Wednesday, March 16, 2022

MENULIS KARYA ILMIAH: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK PEMBELAJARAN



MENULIS KARYA ILMIAH


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

UNTUK PEMBELAJARAN


OLEH:


NURHIDAYAH

1551040039


KELAS C


PEND. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR






BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar, serta materi pembelajaran yang disampaikan dan cara pengembangannya. Maka dari itu, dalam kesempatan kali ini, makalah ini akan membahas tentang Pengembangan Materi Pembelajaran. Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan dalam garis besar dalam bentuk materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah.

Pemanfaatan yang dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak siswa. Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan menerapkan bahan ajar yang telah dikembangkan tersebut, diharapkan diperoleh alternatif bagi guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan berjalan lebih optimal dan bervariasi dan pada akhirnya hasil belajar maupun aktivitas peserta didik diharapkan juga meningkat.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah pemilihan bahan ajar?

2. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar?

3. Apa saja aspek-aspek pengembangan bahan ajar?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui langkah-langkah pemilihan bahan ajar.

2. Untuk mengetahui prosedur pengembangan bahan ajar.

3. Untuk mengetahui aspek-aspek pengembangan bahan ajar.





BAB II

PEMBAHASAN


A. Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar (Ghafur, 1986: 63). Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi hal-hal sebagai berikut (Ghafur, 1987: 58).

1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensidan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasikan aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu pencapaiannya.

2. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

3. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa . Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan system evaluasi atau penilaian yang berbeda-beda.

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau psikomotorik (Rasyid, 2015: 11).

B. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

1. Kriteria Pemilihan Materi Pelajaran

Pemilihan materi pelajaran harus disesuaikan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem instruksional dan yang mendasari penentuan strategi belajar mengajar diantaranya sebagai berikut (Aman, 2012: 6).

a. Kriteria tujuan instruksional (SK/KD)

Materi pelajaran yang dipilih hendaknya sejalan dengan tujuan-tujuan instruksional yang telah dirumuskan.

b. Materi pelajaran

Ada keterkaitan antara tujuan yang ingin dicapai dengan materi pelajaran.

c. Relevan dengan kebutuhan siswa

Setiap materi pelajaran yang disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu materi pelajaran yang disajikan hendaknya memuat pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan.

d. Sesuai dengan kondisi masyarakat

Materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu siswa dalam memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan siswa menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri dan berguna di masyarakat.

e. Materi pelajaran mengandung segi-segi etik

Materi pelajaran yang dipilih hendaknya mempertimbangkan perkembangan moral siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang akan mereka dapat dari materi pelajaran yang telah mereka terima hendaknya diarahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

f. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis

Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan begitu materi pelajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannnya.

g. Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.

Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku. Guru yang ahli penting karena sumber utama memanglah guru itu sendiri. Guru dapat mengatur apa yang dianggapnya perlu atau tidak untuk disampaikan kepada siswa. Masyarakat juga merupakan sumber belajar yang luas, bahkan dapat dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.


2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Abdul Ghafur (1986: 82), dalam menyusun dan mengembangkan bahan ajar atau materi pelajaran ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Prinsip relevansi. Materi pelajaran harus ada hubungannya dengan pencapaian SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar).
b. Prinsip konsistensi. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga empat macam.
c. Prinsip kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi yang diajarkan tidak boleh terlalu sedikit karena kurang membantu dalam pencapaian SK dan KD. Sebaliknya apabila materi yang diajarkan terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga apalagi materi yang tidak perlu untuk dipelajari.

3. Teknik Pengembangan Bahan Ajar

Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup hal-hal sebagai berikut (Aman, 2012: 8).

a. Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)

b. Kompetensi yang akan dicapai

c. Content atau isi materi pembelajaran

d. Informasi pendukung

e. Latihan-latihan


Rincian prosedur pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut

(Aman, 2012: 9).

a. Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.

b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pelajaran adalah substansi isi yang harus dipelajari dan dikuasai peserta didik dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, dan prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi dan penilaian), dan aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin).

c. Mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah teridentifikasi sebelumnya.

d. Mengembangkan sumber bahan ajar. Sumber bahan ajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, berupa buku teks, media cetak, media elektronik, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya. Menentukan sumber bahan ajar dapat berupa sumber, bahan, alat, atau media yang sengaja dirancang untuk digunakan dan difungsikan mencapai indikator SK dan KD dalam pembelajaran dan dapat memanfaatkan segala sumber yang dapat digunakan dan difungsikan untuk meningkatkan kualitas pencapaian kompetensi peserta didik.


C. Aspek-Aspek Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan  bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar (Krisma, 2014: 7).

a. Kecermatan Isi

Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran ini secara keilmuan, dan keselarasan isi. Atau kebenaran isi berdasrkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa. Validitasi menunjukkan bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidangf ilmu dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan. Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan sehingga bahan ajar tidak menyebarkan kesalahan-kesalahan konsep, atau “miskonsepsi” yang dapat dibawa petatar ke daerah masing-masing. Untuk dapat menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar, petatar harus selalu menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu. Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik.

Dalam rangka mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya serta wawasan budaya, petatar dapat mengkaji dulu kemungkinan dan ketersediaan bahan di lingkungan sekitar dan budaya lokal yang dapat digunakan untuk menjadi bahan ajar bagi suatu topik tertentu dari bidang suatu ilmu. Dari kemungkinan dan ketersediaan tersebut, petatar kemudian perlu mengaitkan dengan landasan teori dan konsep yang berlaku dalam bidang ilmu.jika dimungkinkan dapat mengaitkan dengan hasil penelitian empiris sehingga akan menghasilkan suatu paduan dari teori dan konsep yang sahih tetapi relevan dengan lingkunhgan dan budaya lokal. Dengan demikian dapat diperoleh bahan ajar yang sahih isinya , akrab lingkungan dan berwawasan budaya dan tidak mengandung “miskonsepsi”

Keselerasan isi berarti kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang berlaku dalam negara dan masyarakat. Ada tersebut dan pembelajaran merupakan upaya pelestarian sistem nilai tersebut. Dengan demikian jika ada bahan ajar yang mengabaikan sistem nilai tersebut merupakan bahan ajar yang tidak tepat.

b. Ketepatan Cakupan

Kecermatan isi berfokus pada kebenaran isi secara keilmuan dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Setiap penatar pasti mempunyai tujuan pembelajaran dari mata tatarnya. Kemudian berlandaskan pada tujuan tersebut dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan kepada petatar. setelah itu baru di kembangkan bahan ajar – materi pokok dan komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.

c. Ketercernaan/Keterbacaan Bahan Ajar

Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta dengan mudah.

d. Pemaparan yang logis

Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Dengan demikian, peserta dapat dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat segera mengkaitkan pemaparan tersebut dengan informasi sebelumnya yang sudah dimilikinya. Bahan ajar yang dipaparkan secara tidak logis akan menyulitkan peserta belajar. Logika penyajian ini merupakan alat bantu yang menjelaskan hubungan antar topik atau konsep dalam bahan ajar. Dengan demikian, informasi yang diterima oleh peserta akan saling terkait, dan bahkan dapat dikaitkan dengan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya, tidak terkotak-kotak satu sama lain. Logika pemaparan ini dapat diperkenalkan kepada peserta untuk mengembangkan pola pikir atau penalaran yang sistematis.

e. Penyajian materi yang runtut

Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan strategi penyajian uraian, contoh dan latihan, atau contoh, latihan, penyajian uraian, atau penyajian uraian, latihan, contoh (PCL – CLP – PLC). Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir runtut.

f. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman

Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman peserta. Dalam penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting. Misalnya, dalam menjelaskan rumus molekul senyawa ion dalam topik Valensi mata pelajaran Kimia di SMU, guru tidak dapat hanya mengandalkan deskripsi verbal secara lisan maupun tertulis. Menurut Rinaldy (2000: 78), untuk menjelaskan rumus diperlukan alat peraga yang dapat menggambarkan rumus molekul senyawa ion tersebut. Guru dapat membuat lingkaran, bulatan, dan kubus valensi dari karton, dilengkapi dengan Lembar Kerja Peserta (LKS) yang berbentuk tertulis. Melalui karton-karton tersebut, peserta akan dapat bermain sesuai petunjuk dalam LKS, untuk membuat/menemukan rumus molekul senyawa ion.

Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi peserta. Dalam beberapa kasus, diperlukan juga contoh dan ilustrasi yang paling mutakhir, sehingga perlu mencarinya dan sumber-sumber mutakhir seperti majalah, koran, ataupun dari situs-situs di internet.

g. Alat bantu yang memudahkan

Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta dalam mempelajari bahan ajar tersebut, yang dikenal dengan nama Mnemonic Devices (alat Bantu mengingat atau belajar). Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan. Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada suara yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda dalam satu bahan ajar yang sama. Misalnya, gambar “tangan yang sedang menulis” digunakan untuk arti “Latihan” yang harus dikerjakan oleh peserta secara tertulis. Hendaknya gambar yang sama jangan digunakan untuk arti yang lain.

h. Format yang tertib dan konsisten

Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya gunakanlah warna kertas merah untuk LKS, jangan gunakan warna merah untuk komponen lain dalam bahan ajar. Dengan demikian, setiap kali peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS.

Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan sehingga peserta tidak menggunakan berbagai istilah secara rancu. Dalam bahan ajar audio, intonasi suara dapat digunakan sebagai tanda atau format untuk berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam bahan ajar video, clip video yang berupa grafik, atau penyajian langsung dapat digunakan sebagai tanda dari rangkuman, tanda perintah berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam hal ini, petatar diharapkan kreatif untuk menciptakan tanda-tanda dan formal khusus yang digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta belajar.

i. Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar

Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas. Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.

j. Penggunaan Bahasa

Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting. Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar yang disusun sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang digunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar tersebut tidak akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.

Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi, buku teks, siaran pers, dan lain-lain. Bahasa baku dapat dimengerti dengan baik oleh pembacanya, karena sama sekali tidak dipengaruhi oleh dialek bahasa sehari-hari maupun dialek bahasa daerah. Namun demikian, tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan sangat kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, ragam bahasa baku jarang digunakan dalam pengembangan bahan ajar.

Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca, mengerjakan tugas-tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes.

k. Perwajahan/Pengemasan

Perwajahan dan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia. Menurut Krisma (2014: 13), penataan letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut.

1. Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat peserta lelah membacanya.

2. Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan untuk mendorong peserta mencoret-coret bagian kosong tersebut dengan rangkuman atau catatan yang dibuat peserta sendiri. Sediakan bagian kosong secara konsisten dalam halaman-halaman bahan ajar.

3. Padukan grafik, poin, dan kalimat-kalimat pendek, tetapi jangan terus menerus sehingga menjadi membosankan.

4. Gunakan sistem paragraf yang tidak rata pada pinggir kanan, karenaparagraf seperti itu lebih mudah dibaca.

5. Gunakan grafik atau gambar hanya untuk tujuan tertentu, jangan gunakan grafik atau gambar jika tidak bermakna..

6. Gunakan sistem penomoran yang benar dan konsisten untuk seluruh bagian bahan ajar.

7. Gunakan dan variasikan jenis dan ukuran huruf untuk menarik perhatian, tetapi jangan terlalu banyak sehingga membingungkan.


Perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari peserta secara mandiri (sendiri, atau dengan teman-teman dalam kelompok).

l. Ilustrasi

Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi dapat dibuat sendiri oleh dosen atau guru sebagai pengembang bahan ajar, Namun, ilustrasi juga dapat dibuatkan oleh perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan gambar-gambar yang diinginkan ke dalam ilustrasi yang baik dan tepat. Selain itu, ilustrasi juga dapat diambil dari sumber langsung (misalnya foto), sumber atau buku lain (misalnya majalah atau ensiklopedia). Jika ilustrasi diperoleh dari sumber atau buku lain, Anda berkewajiban memberi penjelasan tentang hal itu dalam bahan ajar yang Anda tulis.

Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan. Selain itu, ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar, sehingga bahan ajar menjadi menarik, memotivasi, komunikatif, membantu retensi dan pemahaman peserta terhadap isi pesan. Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar, antara lain daftar atau tabel, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, simbol, dan skema.

m. Kelengkapan Komponen

Idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar kepada peserta (pertanyaan kunci, soal, tugas, kegiatan), serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap dalam satu paket, atau dapat juga dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari internet, atau buku lain), panduan belajar/peserta, serta panduan guru. Paket bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar (Krisma, 2014: 16).

1. Komponen utama berisi informasi atau topik utama yang ingin disampaikan kepada peserta, atau harus dikuasai peserta. Kebanyakan, bahan ajar utama berbentuk bahan ajar cetak, misalnya buku teks, buku pelajaran, modul, dan buku materi pokok yang bersifat moduler. Bahan ajar utama akan menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta jika dilengkapi dengan komponen pelengkap.

2. Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan yang terintegrasi dengan bahan ajar utama, atau informasi/topik pengayaan wawasan peserta.



BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau psikomotorik.

Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan  bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan.

B. Saran

Makalah saya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah saya ini kedepannya. Makalah ini mempelajari hubungan berbahasa, berpikir, dan berbudaya. Kita harus menciptakan suasana yang pas di dalam kelas. Mampu menulis dengan baik dan benar serta mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA


Aman, Akur. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Diakses dari internet, Februari 2017, http://ki-stainsamarinda.blogspot.co.id/2012/08/pengembangan-bahan-ajar.html

Gafur, Abdul. 1986. Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.

Gafur, Abdul. 1987.  Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan

Keterampilan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Konsep. Jakarta: PAU-UT.

Krisma, Richa. 2014. Pemilihan Bahan Ajar. Diakses dari internet, Februari 2017,

http://pengembangan.blogspot.co.id/2014/07/pemilihan-bahan-ajar. html