BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya. Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, adapun rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu:
1. Apa hakikat metode pembelajaran bahasa?
2. Apa saja macam-macam metode pembelajaran bahasa?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini yaitu:
1. Memahami hakikat metode pembelajaran bahasa.
2. Memahami macam-macam metode pembelajaran bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Metode Pembelajaran Bahasa
Hakikat metode adalah pengajaran bahasa bersifat prosedural yakni persoalan pemilihan bahan yang akan diajarkan, penentuan urutan pemebrian bahan, persoalan penetuan cara-cara penyajian serta cara-cara evaluasinya.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Bahasa
Mackey (1965) mencatat lima belas macam metode pengajaran bahasa yaitu:
1. Metode Langsung
Metode ini disebut langsung karena salama pelajaran, guru langsung menggunakan bahasa asing yang diajarkan, sedangkan bahasa murid tidak boleh digunkan. Untuk menjelaskan arti suatu kata atau kalimat digunakan gambar atau peragaan.
Ciri-ciri metode langsung, adalah:
a. Materi pelajaran terdiri atas kata-kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-hari.
b. Gramatika diajarkan dengan melalui situasi dan dilakukan secara lisan bukan dengan cara menghafal aturan-aturan gramatkal.
c. Arti yang konkret diajarkan dengan menggunakan benda-benda, sedangkan arti abstrak melalui asosiasi.
d. Banyak latihan mendengarkan dan menirukan dengan tujuan dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.
e. Aktivitas balajar banyak dilakukan di dalam kelas.
f. Bacaan mula-mula diberikan secara lisan.
g. Sejak permulaan murid dilatih untuk berpikir dalam bahasa asing.
2. Metode Alamiah (Natural Merhod)
Metode ini banyak menunjukkan persamaan dengan metode langsung. Menurut metode ini, bahsa murid sama sekali tidak boleh dipergunakan.
Ciri-ciri metode ini adalah:
a. Kata-kata baru diajarkan melalui kata-kata yang telah diketahui sebelumnya. Arti atau makna diajarkan melalui konteks kalimat.
b. Gramatikal digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahn.
c. Untuk membantu mengingat kata-kata yang dilupakan digunakan kamus.
d. Pelajaran diawali dengan memperkenalkan benda-benda dan gamabr.
e. Urutan pelajarandimulai dengan menyimak, bercakap-cakap, membaca, dan menulis.
3. Metode Psykologi
Ciri-ciri:
a. Untuk menciptaka gambaran mental dan menghubungkannya dengan kata, maka digunakan benda, gambar, dan chart.
b. Pelajaran mula-mula secara lisan, kemudian sebagian berdasarkan materi dan buku.
c. Bahasa murid boleh digunkan biarpun tidak selalu.
d. Pelajaran mengarang baru diperkenalka stelah diberikan beberapa pelajaran lebih dahulu.
e. Gramatikal diajarkan pada permulaan, baru kemudian membaca.
4. Metode Fonetik
Menurut metode ini, pelajaran dimulai dengan latihan mendengar, kemudian diikuti latihan mengucapkan bunyi lebih dahulu. Seelah itu kata, kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Kalimat tersebut kemudian dihafalkan menjadi percakapan tau cerita.
5. Metode Tata Bahasa
Ciri khas motode Tata bahasa adalah:
a. Penghapalan aturan-aturan gramtikal dan kata-kata tertentu.
b. Kata-kata itu dirangkai menjadi kaidah-kaidah yang berlaku.
c. Pengetahuan tentang kaidah tata bahasa lebih penting daripada kemahiran menggunakanya.
d. Kegiatan bahasa lisan sama sekali tidak digunakan.
6. Metode Terjemahan
Ciri-ciri:
a. Menitikberatkan pada kegiatan terjemahan bacaan, mula-mula dan bahasa asing ke dalam bahasa murid.
b. Metode ini sangat cocok dengan kelas yang besar dan tidak memerlukan seorang guru yang menguasai bahasa asig secara aktif.
c. Metode ini mudah dan murah.
7. Metode Terjemahan Tata Bahasa
Ciri-ciri:
a. Gramatikal yang diajarkan adalah gramatikal formal.
b. Kosakata tergatung pada kosakata yang dipilih.
c. Kegiatan belajar dimulai dari pengahafalan kaidah-kaidah tata bahasa, penerjemahan kat-kata tanpa konteks, kemudian terjemahan bacaan-bacaan pendek dan penafsiran.
d. Latihan ucapan hanya diberikan sekali-sekah saja.
8. Metode Membaca
Metode pelajaran terdiri atas bacaan yang dibagi-bagi menjadi sesi-sesi pendek, tiap sesi ini didahlui dengan daftar kata-kata yang maknanya diajarkan melalui konteks, terjemahan atau gambar. Setelah murid menguasai kosakata, diajarkan bacaan tambahan dalam bentuk cerita yang dipersingkat oleh sisiwa.
9. Metode Eklektik
Metode ini disebut meted gado-gado antara metode langsung dan grammar metode tata bahasa terjemahan. Kemahiran diajarkan melalui urutan barcakap-cakap, menulis, memahami, dan membaca. Kegiatan di kelas berupa latihan lisan membaca keras dan tanya jawab. Juga latihan menerjemahkan, gramatikal secara deduktif, dan juga digunakan alat-alat peraga.
10. Metode Unit
Langkah-langkah metode ini, adalah
a. Satu topik yang menarik dipilih oleh kelas, sekelompok murid kemudian menyiapkan dialog dalam bahasa murid yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa asing yang diajarkan oleh guru dengan menekankan pada salah satu aspek gramatikal.
b. Dalam lembar kertas lainnya, murid mempelajari arti kata-kata yang dipakai dalam situasi yang dipilih ersebut, misalnya: kata travel, tiket, dan lain-lain.
c. Arti kata itu dipelajari melalui asosiasi kemudian dibuat daftar konstruksi gramatikal.
d. Kalimat yang mengadung aspek gramatikal baru diulang-ulang dan dihafalkan dan guru melihat kemampuan murid mengetahui kaidahnya secara induktif.
e. Setiap kegiatan tahapdemi tahap ki diragakan.
f. Akhirnya latihan, dan bacaan.
11. Metode “Langsung Control”
Ciri-ciri:
a. Adanya pembahasan dan gradasi baik kosakata maupun struktur kalimat yang diajarkan.
b. Pengajaran yang baik adalah mulai yang mudah kemudian berangsur-angsur ke yang sulit.
c. Lintas materi pelajaran bisa didasarkan atas tentang frekuensi kata atau kegunaan dan kata maupun kalimat yang diajarkan.
d. Suatu aspek bahasa yang diajarkan dengan gerak-gerik tangan dan bahan atau dengan gambar, tatapi semuanya juga terkontrol
e. Latihan lisan dan tulisan juga diberikan.
12. Metode Mimicry Meniru Menghafal
Metode ini dikenal juga sebagai informant dan drill gramatikal dan struktur kalimat atau struktur drill latihan ucapan, latihan menggunkan kosakata dengan mengikuti atau menirukan.
13. Metode Teori Praktik
Metode ini diutarakan dulu praktik barulah teori. Kalimat-kalimat coritoh dihafalkan dengan cara mengulang-ulang secara teratur. Klaimt-kalimat itu kemudian dianalisis secara fonetis dan struktural.
14. Metode Gognate
Murid mempelajari kata-kata dasar yang terdiri atas kata-kata dalam bahasanya, baik dalam bentuk maupun artinya. Kemudian kata-kata itu digunakan dalam bentuk tulisan maupun lisan.
15. Metode Dual Language
Metode ini agak mirip dengan metode gognate, hanya saja perbandingan tidak terbatas pada kata-kata saja, tetapi juga sistem bunyi dan sistem gramatikal kedua bahasa tersebut.
Pengajaran bahasa selain menggunakan metode khusus pengajaran bahasa tersebut, juga menggunakan metode pengajaran secara umum, yaitu:
1. Ceramah
a. Pengertian
Ceramah adalah suatu bentuk pengajaran yang mengalihkan informasi kepada sekelompok besar dengan cara verbal atau lisan (Tjipto Utomo dan Ruijter, 1985: 184 dalam Moedjiono 1992). Gilstrap dan Martin (dalam Moedjiono, 1992) mendefinisikan metode ceramah sebagai suatu metode mengajar yang menyajikan fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara lisan.
b. Tujuan Ceramah
Adapun tujuan ceramah adalah:
1. Mengarahkan siswa memepelajari lebih banyak materi secara mandiri.
2. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran.
3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar secara mandiri
4. Memperkenlkan hal-hal baru, mengaitkan teori dan praktik, menjelaskan hubungan informasi tertentu.
5. Mengatasi keterbatasan waktu, dan peralatan
6. Mengatasi keterbatasan kemampuan membaca pada diri siswa
c. Keunggulan Ceramah
Moedjiono (ed), 1985 mengemukakan keunggulan matode.
1. Murah.
2. Mudah disesuaikan.
3. Mengembangkan kemampuan mendengar pada diri siswa.
4. Penguatan bagi guru dan siswa.
5. Pengaitan isi pelajaran dan kehidupan.
d. Kekurangan Ceramah
Moedjiono (ed) 1985 mengemukakan kekurangan metode ceramah ini ialah:
1. Cenderung terjadi proses satu arah
2. Cenderung kea rah pembelajaran berdasarkan guru
3. Menurunya perhatian siswa
4. Ingata jangka pendek
5. Merugikan kelompok siswa tertentu
6. Tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan psikomotor dan menanamkan sikap.
e. Prosedur Pemakaian Ceramah
1. Tahap persiapan ceramah, terdiri atas:
a. Mengorganisasikan atau membuat kerangka isi pelajaran yang akan dicaramahkan.
b. Mempersiapkan penguasan isi pelajaran yang akan diceramahkan
c. Memilih dan mempersiapkan media dan/ atau alat bantu yang akan digunakan dalam ceramah.
2. Tahap awal ceramah adalah:
a. Meningkatkan hubungan guru dan siswa
b. Meningkatkan perhayian siswa
c. Mengemukakan pokok-pokok ceramah
3. Tahap pengembangan ceramah, mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Keterangan secara sigkat dan jelas
b. Pergunakan papan tulis atau power point
c. Perinci dan perluas pelajaran
d. Carilah balikan sebanyak-banyaknya selama berceramah
e. Mengatur alokasi waktu ceramah
4. Tahap akhir ceramah dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pembuatan rangkuman dari garis-garis besar isi pelajaran yang diceramhkan
b. Penjelasan hubungan isi pelajaran yang dicanangkan dengan isi pelajaran berikutnya
c. Pejelasan tentang kegiatan pada pertemuan yang berikutnya.
2. Tanya Jawab
a. Pengertian
Brown (1994: 103) mengemukakan tanya jawab adalah persyaratan yang menguji atau menumbuhkan pengetahuan dalam diri siswa. Dengan demikian, tanya jawab adalah sebagai format interaksi antara guru-siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan dari siswa, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa.
b. Tujuan pemakaian tanya jawab
1. Mengecek pemahaman siswa sebagai dasar perbaikan proses belajar-mengajar
2. Membimbing siswa untuk memperoleh keterampilan kognitif dan sosial
3. Mendorong siswa untuk melakukan penemuan dalam rangka memperjelas masalah.
4. Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi kelas (Hyman, 1974 dalam Moedjiono, 1992).
c. Prosedur pemakaian tanya jawab
1. Tahap persiapan tanya jawab, hendaknya guru merumuskan
2. Pertanyaan sesuai dengan tujuan, karakteristik siswa, dan alokasi waktu
3. Tahap awal tanya jawab, guru hanrus menjelaskan langkah-langkah kegiatan dan penjelasan secara garis besar isi pelajaran
4. Tahap pengembangan tanya jawab, dengan menempuh berbagai variasi dalam mengajukan pertanyaan
5. Tahap akhir tanya jawab, siswa membuat ringkasan isi pelajaran yang telah disajikan selama tanya jawab.
3. Diskusi
a. Pengertian diskusi
Gilstrap dan Martin (1975: 15) mengutarakan bahwa teknik diskusi merupakan suatu kegiatan di mana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu atay masalah untuk mencari jawaban dan suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu (Moedjono, 1992;)
Selain itu, teknik diskusi adalah cara penguasaan isi pelajaran melalui wacana tukar pendapat berdasarkannpengetahuan dan pegalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah (Depdikbud,1986:19).
b. Tujuan pemakaian diskusi
1. Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan
2. Diskusi mendorong siswa menggunakan pengetahuaan dan pengalamanya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung paa pendapat orang lain
3. Melatih siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan
4. Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, guru, dan bidan studi
5. Mengembangkan kemampuan memecahkan maslah dan konsep diri yang lebih positif
6. Diskusi memeberi kemungikinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama
7. Meningkatkan keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat.
8. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu controversial (Glistrap dan Martin, 1975 dalam Moedjiono 1992:51)
c. Keunggulan diskusi, antara lain
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi langsung, baik intelektual, emosional, dan mental siswa.
2. Metode ini dapat digunkan secara mudah sebelum, selama ataupun sesudah metode yang lain
3. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, partisipasi demokratis, sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara tanpa persiapan
4. Memberikan kesematan kepada siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangka pandangan, nilai dan keputusan berdasarkan penilaian kelompok.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami memberikan dan menerima sehingga memupuk warga yang demokratis
6. Menguntungkan para siswa yang lemah pemecahaan masalah (Glistrap dan Martin,1975 yang dikutip oleh Moedjiono, 1992:52)
d. Kekurangan diskusi
1. Sulit diramalkan hasilnya,walaupun telah diatur secara hati-hati
2. Kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan perangkat meja, kursi, yang mudah diatur.
3. Teknik ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan karena belum tertentu dilaksanakan
4. Teknik ini sering didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi sehingga yang tak berminat hanya sebagai penonton.
5. Membutuhkan kemampuan berdiskusi dan para peserta agar partisipasi secara aktif dalam diskusi.
e. Jenis-jenis diskusi
1. Diskusi dalam kelas adalah salah satu yang melibatkan seluruh siswa yang ada dalam kelas sebagai peserta diskusi.
2. Diskusi kelompok adalah pembicaraan tentang sesuatu topik yang menjadi perhatian bersama di antara 3-6 orang peserta diskusi, di mana para peserta berinteraksi tatap muka secara dinamis dan mendapat bimbingan dari dari seorang peserta (ketua/moderator). Diskusi kelompok ini terdiri atas dua, yakni: (a) diskusi dadakan adalah suatu jenis kelompok kecil yang beranggotakan suatau topik yang sebelumnya telah dibicarakan secara klasik, (b) kelompok sindikat adalah salah satu jenis diskusi kelompok kecil 3-6 orang yang mana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang bereda.
f. Prosedur pemakaian diskusi
1. Tahapan sebelum pertemuan, yakni pemilihan topik diskusi, membuat rancangan garis besar diskusi, menentukan Janis diskusi, dan mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas dengan Janis diskusi.
2. Tahapan selama pertemuan yakni guru memberikan penjelasan tujuan diskusi, topik diskusi, kegiatan diskusi, para siswa melaksanakan kegiatan diskusi, dan penvatatan hasil diskusi.
3. Tahapan setelah pertemuan, yakni membuat catatan tentang gagasan , kesulitan selama diskusi dan mengevaluasi diskusi.
4. Kerja Kelompok
a. pengertian kerja kelompok
Istilah kerja kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersam-sama. Kerja kelompok dilandasi oleh adanya tugas bersama, pembagian tugas dalam kelompok, dan adanya keja sama antara anggota dalam penyelesaian tugas kelompok.
b. Tujuan pemakaian kerja kelompok.
1. Menumpuk kemauan dan kemampuan kerja sama di antara para siswa
2. Menumpuk kemauan dan kemampuan kerja sama di antara para siswa.
3. Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil proses belajar-mengajar secara secara langsung
c. Jenis-jenis pengelompokan
1. Pengelompokan didasarka atas ketersediaan fasilitas
2. Pengelompokan atas dasar perbedaan individual dalam minat belajar
3. Pengelompokan didasrkan atas perbedaam individual dan kemampuan belajar
4. pengelompokkan untuk memeroleh dan memperbesar partisipasi siswa sebagai anggota kelompok
5. pengelompokkan atas dasarvpembagian pekerjaan
d. Prosedur pemakaian kerja kelompok
Raka Joni dan Unen, 1984:11-14dala meodjiono, 1992: 65 mengemukakan prosedur kerja kelompok, yakni (1) pemilihan topik atau tugas kerja kelomok, (2) pembentukan kelompok sesuai tujuan,(3) pembentukan topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok (4) proses kerja kelompok, (5) pelaporan hasil kerja kelompok, dan (6) penilaian pemakaian teknik kerja kerja kelompok.
5. Teknik pemberian tugas
a. Pengertian
Teknik pemberian tugas pada umunya ditandai adanya suatu pembahasan pertanyaan dan jawaban, guru mengajukan pertanyaan dan para siswa menyediakan sejumlah jawaban berdasarkan pada sebuah buku teks atau penyajian pendek guru sebelum pemberian tugas.
b. Jenis-jenis tugas
Gaage dan Berliner, 1994; 617-618 dalam Modjiono, 1992:62 membagi Janis tugas berdasarkan jumlah siswa, yaitu
1. Pilihan pemberian tugas untuk kelompok besar jumlah siswa lebih 40 oramg, yakni a. demonstrasi oleh siswa atau beberapa siswa;laporan lisan untuk kelas oleh sesorang siswa atau sekelompok siswa; b. melihat slide video atau televise; c, mendengarkan radio atau rekaman televise.
2. Pilihan jenis pemberian tugas untuk kelompok kecil (jumlah siswa 2 sampai 20 orang) a. debat antara dua orang siswa atau kelompok siswa (biasanya tidak lebih dan 20 atau 30 menit); b. bermin peran atau dramatis; c. kegiatan proyek ; d. diskusi tentang jawaban yang benar dan salah dalam tes yang telah diberikan; dan respons kelas.
3. Pilihan jenis pemberian tigas untuk pembelajaran individual, yakni: a. ujuan tengah isi pelajaran atau informasi dalam papan bulletin, b. mengonsultasikan buku-buku rujukan dan pustaka yang lain, c. studi terbimbing.
c. Prosedur pemakaian pemberian tugas
1. Guru menggambarkan secara singkat tentang topik yang didiskusikan
2. Guru meminta respon dari siswa tentang suatu permasalahan
3. Seorang siswa merespon atau menjawab permasalahan
4. Guru menanggapi jawaban siswa Gage dan Berline, 1984:623 dalam Moedjiono, 1992:71)
6. Demonstrasi
a. Pengertian
Guru dalam kegiatan belajar-mengajar sering menunjukkan dan menerangkan keterampilan fisik atau kegiatan yang lain. Untuk malakukan hal tersebut, guru dapat memakai demonstrasi.
Gardille (1986:38) mengemukakan demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan dengan teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur yang digunakan.
Winarno (1980:87) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memerhatikan suatu proses kepada seluruh kelas. Jadi demonstrasi adalah format interaksi belajar-mengajar yang sengaja mepertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa.
b. Tujuan Penerapan Demonstrasi
Winarno (1980:88) mengemukakan tujuan penerapan demonstrasi adalah: (1) mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja, proses mengerjakan dan menggunakanya: (2) menginformasikantentang bahan yang diperlukan untuk membuat produk tertentu: (3) mengetengahkan cara kerja (Moedjiono, 1992:74).
Tujuan penerapan demonstrasi adalah (1) mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses, atau prosedur, keterampilan fisik/motorik, (2) mengembangkan kemampuan pengamatan, pendengaran dan penglihatan siswa secara bersama-sama, (3) mengongkretkan informasi yang disajikan kepada para siswa.
c. Keunggulan Demonstrasi
1. Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau mendengar penjelasan saja.
2. Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung.
3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting.
4. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal belummereka ketahui selama demonstrasi berlangsung. Jawaban dan pertanyaan dapat disampaikan oleh guru pada saat itu pula.
d. Kekurangan Demonstrasi
1. Memerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya meemerlukan waktu yang lama.
2. Memuat peralatan yang ukuranya memungkinkan pengamatan secara tepat oleh siswa pada saat digunakan
3. Mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.
4. Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu tindakan, proses atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
e. Prosedur Pemakaian Demonstrasi
Prosedur pemakaian demonstrasi yakni: (1) suatu penjelasan; (2) jalinan pertanyaan, (3) lembar-lembar instruksi, (4) alat bantu visual, (5) instruksi keamanan, (6) periode diskusi atau tanya jawab (Ganel, 1986:36 dalam Moedjiono 1992:75).
7. Eksperimen
a. Pengertian
Eksprimen adalah kegiatan guru dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu
(Winarno, 1980:87 dalam Moedjiono,192:77).
b. Tujuan Pemakaian
1. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dan berbagai fakta, informasi, atau terhadap proses eksperimen
2. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dan fakta yang terdapat pada hasil eksperimen, melalui eksperimen yang sama.
3. Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.
4. Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dan fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.
c. Keunggulan Eksperimen
1. Siswa secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data yang dilakukan.
2. Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis secara empiris melalui eksperimen, sehingga siswa terlatih membuktikan ilmu secara ilmiah.
3. Siswa berkesempatan untuk melaksankan prosedur metode ilmiah, dalam rangka menguji kebenaran hipotesis-hipotesis.
d. Kekurangan Eksperimen
1. Siswa secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan.
2. Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis secara empiris melalui eksperimen, sehingga siswa terlatih membuktikan ilmu secara alamiah
3. Siswa berkesempatan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dalam rangka menguji kebenaran hipotesis-hipotesis.
4. Memerlukan peralatan, bahan, dan/atau sarana eksperimen bagi setiap siswa atau sekelompok siswa
5. Jika eksperimen memerlukan waktu yang lama, akan mengkibatkan berkurangnya kecepatan pembelajaran.
6. Kekurangan pengalaman para siswa maupun guru dalam pengalaman eksperimen, akan menimbulkankesulitan melaksanakan eksperimen.
7. Kegagalan atau kesalahan eksperimen akan mengakibatkan perolehan hasil, belajar berupa imformasi, fakta, atau data yang salah atau yang menyimpang
8. Simulasi
Dawson (1962) mengemukakan bahwa: “simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan dengan menyususn dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku” (dalam Hyman, 1970: 233). Dua batasan tentang simulasi yang dikemukakan senelumnya menuntunke arah ditandainya simulasi sebagai model replikasi dari proses perilaku nyata.
Cardille mengemukaka penemuan beberapa guru yaitu simulasi an permainan merupakan metode mengajar yang tinggi efektivitasnya dalam menyederhanakan situasi kehidupan dan menyajikan pegalaman-pengalaman yang menuntun kea rah diskusi (dalam Clrk, 1986:45)
Dalam permainan catur misalnya, dapat ditandai adanya:
1. Permainan yang berperilaku sebagai jenderal atau berpura-pura jadi jenderal.
2. Papan catur merupakan tiruan dari orang-orang yang terlibat perang, dan
3. Buah catur merupakan tiruan dari orang-orang yang terlibat perang, dan
4. Papan catur dan buah catur merupakan tiruan dari situasi perang
Batasan metode simulasi tersebut membawa kegiatan belajar-mengajar ke arah:
a. Terlibatnya siswa secara langsung maupun tidak langsung dalam situasi tertentu.
b. Tertembaknya peniruan terhadap suatu proses baik melalui peralatan maupun tanpa peralatannya, yang dimaksudkan untuk membuat situasi tiruan, dan
c. Perilaku pura-pura yang ada pada diri siswa (baik teribat langsung ataupun yang tidak langsung).
Ada beberapa kegiatan yang termasuk bentuk wujud dan simulasi.
1. Permainan simulasi (simulation games), yakni suatu permainandi mana para pemainya bebrapa sebagai pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam situasi yang sebenarnya, dan/atau berkompensi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka.
2. Bermain peran (role playing), yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pati berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemugkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat dipercaya , atau mengkhayalkan situasi pada suatu tempat dan/atau waktu tertentu.contoh dalam bermai peran ini adalah bermain peran penjual-pembeli, bermain peran dan peristiwa proklamasi, atau kegiatan yang sejenak.
3. Sosiodrama (sociondrama), yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Contoh sosiodrama adalah simulasi kerja sama anatara siswa di sekolah, simulasi pergaulan siswa degan teman sebaya,nsimulasi pergaulan siswa dengan saudara dan orang tuanya di rumah, dan simulasi yang sejenis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat metode adalah pengajaran bahasa bersifat prosedural yakni persoalan pemilihan bahan yang akan diajarkan, penentuan urutan pemberian bahan, persoalan penetuan cara-cara penyajian serta cara-cara evaluasinya.
Mackey (1965) mencatat lima belas macam metode pengajaran bahasa yaitu: Metode Langsung, Metode Alamiah (Natural Merhod), Metode Psykologi, Metode Fonetik, Metode Tata Bahasa, Metode Terjemahan, Metode Terjemahan Tata Bahasa, Metode Membaca, Metode Eklektik, Metode Unit, Metode “Langsung Control”, Metode Mimicry Meniru Menghafal, Metode Teori Praktik, Metode Gognate, Metode Dual Language.
Pengajaran bahasa selain menggunakan metode khusus pengajaran bahasa tersebut, juga menggunakan metode pengajaran secara umum, yaitu: ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, teknik pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen, dan simulasi.
B. Saran
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Djumingin, Sulastriningsih. 2016. Strategi dan Aplikasi Meodel Pembelajaran Inovatif Bahasa dan Sastra. Makassar: Badan Penerbit UNM.