdiri dari lima tahapan. Suatu tahapan dapat dilakukan jika tahapan sebelumnya telah berhasil dilakukan. Dan setelah semua tahapan terlewati maka siklus akan kembali pada tahapan awal. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan umum dan khusus

Tujuan umum bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis dan bersifat praktis. Adapun tujuan khusus lebih bersifat spesifik dan mudah terukur ketercapaiannya.

b. Menentukan pengalaman belajar

Pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

c. Menentukan isi atau materi yang digunakan disesuaikan dengan pengalaman belajar yang telah direncanakan.

d. Mengorganisasi pengalaman belajar Menyatukan pengalaman belajar yang telah dirancang dan menyusunannya dengan masteri atau isi belajar.

e. Melakukan evaluasi Setiap tahap yang telah dilakukan dikaji kembali dan dievaluasi.

f. Model Nicholls

Model Nicholls juga menggunakan pendekatan siklus, namun model pengembangan ini digunakan akibat terjadinya perubahan sitiasi. Langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:

1. Analisis situasi,

2. Menentukan tujuan khusus,

3. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran,

4. Menentuikan dan mengorganisasi metode, dan

5. Evaluasi.


6. Model Dynamic Skillback

Model ini cocok bagi guru-guru yang ingin mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan sekolah. Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut model ini adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis situasi

b. Memformulasikan tujuan

c. Menyusun program

d. Interpretasi dan implementasi, dan

e. Monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi.


7. Model Miller-Seller

Model ini merupakan model kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robison), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:

a. Klarifikasi orientasi kurikulum

Dalam tahapan ini, orientasi harus diuji dan diklarifikasi. Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis. Dan ada tigfa jenis orientasi kerikulum yaitu transmisi, transaksidan transformasi.

b. Pengembangan tujuan tujuan umum, tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum merefleksikan pandangan orang dan masyarakat. Tujuan ini harus dijabarkan secara khusus hingga pada tujuan instruksional.

c. Identifikasi model mengajar

Strategi mengajar harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Strategi yang digunakan disesuaikan dengan tujuan, strukturnya sesuai kebutuhan siswa, guru harus memahami penerapan kurikulum, dan tersedianya sumber-sumber yang esensial.

d. Implementasi

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah komponen program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan professional, penetapan waktu dan system monitoring.

Menurut Smith, Stanley, dan Shores model pengembangan kurikulum ini terdiri dari dua bentuk model. Yang pertama, guru atau sekelompok guru melakukan ujicoba kurikulum dengan melakukan penelitian dan pengembangan kurikulum. Dan hasilnya dapat diguanakan secara luas. Yang kedua, bebrapa guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada mengadakan eksperimen, ujicoba dan mengadakan pengembangan secara mandiri sebagai langkah perbaikan kurikulum.

Keuntungan model pengembangan ini adalah: lebih nyata dan ilmiah, perubahan kurikulumnya masih dalam skala kecil sehingga kemungkinan ditolak kecil, menghindari kesenjangan dokumen dan meningkatkan kreatifitas dan inisiatif guru.



BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Sedangkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan.Ada dua jenis pendekatan kurikulum, yakni pertama pendekatan top down atau pendekatan administrati, kedua pendekatan grass roots.

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat digunakanyaitu :Model Tyler, Model Taba (Inverted Model), Model Oliva , Model Beauchamp, Model Wheeler, Model Nicholls, Model Dynemic Skilbeck, Model Miller-Seller.

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis, dan rekonstruksi sosial.

B. Saran

Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pendekatan serta pengembangan kurikulum, maka penulis menyarankan untuk pembaca agar dapat memahami dn mengimplementasikan yang telah dipaparkan diatas. Serta dapat memanfaatkan beberapa model kurikulum untuk dikembangkan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. 2013. Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nasution. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ruhimat, Toto dan Alinawati, Muthia. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik  Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana.


 







No comments:

Post a Comment