Friday, March 18, 2022

MAKALAH KETERAMPILAN BERBICARA (MULAILAH DARI HATI)

MAKALAH KETERAMPILAN BERBICARA

(MULAILAH DENGAN HATI)




DISUSUN

KELAS PBSI C

KELOMPOK VIII



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR





KATA PENGANTAR


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad Saw.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Mulailah dengan Hati”, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.



Makassar,




Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita butuh meningkatkan keahlian dialog personal kita. Meskipun sulit menyebutkan urutan-urutan dalam sebuah percakapan, kita tahu satu hal yang pasti: orang-orang yang ahli mulai dengan hati. Artinya, mereka memulai percakapan yang berisiko tinggi dengan motif yang benar dan mereka tetap focus apapun yang terjadi.

Orang-orang yang mengajukan pilihan Si Bodoh tidak memikirkan pilihan ketiga (yang sehat) dalam kasus ini yang dipilih adalah kejujuran yang tragis atau membuat dikotomi yang salah sebagai cara untuk membenarkan perilaku yang buruk.


B. Rumusan Masalah

Bagaimana memulai sesuatu dengan diri hari?

Mengapa penyimpangan sering terjadi dalam percakapan?

Bagaimana menolak pilihan si bodoh?

Bagaimana membuka diri terhadap perubahan?

Bagaimana menyadari kata dan?

Apakah ini sungguh-sungguh mungkin dalam percakapan?







BAB II

PEMBAHASAN

A. MULAILAH DENGAN HATI

Bagaimana Tetap Fokus pada Apa yang Sungguh Anda Ingingkan

“Bagaimana’’ berdialog. Bagaimana cara anda mengupayakan aliran makna, ketika yang sedang terjadi adalah perbedaan pendapat dan emosi yang meledak-ledak? Melihat pengalaman orang-orang biasa, hal tersebut sulit dilakukan. Tetapi pada kenyataannya,   orang-orang dapat berubah. Butuh usaha anda berupaya keras untuk melihat diri anda sendiri. 

Prinsip pertama dari sebuah dialog-mulailah dengan hati, hati anda sendiri. Jika Anda tidak memahami diri sendiri dengan benar, Anda akan sulit memulai dialog yang benar. Ketika komunikasi menjadi krusial, Anda akan kembali ke cara-cara komunikasi yang biasa Anda pakai berdebat, memanipulasi, dan lain-lain.

Ketika Anda Tidak Mulai Dari Diri Sendiri

Kita mulai dengan suatu kisah nyata. Setelah menghabiskan sore yang panas di Disneyland dua anak perempuan kakak beradik dan ayahnya bergegas masuk ke kamar hotel. Dan keduanya sangat ingin buang air kecil. Tetapi hanya ada satu toilet, kemudian terjadilah pertengkaran. Kedua anak yang sudah kebelet ini mulai berargumentasi, saling mendorong, dan mengata-ngatai di kamar kecil. Bahkan salah satunya memanggil sang ayah untuk meminta bantuan.

“Ayah, aku ada di sini lebih dahulu!’’

“Aku tahu, tapi aku lebih ingin pipis!’’

“Bagaimana kamu tahu? Kamu kan tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku bahkan belum pipis sedari pagi!’’ “Kamu egois banget.”

Kemudian si ayah mengajukan sebuah rencana. “Anak-anak, kalian pecahkan sendiri masalah ini. Kalian boleh ada di sini terus dan pecahkan sendiri siapa yang pertama dan siapa yang kedua. Tapo hanya ada satu peraturan, tidak boleh memukul.”

Begitu kedua anak memulai percakapan krusial mereka, si ayah melihat jam tangannya. Dia bertanya-tanya akan berlangsung berapa lama. Menit berlau, yang didengar hanya pertengkaran. Akhirnya setelah 25 menit, terdengar suara siraman air, dan seseorang anak keluar. Satu menit kemudian terdengar suara siraman, dan seorang anak yang lain keluar. Ketika dua anak itu sudah berada di kamar,si ayah bertanya, “kalian tahu sudah berapa kali akan bisa bolak-balik ke kamar kecil jika kalian tadi tidak bertengkar?’’

Sebelumnya, kedua anak itu tidak menangkap makna yang ingin disampaikan ayahnya, tetepi begitu mereka menangkapnya, jelas sekali apa yang langsung mereka simpulkan.

“Bisa berkali-kali Ayah, seandainya dia tidak bertingkah laku seperti itu.”

“Coba dengarkan dia. Dia mengata-ngatai aku padahal dia bisa tunggu sebentar. Dia selalu berbuat seenaknya sendiri!”

Jangan Melihat Aku!

Orang-orang yang terbaik dalam berkomunikasi megerti kenyataan ini dan mengubahnya menjadi prinsip “Tangani diri saya dulu”. Mereka tidak hanya menyadari bahwa mereka akan mendapat keuntungan dengan memperbaiki pendekatan mereka sendiri, tapi juga bahwa satu-satunya orang yang bisa mereka garap adalah diri mereka sendiri. Orang lain mungkin perlu berubah, atau kita sangat ingin berubah, tapi hanya ada satu orang yang dapat terus-menerus kita bentu, kita semangati, dan kita beri inspirasi berapapun kadar kesuksesannya yaitu diri kita sendiri.

Ada suatu ironi yang terkandung dalam kenyataan ini. Orang-orang yang percaya bahwa mereka harus mulai dengan diri mereka sendiri benar-benar melakukannya. Ketika mereka mulai bekerja dengan diri mereka sendiri, mereka semakin ahli dalam berdialog. Dan inilah ironinya, justru orang-orang yang paling berbakat, bukan yang kurang, yang terus menerus berusaha meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. Seperti yang sering terjadi, orang kaya bertambah kaya.

Mulailah Dengan Hati

Kita butuh meningkatkan keahlian dialog personal kita. Meskipun sulit menyebutkan urutan-urutan dalam sebuah percakapan, kita tahu satu hal yang pasti: orang-orang yang ahli mulai dengan hati. Artinya, mereka memulai percakapan yang berisiko tinggi dengan motif yang benar dan mereka tetap focus apapun yang terjadi.

Mereka mempertahankan focus denagn dua cara. Pertama, mereka sungguh-sungguh tahu apa yang mereka inginkan. Mereka menolak godaan yang mengajak mereka melenceng dari tujuan. Kedua, orang-orang ahli tidak mengambil Pilihan si Bodoh (pilih yang ini atau itu). Tidak seperti orang banyak yang membenarkan perilaku buruk mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain, selesaiai bertengkar atau melarikan diri, orang-orang ahli dialog percaya bahwa apa pun kondisinya berdialog adalah sebuah pilihan yang dapat diambil. Mari kita lihat satu persatu asumsi-asumsi penting mengenai hati ini.

Waktu Kebenaran

Untuk melihat bagaimana keinginan hati dapat mempengaruhi kita untuk tetap berdialog, lihatlah contoh yata berikut ini.

Gerta, seorang CEO perusahaan berkurung sedang, dua jam lagi akan rapat dengan para manajer. Selama enam bulan Gerta sedang mengadakan kampanye untuk menekan biaya dalam perusaaan. Hasilnya sangat sedikit hingga saat ini, dan itulah sebabnya dia mengadakan rapat. Tentu orang akan mengatakan kepadanya mengapa mereka belum memulai memangkas biaya. Sebab, ia telah bersusah-payah mengedepankan keterusterangan.

Greta baru saja membuka rapat ketika seorang manajer dengan gugp berkata bahwa dia ingin mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat sulit. Dari caranya mengatakan kata sangat, terdengar seola-olah dia ingin bertanya apakah Gera menculi seorang anak.

Manajer yang gugup ini melanjutkan.

“Greta, Anda telah mengusahakan agar kami menemukan cara memotong biaya selama enak bulan ini. Saya berbohong jika saya mengatakan bahwa kami telah member banyak kepada Anda. Jika Anda tidak keberatan, saya akan mengatakan kepada Anda suatu hal yang membuat kami merasa sulit untuk memotong biaya.”

“Bagus. Katakana saja,” Greta berkata sambil tersenyum.

“Hmmmmm, ketika Anda meminta kami menggunakan kedua sisi kertas dan mengirit, Anda malah membangun kantor kedua.”

Greta terpaku dan wajahnya memerah. Semua orang menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Si manajer melanjutkan.

“dan menurut berita, perabotannya saja menelan biaya 150 ribu dolar. Apakah benra?

Nah, disinilah percakapan berubah menjadi krusial. Seseorang baru saj menuang stitik nilai ke dalam wadah makna. Akankah Greta menghargai kejujuran ini atau akan menyuruhnya diam?

Kami menyebut percakapan ini sebaga percakapan krusial karena cara Greta bertindak tidak hanya akan membentuk sikap orang-orang terhadap rencana pengurangan biaya, tetapi juga akan berdampak besar pada bagaimana para manajer lain akan berpikir tentang Gerta. Akankah dia membicarakan hal yang jujur dan tebuka ini? Ataukah dia akan bertundak munafik, sama seperti CEO-CEO lain sebelum dia?

Akankah Kita Terperangkap

Bagaimana Gerta bertindak selama percakapan krusial tergantung pada caranya menangani emosi ketika dia diserang. Ketika dia menulis pesan maupun memberikan pengarahan, Greta mengatakan yang sebenarnya. Gerta adalah seorang yang tulus. Tetapi bagaimana sekarang? Akankah dia berterimakasih kepada rekannya Karena telah mengambil resiko besar dan berkata jujur?

Jika dia kebanyakan dari kita, Gerta akan membela diri. Ketika kita sedang berada dalam kesulitan karena percakapan berisiko tinggi, motif baru (tapi tidak sehat) akan timbul, menggantiakan motif awal kita yang biasanya lebih mulia. Jika anda berada di depan kerumunan orang yang bersikap bermusuhan, anda pasti akan mengubah tujuan awal anda menjadi tujuan baru yaitu menjaga citra ana di drpan umum.

“Maaf,” Anda mungkin merespon seperti ini. “Saya rasa kantor baru saya bukanlah topk  tepat untuk dibahas di forum ini.”

Dor.  Anda kalah. Dalam satu tipuan anda telah kalah, menghancurkan semua harapan akan perilaku tulus dan jujur dalam percakapan biasa ini, dan meyakinkan kecurigaan semua orang bahwa Anda memang menginginkan kejujuran, tetapi hanya sejauh itu membuat anda kelihatan baik.


Pertama, berfokuslah pada yang sesungguhnya anda inginkan

Sesungguhnya, Greta tidak menyerah pada keinginan hati untuk membela diri. Setelah dituduh tiak melaksanakan ucapannya sendiri, pertama dia merasa terkejut, malu, dan mungkin sedikit kesal. Kemudian dia mengambil napas panjang dan berkata: “Anda tahu? Kita butuh bicara tentang ini. Saya senang Anda menanyakan hal tersebut, sehingga member kita kesempatan untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi,”

Kemudian Greta mulai berbicara. Ia menjelaskan bahwa ia merasa sebuah kantor dibutuhkan, dan mengakui kalau ia sama sekali tidak memperhatikan harganya. Jadi ia meminta seseorang untuk melihat harganya. Sementara itu, dia melanjutkan menerangkan bahwa kantor baru dibangun atas saran bagian pemasaran agar meningkatkan citra perusahaan dan meningkatkan kepercayaan klien. Walaupun Greta akan menggunakan kantor tersebut, bagian pemasaranlah yang terutama akan memakainya sebagai kantor. Ketika ia melihat anggaran untuk kantor itu, ia terkejut dan mengakui bahwa seharusnya ia meneliti biayanya dulu sebelum menandatangani perintah kerja. Kemudian, Greta berjanji untuk membuat rencana baru, agar anggaran bisa dipotong setengahnya atau bahkan menggagalkan proyek tersebut.

Kami bertanya pada Greta, bagaimana ia mampu menekan kesalahannya. Kami ingin tahu apa yang berkecamuk delam pikirannya. Apa yang membuatnya mampu bergerak dari rasa malu dan marah menjadi berterima kasih?

“Mudah saja, kata Greta. “ Pada awalnya saya memang merasa diserang, dan ingin menyerang balik. Saya ingin memperlihatkan pada pria itu. Dia telah menyerang saya di depan umum dan dia salah.”

“Kemudian sebuah pemikiran dating,” ia melanjutkan. Mengabaikan kenyataan dua ratus pasang mata yang sedang mengamati, sebuah pertanyaan penting menghantam saya bagaikan satu ton batu-bat: “apa yang benar-benar saya inginkan di sini?”

Mengajukan pertanyaan ini pada dirinya sendiri mempengaruhi cara berpikir Greta. Begitu ia dengan cepat menyadari bahwa tujuannya adalah mendorong dua ratus manajer ini agar mau mengusahakan pengurangan biaya dan merekalah yang akan mempengaruhi ribuan karyawan lainnya agar berbuat sama.

Ketika Greta merenungkan tujuannya, ia menyadari bahwa halangan terbesar yang dihadapi adalah anggapan orang-orang bahwa ia adalah seorang munafik. Di satu sisi ia meminta orang lain agar berkorban, tetapi di sisi lain ia terlihat mengeluarkan banyak uang untuk kenyamanan dirinya sendiri. Saat itulah ia tidak lagi merasa malu atau marah, tetapi bersyukur . dia tidak dapat meminta kesempatan yang lebih baik untuk mempengaruhi para pemimpin di perusahaannya, kecuali saat ini ketika ia mendapat pertanyaan yang mengena. Jadi ia memutuskan untuk melanjutkan dialog.

Memusatkan kembali pikiran Anda. Sekarang mari berpindah ke dalam situasi yang mungkin Anda hadapi. Anda berbicara dengan seseorang yang sama sekali tidak setuju dengan anda mengenai suatu masalah pelik. Bagaimana agar semua tujuan tercapai? Saat Anda memulai diskusi, mulailah dengan melihat kembali motif anda. Tanyakan kepada diri Anda, apa yang sebenarnya Anda inginkan.

Saat percakapan dibuka, dan Anda menemukan bahwa pendapat anda berbeda denagn bos atau bersikap dingin terhadap pasangan Anda, maka Anda harus memberikan perhatian lebih pada apa yang  sedang terjadi dengan tujuan Anda. Apakah Anda mulai mengubah tujuan Anda untuk menyelamatkan muka, menghindari malu, untuk menang, dibenarkan, atau menghukum orang lain? Di sinilah jebakannya. Motif kita biasanya berubah begitu saj, tanpa didahului pemikiran sadar. Ketika adrenalin mulai berpikir untuk kita,motif kita hanyut terbawa arus kimia. 

Agar dapat kembali ke motivasi awal, Anda harus menjauh dan interaksi dan melihat diri sendiri seperti orang asing. Bertanya kepada diri sendiri; “Apa yang saya lakukan, dan jika saya harus menebak, apakah motif saya yang tersembunyi?” saat Anda berusaha jujur pada diri sendiri untuk menemukan motif Anda, Anda mungkin akan menyimpulkan: “coba lihat. Saya ngotot, berargumentasi melebihi yang saya percayai, dan melakukan segala hal agar menang. Saya berubah dari mencoba menemukan argumentasi.”

Ketika Anda mempertanyakan perubahan keinginan Anda, Anda dapat mengusahakan secara sadar untuk mengubahnya lagi. “yang saya inginkan adalah sungguh-sungguh mencoba menetukan tempat berlibur yang menyenangkan semua orang dan bukan membuat semua orang mengikuti ide saya. “ringkasan, jika Anda tahu permainannya, Anda dapat menyetop permainannya.

Tetapi bagaimana caranya? Bagaimana Anda dapat mengetahui apa yang telah terjadi pada diri Anda, berhenti bermain, dan kemudian mempengaruhi motif Anda sendiri? Lakukan seperti Greta. Berhenti dan bertanya pada diri Anda sendiri pertanyaan-pertanyaan yang mengembalikan Anda ke dialog. Anda dapat menanyakan pertanyaan ini, baik ketika Anda tergelincir dari dialog mapun sebagai peringatan ketika Anda bersikap masuk ke dalam percakapan krusial. Di bawah ini adalah conoth-contoh pertanyaan yang bagus:

Apa yang sungguh-sungguh saya inginkan untuk diri saya?

Apa yang benar-benar saya inginkan untuk orang lain?

Apa yang benar saya inginkan untuk hubungan ini?

Begitu anda telah menanyakan diri Anda apa yang Anda inginkan, tambahkan satu pertanyaan penting lagi:

Bagaimana saya akan berindak jika saya benar-benar menginginkan hasil ini?

Temukan arah Anda. Ada dua alas an bagus untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini. Pertama, jawaban menegani hal yang sebenarnya kita inginkan membantu kita menempatkanarah kompas. Walaupun kita digoda untuk menempuh jalan yang salah oleh 1) oaring-orang yang memancing perkelahian, 2) ribuan tahuan pembentukan genetic yang membuat kita mudah marah, dan 3) kebiasaan kita yang selalu ingin menang, kompas kita akan membawa kita kembali ke tujuan awal.

“Apa yang sesungguhnya saya inginkan? Oh ya, tentu saja bukan membuat orang lain berkelit tidak karuan atau menjaga citra diri mereka secara berlebihan di depan umum. Saya igin orang-orang berbicara bebas dan terbuka menegnai masalah pemotongan biaya.”

Kendalikan tubuh Anda. Alasan kedua mempertanyakan apa yang sesungguhnya kita inginkan tidak kalah penting. Ketika kita bertanya apa yang benar-benar kita inginkan, kita mempengaruhi seluru fisiologi kita. Ketika kita mengajukan pertanyaan kompleks dan abstrak pada pikiran kita, bagian pencari solusi pada otak kita mengenali bahwa kita sedang menghadapi persoalan social yang sulit dan bukan ancaman fisik. Ketika kita menghadapkan otak kita dengan pertanyaan sulit, tubuh kita mengirimkan darah ke bagian otak yang membantu kita berpikir, dan bukan ke bagian tubuh yang membuat kita lari atau berkelahi.

Bertanya mengenai apa yang benar-benar kita inginkan membantu kita dengan menyediakan dua alasan penting. Dua, menyegarkan otak sehingga membantu kita tetap pada fokus.



B. PENYIMPANGAN YANG SERING TERJADI

Saat kita memulai percakapan krusial, dengan maksud menemukan aliran makna, banyak dari kita yang justru dengan cepat mengubah tujuan awal kita menjadi tujuan yang kurang sehat. Contohnya, ketika Greta merasa diserang di muka umum, reaksi pertamanya adalah ingin menyelamatkan muka bagaimanapun caranya. Selain itu, ada juga keinginan untuk menang, membalas dendam, dan berharap untuk tetap selamat.

Keinginan untuk menang. Hal ini yang paling sering terjadi. Hanya Tuhan yang tahu betapa manusia lahir di dunia ini dengan nafsu untuk menang. Separuh dari program-program TV yang kita tonton menampilkan pahlawan-pahlawan yang menang dalam pertandingan olahraga atau permainan apa pun. Baru sepuluh menit di TV, kita belajar bahwa jika kita ingin mendapatkan perhatian dari guru, kita harus menjawab dengan benar. Itu artinya kita harus mengalahkan murid yang lain. Keinginan untuk menang ini bahkan mulai terbangun dalam diri kita jauh sebelum kita menyadari apa yang terjadi.

Sayangnya, ketika kita bertambah tua, kebanyakan dari kita tidak tahu bahwa keinginan untuk menang ini terus-menerus akan menjauhkan kita dari percakapan yang sehat. Kita mulai dengan tujuan memecahkan masalah, tetapi ketika orang menaikkan bendera merah utnuk menyatakan kesalahan kita atau atau menantang kebenaran kita, kita mengubah tujuan dengan dada yang berdebar-berdebar.

Pertama, kita berusaha membenarkan fakta. Kita beralih dengan membenarkan detail yang tidak perlu dan menunjukkan kesalahan pada argumentasi orang lain. 

“Anda salah! Kami tidak menghabiskan uang sebanyak 150 ribu dolar untuk perabotan. Mendesain ulang kantor yang membutuhkan biaya banyak, bukan perabotannya.”

Tentu saja, yang lain akan berusaha membuktikan pertanyaan mereka, akhirnya kita tidak lama lagi akan mengubah tujuan dan berusaha membenarkan kesalahan menjadi ingin menang.

Jika Anda meragukan pertanyaan sederhana ini, inagt kembali pada dua anak perempuan yang bertengkar di dalam kamar mandi. Tujuan awal mereka sebenarnya sederhana melegakan diri, buang air. Tetap dengan cepat, mereka terjebak dalam permanan mereka sendiri yang menyakitkan, mereka saling  mengata-ngatai dan berkeinginan kuat untuk melakukan apa saja agar menang bahkan jika mereka berdua harus merasa tidak nyaman sendiri.

Membalas dendam. Terkadang, ketika kemarahan memuncak, kita berpindah dari keinginan menang menjadi keinginan untuk menyakiti orang lain. Tanyakan pada Greta. “Persetan dengan komunikasi yang jujur!”  Greta berpikir sendiri. “ Akan saya ajari orang jelek ini agar tidak menyerang saya di depan umu. “Pada akhirnya, ketika emosi memuncak, tujuan kita berbalik 180°. Kita bergerak sangat jauh dari keinginan menambahkan makna pada wadah bersama, karena yang sekarang kita inginkan adalah melihat orang lain menderita. 

“Saya tidak percaya Anda telah menuduh saya membuang-buang uang untuk membangun kantor yang bagus. Sekarang, jika tidak memiliki pertanyaan bagus, mari kita lanjutkan!”

Semua orang tiba-tiba terdiam dan tertunduk. Ketenangan yang mencekam.

Berharap tetap selamat. Tentu saja, kita tidak selalu ingin membetulkan kesalahan, menyerang orang secara agresif, atau tanpa perasaan ingin membuat orang menderita. Terkadang kita memilih yang aman saja daripada harus berdialog. Daripada menambahkan sesuatu pada wadah makna dan menimbulkan gelombang-gelombang di sepanjang jalan, kita memilih diam. Kita merasa sangat tidak nyaman dengan konflik di depan mata, kita bahkan menerima kepastian hasil yang buruk untuk menghindari kemungkinan percakapan yang tidak menyenagkan. Akhirnya kita memilih (setidaknya dalam pikiran kita) kedamaian ketimbang konflik. Jika ini terjadi dalam kasus Greta, tidak ada orang yang akan mempertanyakan soal kantor baru, Greta tidak akan belajar tentang masalah yang sebenarnya, dan orang-orang akan terus menarik hati.

C. KEDUA, MENOLAK PILIHAN SI BODOH

Sekarang,  mari tambahkan satu lagi alat yang membantu kita berfokus pada apa yang benar-benar kita inginkan. Kita mulai dengan sebuah cerita.

Dewan guru di SMA Beaumont mengadakan rapat sepulang sekolah untuk mempertimbangkan perubahan kurikulum. Rapat ini sudah berlangsung berjam-jam. Dan sekarng jurusan IPA mendapat giliran berbicara.

Royce, guru kimia yang sudah mengajar di SMA Beaumont selama 33 tahun, memandang dirinya sebagai orang yang dituakan di SMA ini. Ia sebenarnya lebih menyukai kisah-kisah peperangan ketimbang neutron dan elektron, tetapi administrasi sekolah sepertinya menutup mata, karena ia sudah terlalu lama disitu. 

Atas isyarat kepala sekolah, Royce berdehem dimulai berbiacara melantur tentang persamaan antara pengembangan kurikulum dan persiapan perang. Kekonyolannya sangat menggelikan sehingga yang hadir   bersusah payah menahan tawa.

Setelahnya giliran Brent,  si anak baru. Dua minggu sebelumnya, kepala sekolah telah memintanya membuat rancanagan perubahan kurikulum di jurusan IPA. Brent menemui semua kolegannya (bahkan Royce), mengumpulkan saran-saran, dan siap untuk mempresentasikan. 

Ketika Brent mulai, Royce malah memperagakan serangan bayonet dengan memakai tongkat pengukur, dan Brent terbelalak. Sambil memukulkan tinjunya ke meja, Brent berteriak, “Apakah saya satu-satunya orang yang bingun mengapa kita membiarkan fosil ini berbicara? Dia lupa minum obat atau apa sih?” 

Ruangan penuh dengan wajah terkejut memandang kearah Brent. Menyadari bahwa kolegannya mungkin menganggap dia kerasukan, Brent semakin mengeluarkan kata-kata kasar, ”Hei, jangan lihat saya seperti itu! Hanya saya disini yang berani berbicara yang sebenarnya.” 

Tak-tik yang bukan main. Brent menghajar Royce di depan umum, dan kemudian tanpa meminta maaf atau sekedar menyesal, ia berargumentasi bahwa apa yang dia lakukannya itu perbuatan mulia. 

Dua pilihan yang buruk. Strategi yang merusak ini sangat pas bilah kita ingin terus beradah di luar jalur. Hal tersebut dikenal sebagai pilihan si bodoh. Agar bisa membenarkan perbuatan yang tiak terpuji, kita mengatakan bahwa kita terjebak dalam dua pilihan yang sulit. Kita bisa memilih untuk jujur dan menyerah pasangan kita atau kitabersikap baik tetapi diam memendam kebenarannya kita bisa memilih untuk tidak setuju dengan bos kita ketika berusaha membantu membuat pilihan yang lebih baik dan dimarahi karenanya atau kita bisa tetap diam, dalam ketidakpuasan, dan mempertahankan perbuatan kita. Pilihan racun anda.

Yang menjadikan ini pilihan Si Bodoh adalah pola pikir yang menganggap bahwa hanya ada dua pilihan itu yang tersedia, tidak ada yang lain. Itulah yang terburuk dalam cara berpikir yang ini atau yang itu. Orang yang membuat pilihan tersebut tidak pernah menyarankan adanya pilihan ketiga, pilihan yang sehat. Contohnya, mungkin ada satu cara yang jujur dan terhormat. Mungkin ada cara untuk mengungkapkan pendapat kita kepada bos dan tetap aman.

Orang-orang yang mengajukan pilihan Si Bodoh tidak memikirkan pilihan ketiga (yang sehat) dalam kasus ini yang dipilih adalah kejujuran yang tragis atau membuat dikotomi yang salah sebagai cara untuk membenarkan perilaku yang buruk. “Maafkan saya, tetapi saya harus menghancurkan citra diri orang itu jika saya ingin integritas saya tetap bertahan. Memang bukan hal yang baik, tetapi itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.”


D. MEMBUKA DIRI TERHADAP PERUBAHAN

Pilihan Si Bodoh bukan hanya membuat kita berperilaku tidak efektif, tetapi juga membuat kita tidak bisa berubah. Pilihan itu memperlihatkan kepada otak kita masalah-masalah yang mudah diselesaikan hanya dengan sedikit aliran darah. Lagi pula, jika kita harus memilih antara lari atau berkelahi, siapa yang butuh untuk berpikir kreatif?

Mereka juga membuat kita terjebak pada strategi yang tidak efektif dengan membenarkan perilaku kita yang menyerang atau diam. “Mengapa mengubah perilaku bila kita menjadi satu-satunya orang yang cukup bijak untuk tetap diam?” “Menentang si bos? Kamu habis jatuh dari gerobak apa?’ “Mengatakan pada pasangan sayabahwa pola usahanya terlalu mengontrol? Tidak akan. Saya harus menebusnya selama bertahun-tahun.”dengan kata lain, mengapa Anda harus berubah kalau Anda pikir Andalah satu-satunya orang yang punya integritas? “Seseorang harus mengatakan kejujuran sekalipun itu buruk. Itulah satu-satunya cara bagi saya agar tidak kehilangan muka.”

Ringkasnya, pilihan Si Bodoh adalah sebuah kompromi yang terlalu digampangkan, yang menjauhkan kita dari pikiran kreatif untuk dapat berdialog, dan yang membenarkan permainan konyol kita.

Jadi bagaimana kita dapat menghindari logika yang keliru ini, yang membuat kita terjebak dalam perilaku yang menyakitkan?


E. MENYADARI KATA DAN

Orang-orang yang terbaik dalam berdialog menolak pilihan Si Bodoh denganmembuat pilihan-pilihan baru. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit kepada dirinya sendiri pertanyaan yang mengubah pilihan kalau tidak ini berarti itu menjadi perncarian atas dan yang sangat penting namun sulit ditangkap (Anda tahu, dan adalah spesies yang langkah). Beginilah caranya.

Pertama, perjelas apa yang sesungguhnya Anda inginkan. Anda dapat mengawali dengan baik jika Anda tahu apa yang Anda inginkan untuk diri sendiri, untuk orang lain, dan untuk hubungan Anda, maka Anda berada dalam posisi menghindari pilihan Si Bodoh. “Yang saya inginkan adalah suami saya lebih dapat dihandalkan. Saya telah dikecewakan olehnya ketika menepati janjinya kepada saya.”

Kedua, perjelas apa yang sesungguhnya Anda tidak inginkan. Inilah kunci untuk membentuk pertanyaan dan. Pikirkan apa yang Anda takuti akan terjadi jika Anda mundur dari strategi Anda, kemudian hanya berusaha untuk menang atau mencari selamat. Hal buruk apa yang akan terjadi jika Anda berhenti berusaha dengan keras? Atau jika Anda berhenti berusaha untuk lari? Hasil terburuk apa yang membuat bermain menjadi terlihat menarik dan merupakan pilihan yang masuk akal?

“Yang tidak saya inginkan adalah mengalami percakapan yang penuh emosi dan sia-sia yang membuat perasaan menjadi buruk dan mengubah apa pun .”

Ketiga, biarkan otak Anda memikirkan persoalan yang lebih kompleks. Akhirnya, kombinasikan langkah pertama dan kedua kedalam sebuah pertanyaan dan, yang akan memaksa Anda untuk mencari pilihan yang lebih kreatif dan produktif daripada berdiam diri dan bertindak keras.

”Bagaimana saya bisa berbicara terus terang dengan suami saya tentang harapan agar ia menjadi lebih dapat diandalkan dan tidak menciptakan perasaan yang buruk ataupun menghabiskan waktu?”

Menarik untuk melihat apa yang terjadi ketika orang-orang diberi pertanyaan dan setleha mereka terjebak pada Pilihan Si Bodoh. Wajah mereka kelihatan merenung, mata mereka terbuka lebih lebar, dan mereka mulai berpikir. Dan tidak heran, ketika mereka ditanya: “Apakah ada cara lain yang mungkin agar kita mendapatkan keduanya?” mereka menjawab kemungkinan besar ada.

Apakah ada cara untuk mengatakan pada sejawat Anda mengenai kekhawatiran Anda dan tiak menhina serta serangannya?

Apakah ada cara untuk berbicara kepada tetangga Anda tentang perilakunya yang mengganggu dan tidak terdengar menuntut maupun membenarkan diri sendiri?

Apakah ada cara untuk berbicara dengan kekasih Anda tentang cara Anda mengeluarkan uang dan tidak berakhir dengan pertengkaran?

F. APAKAH INI SUNGGUH-SUNGGUH MUNGKIN?

Beberapa orang berpikir bahwa semuanya ini seperti dalam komik, tidak nyata. Dari sudut pandang mereka Pilihan Si Bodoh bukanlah dikotomi yang salah, itu hanyalah cerminan atas realitas yang tidak menguntungkan.

“Apakah tidak dapat berbicara kepada bos Anda tentang rencana kita. Taruhannya adalah pekerjaan Anda.”

Kepada orang-orang ini kami akan mengatakan; Ingat Kevin? Dia, dan banyak pemimpin lainnya yang kami pelajari, mengambil risiko apa pun untuk berbicara dan dapat mempertahankan kehormatan. Mungkin Anda tidak tahu apa yang dilkakukan Kevin atau apa yang perlu Anda lakukan tetapi jangan manyangkal keberadaan Kevin atau orang-orang seperti dia. Ada pilihan ketiga di luar sana yang memungkinkan Anda mencari jalan tengah dan terus membangun hubungan.

Ketika kami (para penulis) mengadakan sebuah lokarkarya dan kami menyarangkan pilihan lain Si Bodoh, seseorang berkata: “Mungkin Anda dapat berbicara dengan jujur dan masih dapat didengar di organisasi yang lain, tetapi jika Anda coba di sini; “Anda harus tahu kapan Anda harus diam jika Anda ingin bertahan di kemudian hari. “Dan banyak orang menyetujui sanggahan-sanggahan itu.

Semua kami berpikir, mungkin memang ada tempat-tempat di mana dialog tidak mungkin. Tetapi kemudian kami belajar untuk bertanya: “Jadi, maksud Anda tiak seorang pun yang Anda kenal di tempat Anda mampu bertahan dalam percakapan yang berisiko tinggi, yang mampu memcahkan masalah dan membangun hubungan” biasanya ada, jika tidak ada yang memiliki pertanyaan bagus, mari kita lanjutkan!”














BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cara orang ahli berdialog ialah tetap focus pada tujuan mereka bahkan ketika prosesnya bertambah sulit. Ketika mulai dari diri sendiri, ingatlah satu-satunya orang yang dapat Anda kendalikan secara langsung adalah diri Anda sendiri.

Ketika Anda tahu apa yang Anda inginkan, perhatikan Anda mulai berbicara pada diri sendiri mengatah ke pilihan si bodoh: perhatikan jika Anda mengatakan pada diri sendiri bahwa Anda harus memilih antara kejujuran dan kedamaian, antara menang dan kalah; bebaskan diri dan dari Pilihan Si Bodoh dengan mencari dani; dan perjelas apa yang tidak Anda inginkan tambahkan pada apa yang Anda inginkan, dan tanyakan pada pikiran Anda untuk mulai mencari pilihan yang lebih baik agar dapat mulai berdialog.


B. Saran

Makalah saya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah saya ini kedepannya. Makalah ini mempelajari bagaimana memulai sesuatu dengan hati dan pada diri sendiri. Kita harus menciptakan suasana yang pas di dalam kelas. Mampu berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.