Friday, March 18, 2022

MATERI KETERAMPILAN MEMBACA

DAFTAR ISI


Kata Pengantar ………………………………………………………………      

Daftar Isi……………………………………………………………………...   

TINJAUAN UMUM …………………………………………………………     

A.    Keterampilan Membaca…………………………………………………      

1.      Hubungan antara Berbicara dan Menyimak…………………………...       

2.      Hubungan antara Menyimak dan Membaca…………………………...       

3.      Hubungan antara Berbicara dan Membaca…………………………….      

4.      Hubungan antara Ekspresi lisan dan Ekspresi Tulis…………………..        


B.     Membaca …………………………………………………………………       

1.      Pengertian Batasan Membaca…………………………………………       

2.      Tujuan Membaca………………………………………………………       

3.      Membaca Sebagai Suatu Keterampilan……………………………….        

4.      Aspek-Aspek Membaca……………………………………………….       

5.      Mengembangkan Keterampilan Membaca……………………………        

6.      Tahap-Tahap Perkembangan Membaca………………………………         

KESIMPULAN………………………………………………………………        












PEMBAHASAN

TINJAUAN UMUM


A. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakupempat segi, yaitu :

1.   Keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills).

2.   Keterampilan berbicara (speaking skills).

3.   Keterampilan membaca (reading skills).

4.   Keterampilan menulis (writing skills).

Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilanLainnya dengan cara yang beranekarona. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, yaitu biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara; setelah itu barulah kita belajar menulis dan membaca. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan menulis dan membaca dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan caturtunggal  (Dawson, (et al) 1963 : 27).


Berikut ini akan dibicarakan sepintas kilas hubungan antar keterampilan tersebut:

1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak

a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena itu, contoh atau model yang disimak serta direkam oleh anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.

b. Kata-kata yang  akan dipakai serta dipelajari oleh anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui, (misalnya kehidupan desa >< kota) dan kata-kata yang paling banyak member bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide mereka.

c. Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup, misalnya ; ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.

d. Anak yang lebih mudah lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit dari pada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.

e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

f. Bunyi atau suara merupakan suatu factor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata anak. Oleh karena itu anak akan tertolong kalau mereka mendengarkan/menyimak ujaran-ujaran yang baikdaripara guru, rekaman-rekaman yang bermutu, dancerita-cerita yang bernilai tinggi.

g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya, anak mempergunakan bahasa yang didengarnya. (Dawson (et al) 1963 : 29).

                            

2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca

a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.

b. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning). Selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Misalnya, anak yang cacat dalam membaca haruslah pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak daripada melalui membaca.

c. Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension)  lebih unggul dari pada membaca pemahaman (reading comprehension), anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/ memakai/ menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.

d. Oleh karena itu para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih terartur lagi agar hasil pengajaran itu baik. Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.

e. Bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggik elasnya, korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading covabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.

f. Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek acap kali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu factor pendukung atau factor tambahan dalam ketidakmampuan dalam membaca (poor reading).

g. Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang diajukan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci.

h. Kedua keterampilan tersebut merupakan proses saling mengisi membaca hendaklah disertai dengan diskusi (sebelum, selama, dan sesudah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman umum, serta pemilikan ide-ide para pelajar yang kita asuh. (Dawson (et al) 1963 : 29-30).


3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca

Sejumlah proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat diantara perkembangan kecakapan bahwa kemampuan umum bahasa lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan bagi pengajaran membaca.

Hubungan- hubungan antara bidang lisan dan membaca telat dapat diketahui dalam beberapa penelitian ,antara lain:

a. Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.

b. Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf mungkin mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak.

c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membentuk suatu pelajaran bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.

d. Kosa kata khususnya mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.


4. Hubungan antara Ekpresi Lisan dan Ekspresi Tulis


Adalah wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan, antaralain :

a. Seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang member cirri kepada ujarannya merupakan dasar ekspresi tulis berikutnya.

b. Seorang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan, tetapi diam sih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh dari tangan kedua.

c. Perbedaan-perbedaan pun terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tuis. Ekpresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan daripada komunikasi tulis. Pengalaman telah menunjukkan bahwa meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula meningkatkan daya pikir meraka. Membasmi kebiasaan-kebiasaan yang ceroboh, tidak teratur dalam ujaran, kalimat-kalimat yang tidak menentu ujung pangkalnya serta berulang-ulang, pikiran-pikiran yang tidak sempurna dan tidak konsekuen dalam ekpresi lisan memang sangat perlu dan selalu harus dilakukan, agar kita dapat membimbing para individu kearah kebiasaan berpikir yang tepat dan logis. Sebaliknya komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskahnya.

d. Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolongmu untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Biasanya, bagan atau rangka yang dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.

Guru harus melihat bahwa pengajaran menyimak, berbicara, dan menulis itu haruslah saling berhubungan serta berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang keempat, yaitu membaca. Menyimak dan membaca erat berhubungan karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya, keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain. Dalam percakapan, jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir merupakan proses yang sama. (Anderson 1972 :3).


B.   Membaca

1. Pengertian Batasan Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dari segi lingustik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sendi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). 

Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-210). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna, mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan. (Anderson 1972 :3).

Di samping pengertian atau batasan yang telah di utarakan di atas , membaca pun dapat pula di artikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri, dan kadang kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambing-lambang tertulis .

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat , melihat pikiran yang terkandung di dalam kata kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak di kemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis ,tetapi berada pada pikiran pembaca. Secara singkat dapat di katakana bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printer or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di bahan yang tertulis ( finochiaro and Bonomo 1973 : 119 ).


2. Tujuan membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan .beberapa jenis tujuan membaca:

a. Reding for details or faete (membaca untuk memperpendek perincian atau fakta).

b. Reading main ideas (membaca untuk memperoleh ide utama).

c. Reading for sequence or organization (membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.

d. Reading for inference (membaca untuk menyimpulkan inferensi).

e. Reading to classify (membaca untuk mengklasifikasikan).

f. Reading to evaluate (membaca menilai , membaca mengevakuasi).

g. Reading to compare or contrast ( membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan )


3. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan 

Keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu:

a. Pengenalan terhadap aksara dan tanda tanda baca.

b. Korelasi aksara beserta tanda – tanda baca dengan unsur – unsur linguistik yang formal.

c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning  (broghton (et al) 1978: 90).


4. Aspek-aspek membaca

Sebagai garis besarnya , terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah.  Aspek ini mencakup:

1. Mengenal bentuk huruf.

2. Mengenal unsur – unsur  linguistic (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain).

3. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahasa tertulis atau “to bark at print”.

4. Kecepatan membaca ketaraf lambat.


b. Keterampilan yang bersifat  pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).

2. Memahami  signifikansi atau makna (a.1. maksud dan tujuan pengarang, relefansi/keadaann kebudayaan, dan reaksi pembaca).

3. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).

4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.


Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara. Untuk keterampilan pemahaman yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati.


5. Mengembangkan keterampilan membaca

Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca itu antara lain:

a. Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosakata mereka dengan jalan: 

1. Memperkenalkan sinonim kata, antonym kata, paraphrase, kata-kata yang berdasarkan sama.

2. Memperkenalkan imbuhan yang mencakup awalan, sisipan, dan akhiran.

3. Mengira-ngira atau mereka makna kata dari konteks atau hubungan kalimat.

b. Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata dan kalimat.

c. Guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, pribahasa, dan lain-lain.

d. Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar dengan berbagai cara.

e. Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar.


6. Tahap-tahap perkembangan membaca

a. Tahap I

Para pelajar disuruh membaca bahan yang telah mereka pelajari, mengucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah mereka ingat. Dalam tahap ini para pelajar haruslah dibimbing umtuk mengembangkat atau meningkatkan response-responsi visual yang otomatis terhadap gambaran-gambaran huruf yang akan mereka lihat pada halaman cetakan. Mereka haruslah disadarkan benar-benar serta memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau menggambarkan bunyi-bunyi. 

b. Tahap II

Guru atau kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan menyusun kata-kata serta struktur-struktur yang telah diketahui tersebut menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam, para pelajar dibimbing serta dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mengandung unsur-unsur yang sudah biasa bagi mereka.

c. Tahap III

Suatu komite guru-guru dapat menulis atau menyediakan bahan yang dimaksud, atau menyusun teks-teks dengan kosakata dan struktur yang bertarap rendah tetapi  berdaya tarik yang bertarap tinggi selaras dengan usia para pelajar. Beberapa perobaan informal.

d. Tahap IV

Beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan  penggunaan teks-teks sastra  yang telah disederhanakan sebagai bahan bacaan pada tahap ini.

e. Tahap V

Bahan bacaan tidak dibatasi seluruh dunia buku terbuka bagi para pelajar. 



KESIMPULAN


Berdasarkan makalah yang telah kami susun, kami dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

1.  Membaca merupakan suatu alat komunikasi yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat berbudaya.

2. Bahan bacaan yang dihasilkan dalam setiap kurun waktu, dalam sejarah sebagian besar dipengaruhi oleh latar belakang social tempatnya berkembang.

3.  Sepanjang masa sejarah yang terekam, membaca teleh membuahkan dua kutub yang amat berbeda.

4. Disatu pihak, membaca merupakan suatu suatu daya pemersatunyang ampuh, yang cenderung mempersatukan kelompok-kelompok social dengan memberikan pengalaman-pengalaman umum yang seolah-olah dialami sendiri dan dengan dengan menanamkan sikap-sikap, ide-ide, minat-minat, dan aspirasi-aspirasi umum.

5.  Dipihak lain membaca itu telah bertindak sebagai suatu daya pemecah belah yang cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan antar kelompok social dengan jalan merangsang serta mempertebal perbedaan pendapat-pendapat mereka. Karena itulah, salah satu masalah yang kita hadapi kini adalah menentukan cara-cara agar membaca itu dapat dengan baik, mempromosikan kesejahteraan pribadi dan kemajuan kelompok.