BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kegiatan menganalisis karya sastra merupakan hal yang lumrah dilakukan sebagai suatu proses pemaknaan atau pemberian makna terhadap karya sastra dengan intensitas estetik, istilah lainnya adalah konkretisasi. Berbagai pendekatan ditawarkan, salah satu diantaranya pendekatan objektif yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri, pendekatan ini beranggapan karya sastra sebagai suatu yang otonom. Sebagai struktur yang otonom, karya sastra dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya. Oleh karena itu, untuk meahami maknanya, karya sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri lepas dari berbagai unsur yang ada di luar struktur signifikansinya.
Menurut Abrams (1979:3-29), terdapat empat pendekatan dalam menganalisis atau mengkaji karya sastra, yaitu pendekatan yang menonjolkan kajiannya terhadap peran pengarang sebagai pencipta karya sastra disebut pendekatan ekspresif; pendekatan yang lebih menitikberatkan pada peran pembaca sebagai penyambut atau penghayat sastra yaitu pendekatan pragmatik; pendekatan yang lebih berorientasi pada aspek referensial dalam kaitannya dengan dunia nyata yaitu pendekatan mimetik; sedangkan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai suatu struktur yang otonom dengan koherensi intrinsik yaitu pendekatan objektif.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan objektif?
2. Bagaimana penerapan pendekatan objektif pada analisis novel Re: karya Maman Suherman?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar tentang pendekatan objektif.
2. Mampu menganalisis novel berdasarkan pendekatan objektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendekatan Objektif
Pendekatan struktural adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra scara keseluruhan, serta memandang karya sastra merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra secara strukturalisme. Sehingga pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif. Semi (1993: 67) menyebutkan bahwa pendekatan struktural dinamakan juga pendekatan objektif, formal, atau pendekatan analitik. Pendekatan strukturalisme berpandangan bahwa untuk menanggapi karya sastra secara objektif harusla berdasarkan pemahama terhadap teks karya sastra itu sendiri. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsika sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, teman, plot, setting, karakter dan sebagainya.
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangaun karya sastra dari dalam. Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsure karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa endekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam mencapai kebulatan makna.
B. Penerapan Pendekatan Objektif
Analisis karya sastra dengan pendekatan strukturalisme memiliki berbagai kelebihan, diantaranya (1) pendekatan struktural memberi peluang untuk melakukan telaah atau kajian sastra secara lebih rinci dan lebih mendalam, (2) pendekatan ini mencoba melihat sastra sebagai sebuah karya sastra dengan hanya mempersoalkan apa yang ada di dalam dirinya, (3) memberi umpan balik kepada penulis sehingga dapat mendorong penulis untuk menulis secara lebih berhati-hati dan teliti (Semi, 1993: 70). Unsur-unsur pembangun struktur terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Fakta cerita itu sendiri terdiri atas tema, alur, tokoh, dan latar; sedangkan sarana sastra biasanya terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa dan suasana, simbol-simbol, imaji-imaji, dan juga cara-cara pemilihan judul. Di dalam karya sastra, fungsi sarana sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami dengan jelas.
Identitas buku
a. Judul Buku : Re:
b. Pengarang : Maman Suherman
c. Tebal Buku : 13,5 x 20 cm
d. Jumlah halaman : vi+ 160 halaman
e. Jenis Buku : Sastra
f. Penerbit : Gramedia
g. Tempat Terbit : Jakarta
h. Tahun Terbit : 2014
i. ISBN : 978-979-91-0702-2
Sinopsis Cerita
Re: merupakan seorang pelacur lesbian. Dia hanya melayani pelanggan wanita. Dalam menjalankan profesi tersebut, dia dikendalikan penuh oleh seorang muncikari bernama Mami Lani. Sebenarnya, Re: tidak memiliki sedikit pun niat untuk menjadi seorang pelacur. Kisah hidup Re: dimulai ketika Ibu Re: masih hidup bersama kedua orang tua. Kakek dan Nenek Re: adalah orang dengan ekonomi yang sangat baik. Sayangnya, Kakek Re: bukanlah pria yang setia. Istri dari Kakek Re: ada di mana-mana dan hal ini diketahui dengan baik oleh Nenek Re:.
Setelah Kakek Re: meninggal, Ibu Re: tumbuh menjadi seorang gadis Sunda yang cantik jelita. Namun, nasib buruk menimpa Ibu Re:. Re: adalah anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap. Nenek terus bertanya kepada Ibu Re: mengenai siapa ayah dari bayi yang dikandung. Ibu Re: tidak mampu menjawab. Peristiwa menyedihkan terjadi kembali. Ibu Re: terserang tifus. Re: kecil hanya bisa kebingungan. Ibu Re: sempat dirawat di rumah sakit, tetapi di bawa pulang setelah beberapa waktu. Ibunda Re: meninggal dunia. Re: kini hidup berdua dengan Nenek Re:.
Re: tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Dia terlibat cinta dengan guru dan teman laki-laki di sekolahnya. Perbuatan Re: bersama dua lelaki itu terlalu jauh. Re: hamil di luar nikah. Mengenai ayah dari bayi yang dikandung, Re: tidak mengetahui dengan pasti. Nenek Re: sempat menyebut Re: dengan sebutan lonte (pelacur). Ketika mengetahui arti dari sebutan tersebut, Re: merasa sedih. Re: kabur dari rumah dan pergi ke Jakarta dalam keadaan perut sudah semakin besar.
Uang Re: telah habis. Re: bingung harus ke mana. Tiba-tiba datang seorang wanita keturunan Tiongkok mendekati Re:. Wanita itu bernama Mami Lani. Mami Lani bersedia menyediakan tempat tinggal, makan, minum, pelayanan kesehatan, dan segala macam kebutuhan Re:. Re: sempat ditawarkan untuk menggugurkan kandungan. Re: ingin mempertahankan anak yang sedang dikandung. Mami Lani pun menyetujui keinginan Re:. Ada satu syarat, Re: harus bekerja pada Mami Lani bila ingin mendapatkan semua itu.
Setelah melahirkan, Re: diminta untuk melunasi semua utang. Perbuatan baik Mami Lani ternyata tidak cuma-cuma. Biaya makan, biaya pelayanan kesehatan, dan biaya lain-lain dirinci tanpa ada yang tertinggal sedikit pun. Untuk melunasi utang, Re: harus menjadi pelacur lesbian di usia muda.
Maman bekerja sebagai sopir Re:. Tugas Maman ialah mengantarkan Re: menuju tempat yang sudah disepakati antara pembeli dengan Mami Lani. Sebenarnya, Maman hanya menganggap Re: adalah sebuah objek penelitian. Seiring berjalannya waktu, Maman mulai memikirkan nasib dan kehidupan Re:. Akan tetapi, Maman tidak bisa berbuat apa-apa. Mami Lani tidak segan untuk menghabisi siapa pun yang mengganggu kelancaran bisnisnya.
Berikut ini merupakan penerapan pendekatan objektif terhadap karya sastra novel yang berjudul “Re:” karya Maman Suherman.
Tema Cerita
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.
Dalam novel Re: karya Maman Suherman ini dapat disimpulkan bahwa tema yang disampaikan oleh pengarang adalah dunia pelacuran lesbian. Di dalam novel ini terdapat seorang tokoh utama yang bernama Rere. Dia perempuan berusia 21 tahun dengan satu anak, bekerja sebagai. Bila kita identiknya dengan pelacur ialah pekerja seks para lelaki, lain hal nya dengan Re:, pelacur lesbian. Yang berarti ia (bersama teman-temannya) hanya melayani wanita saja. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.
“Sudahlah, kalau mau jadi temanku, nggak usah usik-usik soal nama! Panggil saja aku Rere!”
“Pelacur! Itu pekerjaanku!”
“Lebih tepatnya pelacur lesbian”
Rere (Re:) adalah momok bagi masyarakat, karena ia seorang pelacur lesbian. Tetapi Re: juga manusia, seorang wanita, dan seorang ibu.
Alur Cerita
Menurut Aminuddin (2011: 83), pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Novel Re: menggunakan alur campuran dalam penyajiannya. cerita yang terdapat didalamnya memiliki campuran alur maju dan mundur. Cerita ini dimulai di tengah-tengah. Sementara cerita berkembang maju, beberapa kali ditampilkan beberapa potongan flashback yang menjelaskan latar belakang cerita.
Dalam Novel Re:, pertama-tama penulis menceritakan kronologis kematian sahabat Rere, yaitu Sinta yang juga memiliki profesi yang sama dengan Rere. Kemudian penulis menampilkan sedikit demi sedikit sisi kehidupan pribadi Rere sebagai pelacur. Selanjutnya, penulis kembali mengisahkan latar belakang kehidupan Rere. Kehidupan pribadi Rere sampai kehidupan keluarganya. Setelah itu penulis kembali melanjutkan kisah Rere sebagai pelacur. Sesekali penulis juga menceritakan kehidupannya, proses penelusurannya dalam menguak informasi tentang kisah dari Rere.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh dan penokohan dalam novel ini sebagai berikut.
- Rere : Penyayang, keras kepala, tegas,
- Herman: Peduli
- Mami Lani: Kasar, jahat
- Sinta: Baik
- Chris: Jahat
- Melur: Polos, baik
- Bu Sabariah: Tegas
- Bu Marlina: Baik, lembut, penyayang
- Windy: Keras kepala
Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Si aku tidak sepenuhnya mengisahkan dirinya. Si aku lebih banyak menceritakan tokoh lain dengan segala hal yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Dengan kata lain, si aku pada sudut pandang ini hanyalah sebagai narator bagi tokoh di sekelilingnya. Dalam sudut pandang ini seolah-olah si tokoh utama yang bercerita, akan tetapi posisinya dalam cerita bukanlah sebagai tokoh utama.
“Aku ikut menghampiri Re:, namun langsung balik arah begitu nama ‘Sinta’ samar ku dengar disebut oleh Salah seorang teman Re:.”
“Aku tahu, Re: pasti bakal amat terpukul melihat kondisi Sinta. Wajah Perempuan Sunda yang Cantik itu kini tak berbentuk lagi.”
“Aku ingat, Re: pernah berpesan agar aku tidak meladeni kelakuan Chris yang menyebalkan itu.”
“Re: berbisik lirih namun masih tertangkap telingaku, yang duduk tepat di sampingnya. Aku tak berani bertanya maksud ucapannya itu.”
Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat efek-efek tertentu. Oleh karena itu, penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra yang diteliti adalah wujud (bagaimana bentuk) gaya bahasa itu dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunaannya atau apa fungsi penggunaan gaya bahasa tersebut dalam karya sastra. Gaya bahasa dipakai pengarang hendak memberi bentuk terhadap apa yang ingin disampaikan.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Re: hanya menggunakan sedikit perumpamaan atau lebih banyak kata-kata denotasi. Penuturan kisah disampaikan secara lugas dan tidak menekankan pada rasa atau kesan. Pembaca seolah sedang membaca catatan harian seseorang.
Latar
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Berikut ini latar yang terdapat pada novel Re:.
a. Latar tempat:
Diskotik – “Aku dan Re: yang tengah menikmati secangkir kopi selepas bubaran diskotek sontak terlonjak dari kursi”
Hotel – “tanpa aba-aba kami bergegas menuruni tangga coffee shop di lantai dua hotel bintang tiga ….”
Ruang tamu – “Re: dan perempuan itu kemudian mengobrol sejenak, dan tertawa-tawa. Re: memintaku duduk di ruang tamu sambil menonton TV.”
Kamar – “Windy menerobos masuk kamar, diikuti Tara. Re: dan Dika juga didorong Windy hingga jatuh. Tara sigap menutup dan mengunci pintu.”
Sekolah – “Hampir setengah jam menanti, kami berdua serempak melihat satu motor bebek merah berhenti, tepat di depan pintu pagar sekolah.”
b. Latar waktu:
Di dalam novel ini banyak sekali waktu yang digunakan mulai dari pagi, siang hingga malam. Pembaca akan mudah tahu kapan bagian-bagian dari cerita itu terjadi. Seperti pada kutipan di bawah.
Pagi – “Esok hari, pukul 08.00, aku baru terbangun.”
Siang – “Siang terik, sambil menunggu angkot yang menuju ke kampus, ku tatap jajaran Koran dan majalah yang dijajakan ….”
Malam – “Setelah kehidupan malam berhenti berdenyut, lampu-lampu yang berjejer di sana memang biasanya dipadamkan.”
Kamis dini hari – “Kamis dini hari itu, sekitar tiga jam menjelang subuh, suasana yang biasanya sunyi dan tenang tiba-tiba terasa tercekam.”
c. Latar suasana:
Sedih – “Tangis Re: pecah seketika, ia menjerit-jerit ….”
Haru – “Dua sungai mengalir dari matanya, membasahi pipinya. “Titip cium dan peluk untuknya”
Semangat – “Re: tampak begitu bersemangat. Pagi ini kami ingin menenok buah hatinya yan mulai bersekolah. Usianya belum genap empat tahun”
Bahagia – “Ia tampak sangat segar. Sambil tersenyum manis, ia langsung loncat ke boncengan.”
Marah – “Seperti banteng mengamuk, Windy berteriak-teriak sambil menendang meja”
Amanat
Amanat, ialah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui isi cerita yang dikarangnya. Amanat yang disampaikan dapat secara langsung (tertulis), melalui dialog antartokoh dalam cerita atau tidak langsung (tersirat). Amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam novel ini seperti berikut.
Novel Re: menggambarkan dunia pelacuran lesbian, kasih sayang ibu sepanjang jalan, dan perempuan dari sudut kriminologi. Dari satu sisi, pandangan negatif akan selalu mengarah pada pekerjaan atau apa yang dilakukan oleh pelacur yang diceritakan dalam novel tanpa mengetahui pedihnya kehidupan seorang pelacuran lesbian.
Jangan menilai seseorang hanya karna pemikiran kompleks kita, kita tidak pernah tahu bagaimana besar perjungan yang mereka lalui untuk bertahan sampai sekarang. Seperti sosok Re yang ingin keluar dari jerat dunia pelacuran, tapi untuk memberi makanan untuk anak-anaknya adalah pilihan utama seorang ibu sehingga lebih memilih untuk melacur daripada mengemis. Pengorbanan seorang ibu juga tergambar di dalam novel. Melalui buku ini, kita pun akan lebih menghargai ibu kita sendiri dan para ibu di Indonesia.
Perempuan, bagaimanapun ia dipandang rendah di masyarakat, punya sisi kuatnya masing-masing. Seperti kata penulis, “Perempuan adalah cahaya. Perempuan adalah jiwa.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pemaknaan karya sastra dapat dipahami dengan menggunakan berbagai pendekatan, pendekatan objektif atau struktural merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis karya sastra. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsika sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, teman, plot, setting, karakter dan sebagainya.
Meskipun analisis sastra dengan menggunakan pendekatan objektif dalam hal ini analisis strukturalisme mempunyai beberapa kelemahan, akan tetapi analisis struktural merupakan sesuatu yang harus dilalui, sebagai sebuah tahap awal dalam proses pemaknaan karya sastra, karena arti sesungguhnya dari sebuah karya sastra hanya dapat dipahami dengan menganalisis susunan dan organisasi karya sastra tersebut.
B. Saran
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Suherman, Massman. 2014. Re:. Jakarta: Gramedia.
Setyowati, Indah. 2013. Analisis Novel. Diakses dari internet, 23 Mei 2017, http:// indahsetyow.blogspot.co.id/2013/04/analisisnovel-karya.html