Saturday, May 27, 2017

Karakteristik Puisi Lama, Baru, dan Kontemporer



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu karya sastra sebagai pembangun, pembentuk, atau pembuat, karena memang pada dasarnya menulis sebuah puisi berarti membangun, membuat, atau membentuk sebuah dunia baru secara lahir maupun batin (Tjahjono, tanpa tahun). Korespondensi dan periodesitas merupakan bentuk formal sebuah puisi. Bahkan puisi Pujangga Baru masih ada yang terikat pada korespondensi dan periodesitas. Puisi baru (modern) menyimpangi pengertian puisi menurut pandangan lama. Puisi baru tidak terikat oleh bentuk-bentuk formal, korespondensi, dan periodesitas itu. Cetusan ide yang berasal dari peristiwa atau keadaan itu dikemas oleh seorang penyair kedalam bahasa yang padat dan indah. Pembaca atau penikmatnya lalu merasakannya sebagai sebuah karya tulis yang mengandung keindahan dan pesan. Puisi dapat dinikmati melalui membaca atau mendengarkannya. Dalam bagian ini kalian berlatih mendengarkan pembaca puisi, kemudian mengungkapkan tema dan pesan yang dikandungnya.
Puisi akan menarik apabila sebuah puisi tersebut ditulis berdasarkan konsep atau peristiwa yang dialami oleh penulis atau orang yang ada di sepenyair penulis (di masyarakat). Sebuah puisi akan tertulis berdasarkan pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya. Puisi merangsang kepekaan terhadap keindahan dan rasa kemanusiaan. Karya seni, termasuk puisi berupaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang terkikis teknologi dan menyadarkan kembali manusia pada kedudukannya sebagai subjek dalam kehidupan ini. Puisi berusaha mengembalikan stabilitas, keselarasan, dan keutuhan dalam diri manusia. Puisi terbagi atas tiga, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Agar dapat membedakan ketiga puisi tersebut, kita perlu mengetahui karakteristiknya. Adapun karakteristik puisi lebih lanjut akan dibahas dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, adapun rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu:
1.      Bagaimana karakteristik puisi lama?
2.      Bagaimana karakteristik puisi baru?
3.      Bagaimana karakteristik puisi kontemporer?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini yaitu:
1.      Memahami karakteristik puisi lama.
2.      Memahami karakteristik puisi baru.
3.      Memahami karakteristik puisi kontemporer.


BAB II
PEMBAHASAN

Ada banyak definisi puisi yang diberikan para ahli, dan hal tersebut sangat berterima. Namun secara umum puisi diartikan sebagai salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dengan bentuk karya sastra yang lain yang berupa prosa. Secara lebih rinci, sebuah puisi memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.       Menggunakan bahasa yang singkat dan padat yang dituankan dalam bentuk bait-bait.
b.      Bersifat konotatif dan imajinatif
c.       Memanfaatkan perlambangan (majas).
d.      Memberikan banyak penafsiran (ambiguitas)

A.    Karakteristik Puisi Lama
Puisi Lama (sering disebut juga puisi Melayu Lama) adalah puisi yang memancarkan kehidupan masyarakat lama, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat lama (Alisjahbana,1954: 4).
Untuk mengenal lebih jauh tentang karakteristik puisi lama, berikut dijelaskan tentang pembentuk karakteristik puisi lama secara umum.
1.Anomim
Puisi-puisi lama tidak seperti puisi modern yang banyak diketahui siapa pengarangnya dan bahkan diketahui latar belakang pengarang puisi tersebut. Contohnya, puisi “Aku” dikenal sebagai karya Chairil Anwar. Orang pun kemudian seringkali menghubungkan latar belakang Chairil Anwar dengan karya-karya nya karena merepresentasikan apa yang terjadi dengan pengalaman hidupnya.
Puisi-puisi lama umumnya justru ada tanpa nama pengarangnya. Hal ini didasari karena pada masa itu, para pengarang tidak perlu harus dikenal. Meskipun beberapa puisi lama dikenal nama pengarangnya, yang terpenting pada masa itu karya dan bukan pengarangnya. Karena tanpa nama pengarang atau anomim, puisi-puisi lama umumnya diakui sebagai milik bersama.
2. Dari mulut ke mulut
Puisi lama umumnya bersifat lisan. Ada juga memang yang ditulis dalam bentuk naskah pada daun lontar. Hanya saja, yang tertulis atau dalam bentuk naskah biasanya juga berasal dari mulut ke mulut. Artinya, puisi disampaikan dengan cara diucapkan langsung kepada pendengar dan kemudian diteruskan ke yang lainnya secara turun-temuran. Berbeda dengan puisi baru yang penyampaiannya ditulis lewat media cetak.
3. Gaya bahasa
Puisi lama memiliki bentuk yang mudah dikenali dari segi penggunaan bahasa. Umumnya, gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang cenderung penuh metafora. Gaya bahasanya pun cenderung esoferik atau gaya bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara.
4.      Aturan
Ada beberapa aturan umum dalam puisi lama.
·         Rima dan Irama. Rima adalah pola persajakan, yakni pola bunyi kata-kata yang ada di setiap baris. Sementara irama mengatur tinggi rendah, panjang pendeknya , ataupun keras lembut ucapan bunyi. Beberapa jenis puisi lama sangat memperhatikan masalah rima dan irama ini karena berkaitan dengan isi dari puisi lama tersebut.
·         Jumlah kata, bait, dan baris. Kebanyakan puisi lama memperhatikan masalah jumlah kata. Misalnya dalam satu baris jumlah kata harus ada 6 atau 8 kata. Ada juga jenis puisi yang mengatur masalah jumlah baris dalam satu bait. Ada juga puisi lama yang dalam satu bait terdapat empat baris ada juga yang lebih dari empat baris. Tapi biasanya ditentukan jumlah barisnya.


B.     Karakteristik Puisi Baru
Puisi baru adalah suatu jenis puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh aturan-aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan puisi ini ada atau lahir setelah puisi lama. (Puisi yang bebas baik dari segi suku kata, baris, atau rimanya).
Puisi-puisi pada periode Pujangga Baru dikenal sebagai puisi baru. Ciri-cirinya antara lain:
a)      para penyairnya sudah tidak lagi menulis puisi dalam bentuk pantun, syair, atau gurindam;
b)      jenis puisinya mengikuti bentuk baru seperti distichon (2 larik), tersina (3 larik), quartrain (4 larik), quint (5 larik), sextet (6 larik), septima (7 larik), oktaf (8 larik), dan soneta (14 larik);
c)      lariknya simetris, penuh rima dan irama;
d)     pilihan katanya diwarnai dengan kata-kata yang indah-indah;
e)      bahasa kiasan yang banyak dimanfaatkan adalah perbandingan.
f)       tidak terikat pada sebuah aturan. (Baik dari segi baris, suku kata dan rimanya semuanya bebas).
g)      tiap barisnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).

C.    Karakteristik Puisi Kontemporer
Karya sastra kontemporer berkembang dalam bentuk prosa, draa, dan puisi. Karya sastra kontemporer adalah karya sastra yang inkonvesional atau menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya. Puisi kontemporer berarti puisi yang dibuat dan diterbitkan pada awal tahun tujuh puluhan hingga sekarang. Bentuk puisi kontemporer menyimpang dari puisi-puisi pada umumnya dan tentunya cara memahami maknanya pun berbeda.

Puisi kontemporer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Tipografi
2.      Penulisan kata, baris, dan bait menyimpang dari penulisan puisi pada umunya.
3.      Terjadi kemacetan bunyi, bahkan hampir tidak dapat dibaca karena kadang-kadang hanya berupa beberapa tanda baca yang disejajarkan.
4.      Menggunakan idiom-idiom yang inkonvesional.
5.      Memerhatikan kemerduan bunyi.
6.      Banyak pengulangan kata, frasa, atau kelompok kata.
7.      Kadang-kadang mencampuradukkan kata atau kalimat bahasa Indonesia dengan kata atau kalimat bahasa asing atau bahasa daerah.
8.      Bertumpu pada simbol-simbol nonkata
9.      Menampilkan kata sedikit mungkin
10.  Bebas memasukkan unsur bahasa asing atau daerah
11.  Memakai kata-kata supra/irasional, kata-kata yang dijungkirbalikkan
12.  Berpijak pada bahasa inkonvensional
13.  Pada umunya bertema kritikan
14.  Maknanya sangat sulit ditangkap
15.  Sering sekali mempermainkan kata didalamnya

D.    Analisis Puisi Lama, Puisi Baru, dan Puisi Kontemporer
·         Syair (puisi lama)
Berhentilah kisah raja Hindustan.
Tersebutlah pula suatu perkataan.
Abdul Hamid Syah paduka Sultan
Duduklah paduka bermuka-mukaan
Abdul Muluk putera baginda.
Berserahlah sudah bangsawan muda.
Cantik menjelis usulnya Syahada.
Tiga belas tahun umurnya ada.
Parasnya elok amat sempurna.
Patah menjelis bijak laksana.
Memberi hati bimbang gulana.
Kasih padanya mulia dan hina
Akan Rahmah puteri bangsawan.
Parasnya elok sukar dilawan.
Sedap manis barang kelakuan.
Sepuluh tahun umurnya tuan


·         Septima (puisi baru)
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai (bahasa sastra Eropa)
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya


·         Kontemporer

TRAGEDI WINKA & SIHKA

kawin      
    kawin
        kawin
            kawin
                kawin
                        ka
                   win
                ka
            win
           ka
         win
      ka
   win
ka
    winka
        winka
            sihka
               sihka
                  sihka
                        sih
                     ka
                  sih
               ka
            sih
          ka
       sih
    ka
  sih
ka
   sih
      sih
         sih
            sih
               sih
                  sih
                     ka
                         Ku


Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru
  1. Puisi Lama pada umumnya tidak dikenal nama pengarangnya sedangkan Puisi Baru sudah dapat diketahui.
  2. Puisi Lama disampaikan secara lisan dari mulut kemulut dan Puisi Baru disampaikan secara lisan maupun tulisan
  3. Bentuk Puisi Lama masih terikat dengan syarat-syarat yang mutlak dan tradisional. Sedangkan Puisi Baru sudah tidak terikat lagi dengan syarat-syarat tersebut.
  4. Puisi Lama biasanya berisi nasihat-nasihat sedangkan Puisi Lama berisi curahan hati si pengarang.

Persamaan Puisi Lama dengan Puisi Baru.
    1. Sama-sama menggunakan kata-kata yang berkonotasi
    2. Keduanya sama-sama menggunakan Majas
    3. Mengandung makna yang bersifat imajinatif
    4. Memiliki pemadatan bahasa
    5. Menggunakan Irama

Analisis puisi kontemporer.
Kata kawin, kasih, winka, sihka, ka – win, dan ka – sih adalah tanda-tanda bermakna. Logika tanda itu sebagai berikut: bila kata itu utuh, sempurna seperti aslinya, maka arti dan maknanya sempurna. Bila kata-kata dibalik, maka maknanya-pun terbalik, berlawanan dengan arti kata aslinya. Dalam kata “kawin” terkandung konotasi kebahagiaan, sedangkan “winka” itu mengandung makna kesengsaraan. “Kawin” adalah persatuan, sebaliknya “winka” adalah perceraian. “Kasih” itu berarti cinta, sedangkan “sihka” kebencian. Bila “kawin” dan “kasih” menjadi “winka” dan “sihka” itu adalah tragedi kehidupan. Targedi mulai terjadi ketika “kawin” dan “kasih” tidak bisa dipertahankan dan terpecah menjadi sih – sih, kata tak bermakna, yang menunjukkan hidup menjadi sia-sia belaka.
Sedangkan penulisan puisi tragedi winka sihka yang disusun secara zig zag ini membuat bentuk puisi ini berbeda dengan yang lain. Justru bentuk yang berbeda dengan yang lain ini yang membawa nilai estetik tersendiri, karena penyair mempunyai makna tersendiri dengan susunan bentuk yang ia ciptakan, yakni sebuah tanda yang merupakan suatu lambang keliku-likuan suatu perjalanan yang penuh dengan bahaya. Dengan kata lain, bentuk larik dan kata dalam puisi tersebut membentuk makna yang tersembunyi. Hanya penyairlah yang tahu maksudnya. Sebagai pembaca, kita dapat memaknai kata-kata yang tertulis dalam larik-larik puisi itu.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Puisi-puisi lama tidak seperti puisi modern yang banyak diketahui siapa pengarangnya dan bahkan diketahui latar belakang pengarang puisi tersebut. Puisi-puisi lama umumnya justru ada tanpa nama pengarangnya. Hal ini didasari karena pada masa itu, para pengarang tidak perlu harus dikenal. Meskipun beberapa puisi lama dikenal nama pengarangnya, yang terpenting pada masa itu karya dan bukan pengarangnya. Puisi lama umumnya bersifat lisan. Ada juga memang yang ditulis dalam bentuk naskah pada daun lontar. Hanya saja, yang tertulis atau dalam bentuk naskah biasanya juga berasal dari mulut ke mulut. Puisi lama memiliki bentuk yang mudah dikenali dari segi penggunaan bahasa.
Puisi baru adalah suatu jenis puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh aturan-aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan puisi ini ada atau lahir setelah puisi lama. Para penyairnya sudah tidak lagi menulis puisi dalam bentuk pantun, syair, atau gurindam. Pilihan katanya diwarnai dengan kata-kata yang indah-indah, bahasa kiasan yang banyak dimanfaatkan adalah perbandingan. Karya sastra kontemporer berkembang dalam bentuk prosa, draa, dan puisi. Karya sastra kontemporer adalah karya sastra yang inkonvesional atau menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya.

B.     Saran
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Mustika, Ika dan Abdul Azis. 2014. Apresiasi dan Kajian Puisi: Suatu Pengantar. Bandung: STKIP Siliwangi Bandung.