Thursday, March 17, 2022

ANALISIS NOVEL DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SERTA PERBANDINGAN NOVEL DAN FILM 5 CM

 





ANALISIS NOVEL DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SERTA PERBANDINGAN
NOVEL DAN FILM 5 CM KARYA
DONNY DHIRGANTORO





TUGAS AKHIR KRITIK SASTRA



NURHIDAYAH
1551040039




KELAS C
PEND. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR






A. Analisis Novel 5 Cm Melalui Pendekatan Sosiologi

1. Sinopsis Novel 5 CM
Novel dan film 5cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Dimana mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Arial adalah sosok yang paling gagah diantara mereka, berbadan tinggi besar, ia selalu tampak rapi dan sporty. Riani adalah sosok wanita berkacamata, cantik, dan cerdas. Ia mempunyai cita-cita bekerja di salah satu stasiun TV. Zafran seorang picisan yang berbadan kurus, anak band, orang yang apa adanya dan kocak. Ian memiliki postur tubuh yang tidak ideal, penggila bola, dan penggemar Happy Salma. Yang terakhir adalah Genta. Genta selalu dianggap sebagai “the leader” oleh teman-temannya, berbadan agak besar dengan rambut agak lurus berjambul, berkacamata, aktivis kampus, dan teman yang easy going.

Lima sahabat ini telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Suatu ketika mereka jenuh akan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama. Terbesit ide untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Ide tersebut pun disepakati. Selama tiga bulan berpisah itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Rasa kangen dan rasa saying yang mereka miliki satu sama lain semakin bertambah. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Dalam perjalanan tersebut mereka menemukan arti manusia sesungguhnya.

Perubahannya itu mulai dari pendidikan, karir, idealisme, dan tentunya love life. Semuanya terkuak dalam sebuah perjalanan ‘reuni’ mereka mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru. Dan di sanalah cerita bergulir, bukan hanya seonggok daging yang dapat berbicara, berjalan, dan punya nama. Mereka pun pada akhirnya dapat menggapai cita-cita yang mereka impikan sejak dulu.

Setengah dari buku 5 cm. bercerita tentang keseharian lima sahabat ini, dari sifat-sifat mereka yang berbeda satu dengan yang lain sampai dengan perilaku dan aktifitas mereka yang penuh canda tawa, diselingi cerita tentang permasalahan antar-sahabat. Setengahnya lagi, buku ini menuliskan petualangan kelima sahabat dalam mendaki gunung Semeru.

”…Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kamu. Dan…sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa…percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu”.

2. Unsur-unsur Instrinsik Novel 5 CM
a. Tema
Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya sastra yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, sehingga bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu (Nurgiyantoro, 2007:68). Tema dalam sebuah karya fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita, gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita (Nurgiyantoro, 2007:70). Novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro mengangkat tema tentang persahabatan yang abadi. Dalam kenyataan hidup persahabatan adalah suatu yang penting untuk dijadikan sebagai motivator dalam mencapai tujuan hidup. Hal tersebut terdapat dalam cuplikan di bawah ini.

Keempat sahabat ini memang punya kesamaan, nggak mau ngomongin orang, apalagi teman sendiri, apalagi kalo orangnya nggak ada di situ, apalagi kejelakan orang yang diomongin. Mereka sangat anti (hlm. 41). Bila nanti kita tua dan hidup masing-masing ingatlah hari ini (hlm.257). Kutipan di atas menjelaskan bahwa suatu saat manusia akan hidup dengan pasangan hidupnya masing-masing dan jangan pernah melupakan seorang sahabat, karena sahabat adalah seseorang yang harus diingat dan disayang sampai akhir hidup seseorang.

b. Alur
Plot sebuah cerita haruslah bersifat padu. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang kemudian, ada hubungan, ada sifat saling keterkaitan. Kaitan antar peristiwa tersebut hendaklah logis, jelas, dapat yang mungkin di awal, tengah, atau akhir (Nurgiyantoro, 2007:142). Plot adalah urutan peristiwa yang diceritakan dari awal munculnya konflik sampai akhir atau penyelesaian dari sebuah karya sastra yang ingin dikaji. Tanpa adanya alur yang jelas maka ide cerita yang ingin disampaikan tidak dapat terlaksanakan dengan baik. Berdasarkan urutan waktu seperti yang terlihat pada kutipan di atas, maka alur novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro ini adalah alur maju. Adapun rincian tahapan alur novel 5 cm ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap penyituasian (Tahap Situation)
Kisah dalam novel 5 cm dimulai dari pengenalan serta latar belakang tokoh pada prolog yang disampaikan penulis dengan jelas. Pengenalan tokoh ini ditulis dengan tujuan membantu pembaca untuk mengenal dan memahami tokoh-tokoh yang diceritakan dalam novel. Pada tahap penyituasian ini dimulai dari halaman 4 sampai halaman 61. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

CERITA BERAWAL dari sebuah tongkrongan lima orang yang mengaku
“manusia-manusia agak pinter dan sedikit tolol yang sangat sok tahu” yang
sudah kehabisan pokok bahasan disaat nongkrong sehingga akhirnya Cuma
bias ketawa-ketawa. Bagi mereka, tak ada lagi yang bias diobrolkan tentang
Lennon, Sinatra, Che Guevara, Robert Smith, Kurt Cobain, Konsusius, Julius Sitanggang, Nobi Nobita, Frodo Baggins ataupun Whitman (hlm.4).
Arial
Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini adalah Arial control B alias Arial bold Arial black karena badannya gede dan kulitnya item, ke mana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan gede pokoknya sporty deh. Arial yang selalu rapi, baju kebanggaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah orang yang simple-simpel
aja, tapi ia kebanggan seluruh tongkrongan karena Cuma dia yang bisa tenang, pembawaannnya banyak senyum,dan jarang khilaf (hlm.6-7)
Riani
Riani pakai kacamata, cantik, cerdas dan seorang N-ACH sejati. Mukanya
gabung antara Lisa Loeb sama Kate Winslet (nah lho?) Bodinya? Persis Kate Winslet. Riani punya inner beauty, kalo dia sudah ngomong pasti orang pada dengerin. Dia punya semacam karisma yang bias bikin orang menengok. Selalu dominan dimana-mana, cerewet dan nggak mau kalah sama siapapun juga. Apa aja dia ikutan. Riani seorang aktivis kampus. Siapa aja dan apa aja bias didebatnya, soalnya dia banyak baca dan banyak belajar (hlm.8).
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pada tahap penyituasian dalam novel 5 cm diawali dengan adanya pengenalan para tokoh dan informasi awal tentang kebersamaan kelima sahabat yang sering jalan-jalan dan berkumpul bersama. 

2. Tahap Pemunculan Konflik
Permulaan konflik dalam novel ini terjadi ketika lima sahabat itu menyetujui untuk berpisah dari kelompok “Power Rangers” sementara waktu untuk menyelesaikan permasalahan masing-masing yang belum sempat terjamah, dan mereka akan bertemu pada tanggal yang telah ditentukan yakni 14 Agustus. Tahap pemunculan konflik ini dimulai dari halaman 62 sampai halaman 147. Berikut kutipannya.

“Mungkin sebaiknya kita nggak usah ketemuan dulu,” Genta mengalirkan
kalimat pendek…. (hlm.62).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pada tahap pemunculan konflik dalam novel 5 cm yaitu ketika Genta memilki keinginan untuk tidak bertemu sementara dengan kelima sahabatnya selama tiga bulan. Setelah tiga bulan mereka akan bertemu kembali sesuai dengan yang direncanakan Genta.
3. Tahap Peningkatan Konflik (Tahap Rising Action)
Pada tahap peningkatan konflik ini terjadi ketika cerita semua personel “Power Rangers” telah genap menyelesaikan misinya dan kemudian bertemu pada hari yang telah dijanjikan yakni tanggal 14 Agustus. Tahap peningkatan konflik ini dimulai dari halaman 148 sampai halaman 333. Berikut cuplikannya.

Ian membuka matanya pelan.
Deg! Dimatanya, Ian kembali melihat batu nisan pohon kamboja, batu nisan yang berjejer, kompleks kuburan kecil...muncul perlahan bersama kabut pagi didepannya. Ya ampun gue berhalusinasi lagi, kenapa ya? Ian panik lagi, dadanya naik turun, napasnya berat (hlm.233).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pada tahap peningkatan konflik ini terjadi ketika Ian melihat batu nisan dan pohon kamboja yang berjejer seperti kuburan di depannya.

4. Tahap Klimaks (Tahap Climax)
Pada tahap ini konflik menjadi titik puncak. Titik puncak cerita novel 5 cm terjadi ketika perjalanan menuju puncak tinggal seperempat jalan terjadi hujan abu dan batubatu yang kemudian menimpa mereka dan membuat beberapa dari mereka terluka, bahkan Dinda dan Ian tak sadarkan diri. Berikut kutipannya.

Teriakan panik terdengar dari atas. “Awas!!! Yang dibawah awas…!”
Brug brrrblukutuk klutuk….
“Batu!!!”
“Awas!!!”
Puluhan batu sebesar ukuran kepala manusia tampak berjatuhan dari atas mereka. Semua berusaha menghindar kesamping mencoba mencari pelindungan di bawah batu yag lebih besar (hlm.334).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pada tahap klimaks dalam novel 5 cm terjadi suatu kecelakaan kecil ketika kelima sahabat itu sedang melakukan pendakian yang mengakibatkan beberapa dari mereka mengalami luka ringan.

5. Tahap Penyelesaian
Novel 5 cm ini berakhir dengan happy ending. Hal ini ditandai dengan berhasilnya mereka sampai ke puncak Mahameru, dan melangsungkan upacara untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI. Berikut kutipannya.

Keenam anak manusia itu seperti melayang saat menjejakkan kaki ditanah tertinggi di Pulau Jawa. Waktu seperti terhenti, dataran luas berpasir itu seperti sebuah papan besar menjulang indah diketinggian menggapai langit, di sekeliling mereka tampak langit biru—sebiru-birunya—dengan sinar matahari yang begitu dekat.( hlm.342).

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro menggunakan alur maju karena urutan kejadian bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel tersebut terjadi secara runtut. Dalam bentuk skema dapat digambarkan sebagai berikut.
A→B→C→D→E
Pada halaman 4-61 merupakan tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik dimulai dari halaman 62-147, halaman 148-333 merupakan tahap peningkatan konflik, tahap klimaks dimulai dari halaman 34-341, dan tahap penyelesaian dimulai dari halaman 342-379.

c. Penokohan
Fananie (2000:86) mengemukakan bahwa sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati hanya berupa rekaan atau imajinasi pengarang, masalah penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita.

1. Genta
Genta merupakan tokoh utama dalam novel 5 cm. Disebut tokoh utama karena tokoh Genta dalam novel ini mendominasi seluruh cerita dari peristiwa yang dipaparkan oleh pengarang. Tokoh Genta merupakan tokoh protagonis karena dia digambarkan sebagai seorang laki-laki yang memiliki sifat pemimpin, sopan, pintar, dan menghargai wanita. Tokoh Genta berwatak pipih karena dia tidak mengalami perubahan perwatakan dalam cerita. Secara fisiologis, Genta digambarkan sebagai laki-laki memiliki badan agak besar dan berambut agak lurus. Berikut cuplikannya.

“Kalau ngeliat penampilan Genta, yang ada yah gayanya Genta, dengan badan agak gede dan rambut agak lurus berjambul (hlm.13)”.

2. Zafran
Zafran merupakan tokoh kedua dalam novel 5 cm. Tokoh Zafran merupakan tokoh protagonis karena dia diklasifikasikan sebagai orang yang lucu, jujur, apa adanya, dan penyayang. Zafran adalah tokoh yang berwatak bulat karena dia mengalami perubahan perwatakan dalam cerita ini. Perubahan watak Zafran terjadi saat dia mengatahui bahwa Ian telah menjelek-jelekannya di depan Arial. Berikut kutipannya. 

“Zafran akhirnya cerita, lo perhatiin nggak sih kalo si Ian gabung sama kita kadang-kadang dia bingung sendiri sama dirinya sendiri. Suka berisik sendiri dan kadang omongannya ngelantur. Terus kadang-kadang dia juga ada ras takut tidak diterima sama kita, nggak mau jadi dirinya sendiri (hlm. 41)”.

“Iya…. Ian waktu itu muji-muji gue yang nggak penting dan jelek-jelekin
Zafran…. (hlm. 42)”.

3. Arial
Tokoh 5 cm yang berperan langsung terhadap jalan cerita ini adalah Arial. Tokoh Arial merupakan tokoh protagonis karena dia merupakan tokoh yang taat dengan peraturan dan ramah. Arial adalah tokoh yang berwatak pipih karena dia tidak mengalami perubahan perwatakan dalam cerita yang ini. Secara fisiologis, Arial digambarkan sebagai laki-laki berwajah tampan dengan kulitnya yang hitam, Arial juga memiliki tinggi badan dan berat badan yang sempurna. Arial suka mengenakan pakaian yang rapi, dia suka memakai ham dan sepatu basket yang membuatnya tampak lebih sporty. Berikut cuplikannya.

“Arial adalah sosok paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini pastinya adalah Aria kontrol B alias bold dan Arial black karena badannya gede dan kulitnya item (hlm.6)”.
“Arial tinggi dan gede, pokoknya sporty deh, Arial juga selalu rapi (hlm.7)”.

4. Ian
Tokoh lain yang berperan dalam novel 5 cm adalah Ian. Tokoh Ian merupakan tokoh protagonis karena dia diklasifikasikan sebagai orang yang jujur, baik hati, dan sabar. Tokoh Ian memiliki watak bulat karena tokoh Ian mengalami perubahan perwatakan dalam cerita yang ini. Perubahan watak yang dialami Ian adalah ketika dia merasa heran setelah bergabung dengan Genta dan teman-temannya. Berikut kutipannya.

Pertamanya, gue heran waktu gabung sama kalian karena kalian ternyata ajaib-ajaib, pinter-pinter, dan asik-asik (hlm. 49). 
Gue minder tapi gue suka banget sama kalian (hlm. 49).

5. Riani
Tokoh lain yang berperan penting dalam pengembangan cerita dalam novel 5 cm adalah Riani. Tokoh Riani merupakan tokoh protagonis karena dia memiliki karakter baik, ramah, pintar, dan kreatif. Riani memiliki watak pipih karena Riani tidak mengalami perubahan perwatakan dalam cerita yang ini. Secara fisiologis, Riani digambarkan sebagai seorang perempuan berwajah cantik dan memakai kacamata. Riani seorang perempuan yang suka mmakai jins, ham dan sepatu kets. Berikut cuplikannya.

“Riani pakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang N-ACH sejati
(hlm.8)”.
Selain berwajah cantik, Riani juga digambarkan sebagai seorang perempuan yang cerewet. Berikut kutipannya. 
“Selalu dominan dimana-mana, cerewet dan tidak mau kalah dengan siapapun juga. Apa aja dia ikutan. Riani seorang aktivis kampus (hlm. 8)”.

d. Latar
Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007:216), mengelompokkan latar bersama dengan plot dan tokoh ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajinasikan oleh pembaca faktual jika membaca cerita fiksi. Unsur-unsur latar dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Berikut ini adalah analisis latar novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

1. Latar Waktu
Penggunaan latar waktu dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro mengacu pada terjadinya peristiwa-peristiwa yang ada dalam novel tersebut. Latar waktu dalam novel tersebut terjadi selama 14 tahun lamanya, yaitu tahun 1998 sampai dengan tahun 2012. Walaupun dalam novel tidak menyebutkan tahun terjadinya peristiwa secara lebih jelas, namun ada tanda-tanda yang terjadinya peristiwa yang terjadi pada tahun 1998 sampai 2012. Latar waktu yang menunjukkan terjadinya zaman reformasi yakni pada tahun 1998. Kelima sahabat semasa kuliah, mereka ikut menyuarakan inspirasinya dalam demonstrasi anti KKN. Hal ini dapat dilihat dalam penggalan cerita berikut.
Ian menjawab pertanyaan Zafran, “karena kita dulu yang teriak-teriak anti KKN bukan? Masa kalo saatnya kita jadi orang kantor atau punya bisnis sendiri, jadi manajer atau bahkan CEO kita juga KKN? Nah teriakan-teriakan kita waktu zaman reformasi itu buat apa? Betul nggak Ta? (hlm. 190).

2. Latar Tempat
Latar tempat dalam novel 5 cm ini adalah rumah Arial. Rumah arial ini merupakan tempat tongkrongan dari Genta dan teman-temannya. Rumah Arial ini mereka beri nama dengan Secret Garden. Latar tempat yang digunakan dalam novel ini digambarkan sebagai berikut.

Secret Garden merupakan tempat favorit mereka berkumpul. Daun-daun dengan bulir air yang melekat seghabis hujan dengan lampu taman yang kekuningan membuat suasana Secret Garden semakin merona dan sepasukan bintang pun menemani obrolan mereka. Bau tanah yang basah pun hinggap dipenciuman mereka (hlm.33).

3. Latar Sosial
Latar sosial dalam novel 5 cm sangat berhubungan dengan masyarakat dan kehidupan yang melingkupi tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya. Kehidupan yang digambarkan di dalam novel adalah kehidupan sosial yang terjadi pada masyarakat modern yang telah terpengaruh oleh budaya konsumerisme dan budaya individualitas, karena interaksi dengan masyarakat luar kurang. Berikut cuplikannya.

“Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu kemana-mana,” Kalimat Zafran tentang Plato barusan menyentakkan keapaadaannya diri Arial (hlm.61).
“Mungkin sebaiknya kita nggak usah ketemu dulu,” Genta mengalirkan kalimat pendek (hlm. 62)”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa latar tempat, waktu, sosial, dan karakter tokoh dalam novel memiliki keterkaitan.

Pada uraian di atas dapat terlihat jelas bahwa tema pada novel yang mengangkat tentang persahabatan berkaitan dengan karakter tokoh-tokoh pada novel. Tokoh-tokoh yang terdapat pada novel 5 cm memiliki karakter untuk saling menjaga dan menyayangi terhadap sahabat-sahabat yang menurut mereka persahabatan adalah yang sangat penting. Tokoh Genta, Arial, Ian, Zafran, dan Riani menjadi penggerak alur utama dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain sehingga jalinan peristiwa dapat terjaga keutuhannya. Kaitan di antara kedua aspek ini, menunjukkan bahwa karakter masing-masing tokoh bertalian. Hubungan antara alur dengan latar sangat terkait dan saling mendukung bahwa peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh novel 5 cm dibentuk antara tokoh dengan lingkungan masyarakat. Dapat ditegaskan bahwa unsur-unsur yang membangun novel 5 cm saling terkait dan menjalin kesatuan yang padu.

3. Aspek Sosial (Tinjauan Sosiologi) dalam Novel 5 CM
Dalam pembahasan tentang aspek sosial dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro akan terfokus pada permasalahan yang berkaitan dengan masalah sosial kemiskinan, masalah kejahatan, dan masalah kenakalan remaja. Gambaran dari masalah sosial dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dapat disimak dalam deskripsi di bawah ini.
1. Masalah Kemiskinan
Syani (1994:190) menjelaskan bahwa kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang, keluarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya. Kemiskinan biasanya dilukiskan dengan pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, dan lainlain.
Dengan adanya berbagai nilai dan norma sosial yang baru dapat mengakibatkan bergesernya ukuran-ukuran taraf kehidupan tertentu, yang kemudian menjadi suatu kelaziman bagi masyarakat. Menurut Soekanto (1995:406) kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Suatu keadaan ekonomi yang ditandai dengan ketidaksanggupan untuk membeli barang dan jasa yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan pribadi.
a. Kemiskinan Kultural
Trimanto (2011) menyatakan bahwa kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh sikap dan perilaku dari manusia itu sendiri. Contohnya: malas bekerja, malas belajar, pola pikir dan gaya hidup tradisional, persepsi yang salah, keyakinan yang keliru (kemiskinan adalah takdir), kepasrahan yang pasif, dan lain-lain. Penyebab dari sikap dan perilaku tersebut di antaranya adalah kebodohan, keterbelakangan, tidak adanya kesadaran, tidak adanya kemauan dan iman yang lemah. Kemiskinan jenis ini cukup mudah diatasi, asalkan ada minat dan kemauan dari para individu untuk maju dan berubah.
Masalah kemiskinan kultural dapat dilihat dalam bentuk kurangnya penghasilan dari suatu pekerjaan. Hal ini biasa di alami oleh sebagian orang yang pekerjaanya berat namun penghasilannya sangatlah minim. Seperti halnya sopir angkot yang ditumpangi Ian. Sopir angkot tersebut merasakan bagaimana susahnya menjadi seorang sopir angkot yang harus dihantui oleh jumlah setoran uang setiap harinya kepada pemilik angkot dan semakin mahalnya biaya pendidikan serta biaya hidup di Indonesia ini, sedangkan para pejabatnya hanya sibuk memperkaya diri sendiri dengan cara bertindak semaunya sendiri tanpa memikirkan rakyatnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini. 

Setelah angkot berjalan kembali, sopir angkot itu bercerita tentang susahnya hidup sebagai sopir angkot yang selalu dihantui oleh setoran selalu kurang, mahalnya biaya sekolah swasta anaknya yang menurutnya sangat mencekik, partai pilihannya yang ternyata isinya koruptor semua (hlm. 188).
Gerutu si sopir berlanjut pada rasa susahnya hidup di Negara yang menurutnya brengsek, karena setiap orang bertindak semaunya sendiri, suka makan uang rakyat, nggak peduli sama ornag kecil, rakus kayak tikus, nggak pernah peduli sama orang miskin, nggak pernah mau membantu sesama, nggak ada rasa peduli sama orang lain (hlm. 189).

b. Kemiskinan Struktural
Trimanto (2011) menyatakan bahwa kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor dari luar manusia, di antaranya adalah sistem, kebijakan pemerintah, kekuasaan, tidak adanya kesempatan dan sebagainya. Kemiskinan struktural juga disebabkan oleh masyarakat miskin tidak memiliki akses terhadap aset ekonomi produktif. Minimalnya sarana dan prasarana yang ada, seperti jalan, jembatan, listrik maupun fasilitas pendidikan dan kesehatan membuat masyarakat tetap terbelakang dan statis. Mereka sepertinya telah kehilangan hak-hak sosial, ekonomi dan politik. Masalah kemiskinan struktural dalam novel 5 cm dialami oleh Mbak Jumi yang mengalami diskriminasi di kantornya. Mbak Jumi adalah seorang cleaning service di tempat Riani bekerja. Sebagai seorang cleaning service Mbak Jumi kurang mendapatkan perhatian dari pegawai lainnya. Mbak Jumi juga Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang sepenuh Mbak Riani perhatiannya (hlm. 83). 
Hmmm, ia selalu tersenyum sama siapa saja, selalu akrab sama siapa saja, dari bos sampai cleaning service seperti saya ini…. (hlm. 82).

2. Masalah Kenakalan Remaja
Eliasa (2011) menyatakan bahwa kenakalan remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
1) Krisis identitas
2) Kontrol diri yang lemah
b. Faktor Eksternal
1) Keluarga
2) Teman sebaya yang kurang baik
3) Komunitas/lingkungan/sekolah/ tempat tinggal yang kurang baik.
Wujud kenakalan remaja pada novel 5 cm ini di pengaruhi oleh faktor internal yang disebabkan oleh lemahnya kontrol diri dari masing-masing tokoh. Wujud kenakalan tersebut dialami oleh Zafran yang selalu berfikir dan berimajinasi tentang suatu hal yang negatif terhadap seorang perempuan. Zafran selalu melihat bagian tubuh tertentu dan berimajinasi negatif setiap dia bertemu dengan Dinda. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

Masih heran dengan.. dengan.. ya ampun udah ketat, tipis banget lagi bajunya sehingga bra hitamnya terlihat jelas… kalo kata Ian sih golongan PKI (Pemakai Kutang Item).. (hlm. 22).
Sementara mata Zafran mengikuti lenggokan Dinda yang sensual kala naik tangga, malaikat jahat dating ke Zafran dan berbisik, “G string Fran.. Lo liat dari belakang.. liat lekukannya.. abis dech lo.. tuh, liat celana dalemnya nyeplak gitu. Lo bayangin bisa megang dia,.. megang dia di daerah yang dia inginkan… (hlm.24).
…….. belum lagi dadanya… Fran kutangnya item lagi…, lo bayangin lo buka kutangnya pake gigi (hlm. 24).

3. Masalah Kejahatan/Kriminalitas
Kejahatan disebabkan oleh adanya kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Seseorang berperilaku jahat dengan cara yang sama dengan perilaku yang tidak jahat. Artinya, perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain, dan orang tersebut mendapat perilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya dengan orang-orang yang berperilaku dengan kecenderungan melawan normanorma hukum yang ada (Soekanto, 1995:408). Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu (1) faktor personal, termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin, keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan keterasingan), dan (2) faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu (Pratama, 2012). 
Kejahatan dilakukan oleh sopir angkot yang dinaiki oleh Ian yang seenaknya saja memberhentikan angkotnya di suatu tempat untuk menunggu penumpang lain agar angkotnya terisi penuh oleh penumpang yang mengakibatkan kemacetan panjang di jalan. Sopir angkot juga berputar arah tanpa mempedulikan pengendara lain. Berikut kutipannya.

Tak berapa lama angkot mulai mendekati terminal dan berjalan perlahan, mengambil arah memutar di antara tumpukan angkot yang ngetem. Angkot yang ditumpangi Ian pun memutar dengan seenaknya di pinggir jalan, nggak peduli dengan berbagai kendaraan lain yang mengantri dan membunyikan klakson menahan kekesalan ke tumpukkan angkot (hlm. 189).

Berdasarkan analisis aspek sosial yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro ditemukan adanya beberapa wujud masalah sosial yang meliputi masalah kemiskinan kultural dan masalah kemiskinan sturktural, masalah kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh faktor internal yang disebabkan oleh lemahnya kontrol diri dari masing-masing tokoh dan masalah kejahatan yang dipengaruhi oleh faktor situasional.

B. Analisis Perbandingan Novel dan Film 5 CM
Dari segi tokoh dan penokohan, tokoh riani didalam novel digamarkan sebagai wanita berkacamata yang pintar, cantik dan baik hati. Namun, didalam film, tokoh Riani sama sekal tidak menggunakan kaca mata. Kegiatan para tokoh pada saat berkumpul, dalam novel kelima sahabat tersebut melantunkan lagu kesukaan mereka masing-masing. Ketertarikan para tokoh pada musik sangat ditonjolkan dalam novel tesebut. Hal ini terbukti dari perkenalan awal setiap tokoh yang mencantumkan ketertarikan setiap tokoh pada musik, seta banyaknya lirik-lirik lagu yang dicantumkan dalam musik. Dapat dikatakan bahwa, setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu di iringi dengan musik. Berbeda dengan novel, didalam film, tidak begitu diperlihatkan ketertarikan para tokoh pada musik.
Di dalam novel, rencana untuk tidak bertemu atau berkomunikasi selama bebeapa bulan dimulai dengan pembicaraan tentag filsuf yang dilakukan oleh Zafran tentang manusia yang selalu hidup dalam gua dan tidak percaya dengan adanya dunia yang lebih indah di luar gua itu. Sedangkan didalam film, rencana itu langsung diungkapkan oleh Genta dengan alasan ingatan tentang pembicaraan Ian suatu malam bahwa mereka tidak memiliki teman selain mereka berlima. Namum, dalam film juga tidak diperlihatkan pembicaraan tersebut, sedangkan di dalam novel diberikan bagian khusus untuk menggambarkan pembicaraan tersebut. Selain itu, pembicaraan dan perdebatan antara mereka sebelum rencana itu diungkapkan oleh Genta yang digambarkan secara jelas dalam novel, tidak dicantumkan dalam film.
Di dalam novel, kegiatan masing-masing tokoh saat berpisah diceritakan dengan proses yang panjang, namun dalam film diceritakan secara singkat tanpa proses yang berbelit-belit. Di dalam novel digambarkan secara jelas bagaimana sosok Riani mengagumi sosok genta sehingga dapat menimbulkan horizon harapan yang berbeda bagi pembaca. Namun, didalam film tidak digambarkan dengan jelas hal tersebut, sehingga penikmat film ragu untuk memiliki horizon harapannya sendiri.
Di dalam novel, riani memulai curhatnya kepada Citra teman kantornya saat berada dalam mobil, pembicaraan mereka pun dimulai dengan pembicaraan tentang masalah kantor. Namun, di dalam film, Riani langsung memulai curhatnya tanpa basa-basi, dan itu pun terjadi saat mereka masih didalam kantor. Dari segi aktivitas pribadi Ian, dalam novel digambarkan bagaimana ian berusaha berkomunikasi dengan komputernya dan menghindari godaan yang diberikan oleh komputernya agar ia bermain game dan tidak mengerjakan skripsinya. Namun, di dalam film, digambarkan bagaimana ian berusaha menahan kantuk saat mengerjakan skripsinya, dan menjadikan game dan mie sebagai hiburan agar ia mampu menahan kantuk.
Didalam novel, pertemuan Ian dengan Fajar, seseorang yang membentunya menyelesaikan kuisionernya, dimula di pinggir jalan saat Ian sedang menunggu busway untuk pulang kerumahnya. Sedangkan di dalam film, perkenalan mereka dimulai saat sosok Faja sedang memperbaiki roda mobilnya dan meminjam alat untuk memperbaikinya kepada Ian. Tokoh Ian dalam novel mengendarai busway sebagai alat transportasinya, sedangkan di dalam novel, ian mengendarai mobil pribadinya.
Di dalam novel, proses saat Ian menyelesaikan skripsinya sangat panjang. Pembicaraan yang dilakukan dengan dosen pembimbingnya sangat jelas digambarkan dalam novel, sehingga memberikan pengetahuan lebih untuk pembaca. Namun, di dalam film, pembicaraan tersebut tidak dicantumkan. Proses penyelesaian skripsi Ian degambarkan dengan singkat dan hanya memperlihatkan perjuangan tokoh ian saja. Sedangkan ilmu yang didapatkan pembaca dalam novel tidak didapatkan dalam film.
Dari aktivitas pribadi Arial, di dalam film di gambarkan bahwa Arial telah mulai berkomunikasi dengan Indy sejak Arial masih beertemu dengan sahabatnya, dan teman-temannya pun tau tenteng Indy. Proses yang mereka lalui sebelum mulai berkencan pun sangat panjang. Sedangan di dalam film, digambarkan dengan mulainya komunikasi antara mereka saat Arial sudah tidak bertemu lagi degan teman-temannya, teman-temannya pun tidak tau tentang indy. Proses yang mereka jalani sebelum berkencan juga digabarkan secara sangat singkat. Di dalam novel, Arial digambarkan secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya denga kepolosannya, sedangkan di dalam film digambarkan dengan tidak jelas.
Pertemuan yang mereka lakukan pada tanggal 14 Agustus dilakukan di stasiun Senen. Namun, di dalam novel, mereka bertemu di sebuah warung di stasiun. Setelah mereka berkumpul, barulah mereka masuk ke dalam kereta. Sedangkan di dalam film, mereka bbertemu tepat disisi rel kereta. Hanya ada Riani, Zafran, Genta, Arial dan ditambah dengan Arinda. Kereta mulai berjalan sebelum Ian tiba di stasiun. Di dalam film juga digambarkan bagaimana perjuangan Ian erlari mengejar kereta.
Di dalam novel, digambarkan dengan jelas bagaimana para tokoh merasa miris dengan keadaan yang mereka temui saat membeli makanan pada pemberhenian kereta di salah satu stasiun tua dini hari. Bagaimana kehidupan para ibu-ibu yang masih berkeliaran membawa barang dagangannya berkeliling di stasiun kereta, bbagaimana kehidupan orang-oarang pinggiran yang datang mencari nafkah ke stasiun tersebut. Salah satu hal yang dapat meningkatkan rasa peduli social pembaca. Namun, di dalam film tidak dicantumkan hal tersebut, sehingga rasa peduli social para tokoh di dalam film tidak jelas.
Di dalam novel,diceritakan pproses panjang yang dijalani para tokoh dalam kereta. Pembicaraan-pembicaraan menerik yang mereka lakukan di dalam kereta tergambar dengan jelas. Posisi duduk tokoh dalam novel dan film sedikit berbeda. Di dalam novel, Zafran duduk disebelah kiri Arial dan Arinda ada di sebelah kanan Arial. Sedangkan di dalam film, Zafran duduk di antara Arial dan Arinda. Ada kejadian yang menarik perhatian para tokoh yang diceritakan dalam novel, saat beberapa penumpang berdebat dengan petugas kereta karena tidak membeli tiket, sedangkan petukas terseut meminta bayaran 5 kali lebih banyak dari harga tiket aslinya. Kejadian yang berhasil membangkitkan kekesalan Ian dan menyebabkan Arial yang tidak pernah ikut campur masalah orang lain malah ikut turun tangan dalam masalah tersebut. Namun, dalam film tidak diceritakan hal terssebut.
Di dalam novel digambarkan perjaalanan para tokoh degan menggunakan sebuah angkot, bagaimana ramahnya sopir angkot yang bernama mas Gembul terhadap penumpang, sehingga membuaat ian menyadari bahwa tidak semua sopir angkot berlaku buruk terhadap penumpang, di dalam novel juga di ceritakan tentang pengalaman ian saat menaiki seuah angko di Jakarta. Kejadian yang membuatnya miris, sopir yangkot yang seenaknya menurunkan penumpang di piggir jalan sebelum sampai tujuan dengan paksa, dengan alasan penumpang yang tidak membayar sesuai tarif aslinya, sedangkan penumpang yang bersikeras bahwa mereka sudah tidak memiliki uang, serta cerita sopir angkot yang mengeluh hidup miskin sedangkan banyak pemerintah yang koruptor dan sebagainya. Kejadian yang benar-benar membangkitkan kebencian Ian terhadap pemerintah dan Negara ini. Namun, akhirnya disadarkan dengan kejadian yang dialaminya dengan teman-temannya saat ini, saat mereka menaiki angkot mas Gembul. Namun, semua kejadian itu tidak dicantumkan dalam film.
Di dalam novel dicertakan saat para tokoh menyewa sebuah jip yang akan mereka gunakan untuk pergi ke daerah penghentian terakhir, mereka disana bersama dengan beberapa tokoh tambahan. Mereka memulai perkenalan saat Ian dan salah satu tokoh yang bernama Deniek membicarakan tentang kamera. Ernyata deniek pernah mendai gunung Mahameru bersama sahabat baiknya, namun ia kehilangan salah seorang sahabat baiknya di sana. Hal ini menyadarkan mereka bahwa mendaki gunung tersebut sangat sulit dan berbahaya. Namun, hal tersebut tidak mengurangi tekad mereka untuk mendaki gunung tersebut, karena mereka sudah terlanjur jatuh cinta pada mahameru, gunung tertinggi di pulau Jawa tersebut. Dalam perjalanan tersebut, mereka menemukan pohon kayu putih dan keindahan-keindahan lain yang merupakan bagian dari Mahameru yang membuat mereka pada hasil yang diberikan oleh tanah air. Namun, di dalam film, semua peristiwa tersebut tidak dicantumkan, tidak ada tokoh tambahan dalam film, tidak ada pula cerita kematian yang mereka temukan.
Ranu Pane malam hari, desa terakhir yang mereka kunjungi di kamp perkemahan sebelum mendaki, dalam novel para tokoh bertemu dengan beberapa tokoh tambahan tadi, mereka berbicara tentang banyak hal sebelum beristirahat. Ada kejadian aneh saat ian melihat kuburan dibalik kabut malam dekat tenda mereka namun tokoh lain tidak melihatnya. Namun, didalam film tidak dicantumkan kejadian-kejadian tersebut.
Dari Ranu pane, para tokoh melakukan perjalanan menuju Ranu Kumbolo, kemudian menuju Tanjakan Cinta, Padang Ilalang, Hutan Edelweis, Kali Mati, Arcopodo, kemudian terakhir mendaki Mahameru. Dalam novel dijelaskan dengan rinci perjalanan mereka. Hal-hal menarik apa saja yang mereka temukan, kejadian-kejadian aneh yang mereka temui di tempat tersebut digambarkan dengan jelas, sehingga sangat menantang imajinasi pembaca. Namun, di dalam film digambarkan dengan sangat singkat dan tidak begitu menantang imajinasi petualang penonton. Hal inilah yang menyebabkan pembaca merasa kecewa dengan film tersebut.
Di dalam novel, yang mengibarkan Bendera Merah Putih di puncak Mahameru adalah tokoh Deniek dan kawan-kawan, kemudian diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia raya oleh semua pendaki yang ada di puncak gunung Mahameru. Namun, di dalam film, yang mengibarkan Bendera Merah Putih adalah genta dan kawan-kawan serta tidak diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh para pendaki.
Cerita terakhir beberapa tahun kemudian. Zafran akhirnya menikah dengan Riani dan memiliki seorang anak. Arian dengan Indy, Genta dengan Citra, Arinda dengan Deniek, dan Ian dengan Happy Salma, dan mereka semua memiliki seorang anak laki-laki. Mereka berkumpul di Secreet Garden bersama keluarga mereka, anak-anak mereka yang sedang berlatih mengibarkan Bendera Merah Putih dan para ayah member tetuah pada anaknya. Berbeda dengan film, Zafran menikah dengan Riani, Arial dengan Indy, Ian dengan Happy Salma dan mereka semua memiliki seorang anak laki-laki. Sedangkan Genta, ia akhirnya bertemu kembali dengan Arinda setelah sekian lama tidak bertemu karena Arinda yang mengejar gelar masternya di luar negeri. Cerita terakhir di film ini di akhiri dengan flashback perjalanan mereka berenam mendaki gunung Mahameru.