1. Tuliskan pengertian dan contoh masing-masing:
a. Penalaran induktif dan coraknya
b. Penalaran deduktif dan coraknya
2. Rumuskan sebuah topik, sesudah itu tetapkan sebuah judul sesuai dengan topik, kemudian tentukan
tujuannya dalam bentuk pernyataan maksud.
3. Susunlah kerangka karangan topik dan judul tersebut.
4. Lampirkan kutipan yang menunjang penulisan/pengembangan topik/judul tersebut masing-masing,
10 kutipan dari buku dan 5 kutipan dari internet.
5. Susunlah daftar pustaka dari sumber kutipan tersebut.
1. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif
a. Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum. Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu.
Contoh: Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.
2. Analogi
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Contoh: Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
3. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Contoh: Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).
b. Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga.
Contoh:
Premis mayor: Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor: Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan: Jadi, Habibie adalah pemikir.
2. Entinem
Entinem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor: Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang sedang kesusahan
Premis minor: Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan: Jadi, Pak Sastro adalah penghisap darah orang yang kesusahan.
2. Topik, Judul, dan Tujuan
a. Topik: Guru sebagai Motivator
Pembatasan topik:
b. Judul: Peranan Guru sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di Bidang
Akademik
c. Tujuan: Dalam uraian ini penulis mengungkapkan peranan penting seorang guru yang tidak hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, namun lebih mendalami perannya sebagai motivator dalam upaya meningkatkan kreativitas siswa khususnya di bidang akademik, sehingga siswa lebih semangat dalam meraih prestasi.
3. Kerangka Karangan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hakikat Guru
2.2. Peranan Guru
2.3. Teori Tentang Motivasi
2.4. Kreativitas Siswa
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Guru sebagai Motivator
3.2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
3.3. Macam-macam Motivasi
3.4. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
3.5. Pentingnya Kreativitas di Bidang Akademik
3.6. Peningkatan Kreativitas Siswa melalui Peran Guru sebagai Motivator
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
4. Kutipan
Buku:
Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya (Suparlan, 2006: 9).
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 1986: 123).
Menurut Sardiman (1986: 142), peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
Peran guru sebagai motivator terkait dengan peran sebagai educator dan supervisor. Untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang utamanya berasal dari gurunya (Suparlan, 2006: 35).
Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri (Sardiman, 1986: 143).
Menurut Sardiman (1986: 81-82), teori yang berkaitan dengan motivasi yaitu teori insting (tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan), teori fisiologis (semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik), teori psikoanalitik (lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia).
Sistem pengajaran baru dapat berlangsung dengan baik apabila guru mengetahui peranannya dan murid menyadari kedudukan, sehingga interaksi kegiatan belajar-mengajar melahirkan hubungan yang manis/mesra, dan memungkinkan terjadinya peningkatan kualitas hasil belajar (Robinson 1988:25).
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 1986: 73), motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubunannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator, dan pengganti orang tua (Havighurst dalam Sardiman, 1986: 141).
James W. Brown (dalam Sardiman, 1986: 142) mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Internet:
Sebagai motivator, guru harus bisa memotivasi siswa, menciptakan lingkungan dan suasana yang mendorong siswa untuk mau belajar dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinu (Sutarsih, 2009: 11).
Aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (Putri, 2015: 13)
Ciri-ciri kreativitas yaitu siswa memiliki dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya) (Purba, 2008: 9).
Menurut Putri (2015: 3), kreativitas adalah potensi daya kreatif yang dimiliki individu sebagai bentuk pemikiran dalam menemukan hubungan antara unsur yang sudah ada atau cara baru dalam menghadapi masalah yang datang dari diri sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi.
Putri (2015: 9) berpendapat bahwa pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal penting, sebab jika kreativitas siswa tidak muncul maka proses pembelajaran tersebut akan statis, artinya tidak ada interaksi yang baik antara pendidik dan anak.
5. Daftar Pustaka
Robinson, Adjai. 1988. Asas-asas Praktik Mengajar. Jakarta: Bhratara.
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat.
Purba, Lisnawati. 2008. Bagaimana Meningkatkan Kreativitas Siswa. Diakses dari Internet, 29 April 2017, www.academia.edu/9820879/bagaimana_meningkat kan_kreativitas_siswa
Putri, Anike. 2015. Kreativitas Siswa. Diakses dari Internet, 29 April 2017, https://anike putri10.wordpress.com/2015/01/01/kreativitas-siswa
Sutarsih. 2009. Etika Profesi. Diakses dari Internet, 29 April 2017, www.academia.edu /download/32035921/22etikaprofesi.pdf