Friday, March 11, 2022

ESAI: Toleransi sebagai Tiang untuk Berdiri Kokohnya Kebhinnekaan

Toleransi sebagai Tiang untuk Berdiri Kokohnya Kebhinnekaan

Nurhidayah


Indahnya toleransi dalam perbedaan pengantar manusia terlahir dengan memiliki banyak perbedaan. Mulai dari perbedaan budaya, suku, ras, agama, dan yang lainnya. Tetapi manusia dituntut agar bisa hidup diantara perbedaan itu, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Faktanya tidak semua orang bisa hidup di tengah perbedaan, tidak bisa menerima orang lain yang berbeda dengan dirinya, dan hanya ingin menunjukkan dirinya tanpa menghargai yang lain. Namun apakah manusia yang seperti itu dapat bertahan lama? Tentu saja tidak. Contohnya saja konflik antar umat Islam dan Kristen di Maluku yang merenggut banyak korban jiwa, perkelahian antarsuku di Papua, dan perang Sampit. Jika suatu individu dengan individu lainnya tidak dapat menerima perbedaan dari suatu kelompok atau individu, maka akan terjadi konflik yang membawa banyak korban.

Perdamaian tidak akan bisa dicapai secara instan. Untuk mencapainya perlu perkembangan dan proses berkelanjutan. Membangun kesadaran solidaritas bhinneka yang terbuka dan #merawattoleransi sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. Toleransi sendiri adalah menghargai perbedaan dan kemampuan untuk hidup dan membiarkan orang lain hidup dengan hidupnya. Toleransi merupakan salah satu kunci utama dalam memelihara perdamaian dan menjauhi konflik dalam kehidupan bermasyarakat (Yusuf, 2013). Bukan hanya sekedar tidak memperdulikan perbedaan, toleransi lebih mengarahkan manusia untuk menunjukan rasa hormat pada perbedaan tiap-tiap manusia.

Para pemuda dan kelompok pemuda punya peran tak tergantikan dalam menjembatani perdamaian antar agama. Diskriminasi dalam bentuk islamophobia, chrostianophobia, dan lain lain harus dimusnahkan dengan mengangkat nilai toleransi. Pendekatan multikultural merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan guna mengeliminasi setidak-tidaknya mengurangi konflik sosial yang sering muncul selama ini terutama konflik antaretnis dan antaragama di Indonesia yang masyarakatnya memang multietnis dan multiagama. Selain Pemahaman multikulturalisme, integrasi semua pihak dan solidaritas perlu ditingkatkan.

Kita perlu mengembangkan generasi cinta damai yang pintar, sebuah generasi yang mampu mengelola berbagai perbedaan bangsa demi pembangunan.Komunikasi antar budaya dan agama perlu terinterpretasikan dengan arif. Kita di Indonesia selalu bersemboyan Bhinneka tunggal Ika yang berarti “berbeda beda tapi satu”. Selayaknya kita membenahi diri dan menunjukan nilai toleransi yang kita elu-elukan sebagai semboyan bangsa dalam kehidupan kita sehari-hari. Diperlukan keseriusan dalam mewujudkan spirit kesatuan dalam kebhinekaan atau kesepakatan dalam perbedaan dengan didukung penuh terutama oleh para tokoh agamawan, cendekiawan, dan Negara. Perdamaian tidak mungkin bisa dicapai tanpa adanya sikap toleransi dari semua pihak. Mari kita mulai dari diri kita sendiri, dan didik generasi cinta damai untuk memimpin di masa depan nanti.

Dari benih benih yang kita tanamkan, suatu saat akan menumbuhkan para pemuda teladan calon pemimpin yang toleran pembawa perdamaian. Oleh karena itu, Budaya saling mengerti dan menghormati dalam toleransi yang mulai redup harus kita hidupkan kembali. Jangan ada diskriminasi antar agama dan etnis, tetapi jadilah kapten toleransi bahkan mulai dari diri kita sendiri lalu ke masyarakat.


Referensi: Yusuf, H. O. 2013. Promoting Peaceful Co-Existence and Religious Tolerance through Supplementary Readers and Reading Comprehension Passages in Basic Education Curriculum. International Journal of Humanities and Social Science, 224-232.