Apa Kabar Pendidikan Negeriku
Karya: Dian Hartati
Sampai kini saya tidak tahu
Apakah titel sarjana nan dibangga-banggakan ayahku dulu
Dapat menyambung lambungku, istriku dan anak-anakku
Tujuh Belas tahun sudah segudang uang di lumbung keringat ayah-ibuku
Kuhabiskan di meja pendidikan
Namun saya tetap tidak mampu memberi anak-anakku sesuap makan
Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah
Namun tidak memberiku otak brilian dan keterampilan nan sepadan
Aku hanya terampil menyontek garapan temanku
Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang
Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta
Apa kabar pendidikan negeriku
Adakah kini kau sudah berbenah
Sehingga anak cucuku akan bisa merasai sekolah nan indah
Dan masa depan nan cerah?
ANALISIS UNSUR SASTRA
1. UNSUR INSTRINSIK
1. Tema: Renungan pendidikan
Penulis menafsirkan demikian sebab puisi tersebut mengisahkan seseorang yang sedangkan merenungkan pendidikan yang telah ditempuh.
2. Rasa: Sedih dan Menyesal
Dalam puisi tersebut, penulis merasa sedih karena gelar yang diraih dari pendidikan yang ditempuh selama 17 tahun tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang bisa menghidupi keluarganya. Selain itu, penulis juga menyesali perbuatannya selama sekolah dan kuliah yang sia-sia.
3. Nada: Melankolik
Puisi tersebut bernada melankolik karena menggambarkan suasana hati penulis yang sedih. Seperti yang diungkapkan penulis dalam puisi tersebut bahwa tujuh belas tahun ia menempuh pendidikan dengan segala pengorbanan namun tidak mampu mendapatkan apa yang diinginkan.
4. Amanat:
Pesan yang ingin disampaikan penulis melalui tersebut ialah bersungguh-sungguhlah dalam sekolah dan kuliah. Jangan menyia-nyiakan waktu untuk pendidikan namun tidak mendapatkan ilmu dan keterampilan. Hargailah pengorbanan orang tua yang telah membiayai sekolah anaknya selama bertahun-tahun. Jangan menjadi siswa atau mahasiswa yang hanya menyontek pekerjaan orang lain namun jadilah siswa atau mahasiswa yang terampil. Selain itu, penulis juga ingin agar kedepannya sistem pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.
5. Diksi:
- Pada baris pertama puisi sampai kini saya tidak tahu, kata kini lebih tepat digunakan daripada kata sekarang.
- Pada baris kedua, kata nan lebih indah dibandingkan jika menggunakan kata yang maka keindahan puisi tidak dapat dinikmati.
- Pada beris ketujuh, kata gerah yang digunakan lebih memperdalam suasana dalam puisi.
- Pada baris kedelapan, penggunaan kata brilian dan sepadan menimbulkan kesan yang lebih indah disbanding menggunakan kata cerdas dan sesuai.
- Pada baris kesebelas, kata mencipta terasa lebih indah dibandingkan jika diimbuhi sufiks –kan menjadi menciptakan. Dengan imbuhan –kan terasa lebih berat dan terdengar biasa saja sehingga suasana yang ditimbulkan kurang dinikmati.
- Pada baris ketiga belas, kata berbenah menimbulkan kesan yang lebih dalam dan suasana yang menyentuh.
- Pada baris keempat belas, kata merasai yang berakhiran –i lebih indah dibandingkan jika menggunakan akhiran –kan yang akan terkesan biasa saja.
- Secara keseluruhan diksi yang digunakan dalam baris-baris puisi di atas sudah cukup tepat dan memperindah puisi sehingga pembaca dapat merasakan suasana yang tepat dan dapat menikmati puisi tersebut.
6. Imajinasi (pencitraan):
- Kuhabiskan di meja pendidikan (gerak)
- kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah (gerak)
- Aku hanya terampil menyontek garapan temanku (gerak)
- Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang (gerak)
- Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta (gerak)
- di lumbung keringat ayah-ibuku (penglihatan)
7. Bahasa figuratif:
- Apakah titel sarjana dapat menyambung lambung (personifikasi)
- Apa kabar pendidikan negeriku, adakah kini kau sudah berbenah (personifikasi)
- segudang uang (hiperbola)
- di lumbung keringat ayah-ibuku (hiperbola)
- Namun saya tetap tidak mampu memberi anak-anakku sesuap makan (ironi)
- di ruang gerah sekolah dan kuliah (hiperbola)
2. UNSUR EKSTRINSIK
1. Pendidikan:
Dikisahkan seseorang yang menempuh pendidikan selama bertahun-tahun kemudian meraih gelar sarjana.
2. Sosial:
Orang tua yang membiayai anaknya sekolah dan kuliah hingga sarjana dan menjadi anak yang membanggakan orang tua. Dengan titel sarjana akan tetapi tetap tidak mampu memenuhi kebetuhan hidupnya.