Sunday, December 13, 2015

Klasifikasi Kata - Morfologi


MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
KLASIFIKASI KATA: KONJUNGSI, ARTIKULUS,
INTERJEKSI, DAN PARTIKEL

OLEH:
KELOMPOK 2

ANANDA PRATAMA S.
1551042016
FEBRIANY BETTENG P.
1551041030
MARCELIA P. NUNAKI
1551040044
NARNI SUMARDI
1551041032
NURHIDAYAH
1551040039
NURMAULIDINA
1551040031


KELAS C
PEND. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang terpenting. Dengan berbahasa, manusia dapat berhubungan dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan merupakan tuntutan dalam berbahasa.
Belajar bahasa Indonesia, berarti belajar berkomunikasi, belajar mengungkapkan pendapat, gagasan, pikiran, dan mengungkapkan pengalaman kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dengan bahasa yang komunikatif. Selain komunikatif, penggunaan bahasa juga harus sesuai dengan kaidah-kaidah atau aturan-aturan tata bahasa.
Bahasa yang baik adalah ragam bahasa yang tepat serta serasi, yang dipakai menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa yang mungkin tidak termasuk yang benar dalam artian tidak beragam baku. Sedangkan pemakaian bahasa yang benar menurut pendapat Moeliono (1993: 19), menyatakan bahwa pemakaian bahasa yang benar dan betul adalah bahasa yang mengikuti kaidah-kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku. Jadi, berbahasa yang baik dan benar adalah pemakaian ragam bahasa yang sesuai dengan sasarannya disamping juga mengikuti kaidah bahasa yang baku atau dianggap baku. Banyaknya istilah-istilah baru dimasa sekarang ini dapat berpengaruh pada perkembangan bahasa Indonesia, banyak masyarakat yang hanya mengikuti zaman tanpa memahami bagaimana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Klasifikasi kata berupa kelas tertutup adalah kelas kata yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Hal ini berbeda dengan anggota kelas-kelas terbuka yang pada setiap waktu dapat bertambah dan berkurang, semua dengan perubahan dan perkembangan sosial budaya dalam masyarakat.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan konjungsi dalam bahasa Indonesia?
2.      Bagaimanakah klasifikasi dari konjungsi dalam bahasa Indonesia?
3.      Apakah yang dimaksud dengan artikulus dalam bahasa Indonesia?
4.      Bagaimanakah klasifikasi dari artikulus dalam bahasa Indonesia?
5.      Apakah yang dimaksud dengan interjeksi dalam bahasa Indonesia?
6.      Bagaimanakah klasifikasi dari interjeksi dalam bahasa Indonesia?
7.      Apakah yang dimaksud dengan partikel dalam bahasa Indonesia?
8.      Bagaimanakah klasifikasi dari partikel dalam bahasa Indonesia?
C.    Tujuan
Adapun  tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian konjungsi dalam bahasa Indonesia.
2.      Mengetahui fungsi konjungsi dalam bahasa Indonesia.
3.      Memahami jenis-jenis konjungsi dalam bahasa Indonesia.
4.      Mengetahui pengertian artikulus dalam bahasa Indonesia.
5.      Memahami jenis-jenis artikulus dalam bahasa Indonesia.
6.      Mengetahui pengertian interjeksi dalam bahasa Indonesia.
7.      Memahami jenis-jenis interjeksi dalam bahasa Indonesia.
8.      Mengetahui pengertian partikel dalam bahasa Indonesia.
9.      Memahami jenis-jenis partikel dalam bahasa Indonesia.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konjungsi
1.      Pengertian Konjungsi
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102). Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat:kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat.
Konjungsi tersebut diperlukan supaya kata, kalimat, maupun paragraf di dalam suatu karangan  akan menjadi teratur. Keteraturan itu sangat penting  untuk memperlihatkan adanya suatu kepaduan diantara kata, kalimat, maupun paragraf satu dengan yang lainnya. Kepaduan itu dititikberatkan pada suatu hubungan antara ketiga unsur itu. Dalam kaitannya dengan suatu hubungan antarkalimat ini, konjungsi akan berperan sangat penting.  Pemakaian konjungsi didalam kalimat bukan untuk dapat menerangkan kata. Namun, tidak lebih dari sekedar alat penghubung yang berfungsi untuk dapat mempertegas serta memperpadu makna. Kata penghubung antar klausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung antar kalimat di awal kalimat (setelah tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya), dan kata penghubung antar paragraf letaknya di awal paragraf. Preposisi dan konjungsi adalah dua kelas yang memiliki anggota yang dapat beririsan. Contoh irisannya adalah karena, sesudah,sejak, sebelum.
2.      Jenis-jenis Konjungsi
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
1.      Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
a. menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
b. menggabungkan memilih, yaitu atau.
c. menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan,  sebaliknya.
d. menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
e. menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
f. menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
g. menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
h. menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
i.  menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.

2.    Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
a. menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
b. menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
c. menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
d. menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
e. menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
f. menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
g. menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
h. menyatakan tempat, yaitu tempat.

Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi terdiri dari:
1.      Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:
dan penanda hubungan penambahan
serta penanda hubungan pendampingan
atau penanda hubungan pemilihan
tetapi penanda hubungan perlawanan
melainkan penanda hubungan perlawanan
padahal penanda hubungan pertentangan
sedangkan penanda hubungan pertentangan

 Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
(a) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
(b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
(c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
(d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
(e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.

2.      Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.
Adapun macam-macam konjungsi korelatif yaitu:
                                baik … maupun …
tidak hanya …, tetapi juga …
bukan hanya …, melainkan juga …
demikian … sehingga…
sedemikian … sehingga…
apa(kah) … atau …
entah … entah …
jangankan…,…pun…
Contoh:
(a)    Baik Riski maupun Nasar keduanya adalah anak yang baik.
(b)   Budi bukan hanya pelukis yang handal, tetapi juga sebagai seniman yang cerdas.
(c)    Jangankan uang segudang, sepeser pun aku tak punya. 
(d)   Aku tidak tahu harus berbuat apa entah pergi saja entah datang menemuinya.
(e)  Dia menghias bunga itu sedemikian rupa sehingga terlihat sangat indah.

3.      Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
1.      Konjungsi subordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
2.      Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
3.      Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
4.      Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
5.      Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
6.      Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
7.      Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
8.      Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
9.      Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
10.  Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
11.  Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
12.  Konjungsi suboerdinatif atributif: yang
13.  Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)
Contoh: Pak Buchori telah meninggal ketika dokter datang.
Saya akan naik haji jika tanah saya laku.
Saya pasti memaafkannya seandainya dia mengakui kesalahannya
Asrul harus belajar giat agar naik kelas
Diskusi tetap berjalan meskipun dosen tidak masuk.
Dia takut kepada saya seolah-olah saya ini musuhnya.
Hari ini dia tidak ke kampus karena sakit.
Ayah belum mengirim uang sehingga kami belum membeli buku
Chandra tidak mau membeli buku padahal dia punya uang
Orang yang menemuinya bertampang seram, maka dia jadi takut
Mereka berkata bahwa mereka akan berkunjung besok.
Dia melangkah dengan kaki kanan terlebih dahulu.

B.     Artikulus
1.      Pengertian Artikulus
Kata sandang adalah suatu kata yang belum memiliki arti tertentu atau bahkan tidak memiliki arti atau makna khusus, hanya sebagai penjelas dari kata yang didepannya. Artikulus adalah kata tugas yang membatasi makna nomina atau makna kata benda. Makna dari kata sandang tergantung dari kata yang ada di depannya.
2.      Jenis-jenis Artikulus
Kata sandang untuk menyatakan jumlah tunggal:
1. Sang
Sang biasa dipanggil untu panggilan seseorang, benda mati atau makhluk hidup lainnya yang bertujuan untuk meninggikan martabat atau sindiran.
Contoh:
Sang ratu sedang bersantai di taman  (meninggikan martabat)
Sang katak berhenti mengorek   (menyindir)
2. Sri
Sri biasanya digunakan sebagai penyandang nama manusia yang memiliki kedudukan lebih tinggi.
Contoh:
Sri sultan Hamengkubuwono X sedang menuju keraton
Sri baginda ratu bermain dengan putra-putrinya.
3. Hang
Hang digunakan pada sastra lama untuk menghormati seseorang.
Contoh:
Hang Dihi menemui keluarganya.
Hang Bae merupakan orang terkenal di kampungnya.
4. Dang
Dang digunakan sama seperti kata sandang ‘Hang’, namun hanya dikhususkan untuk wanita.
Contoh:
Dang Maryam menikah dengan Hang Ahmad.
Dang Lia sedang pergi ke pasar.
5. Hyang
Hyang merupakan kata sandang yang khusus digunakan untuk menyebut dewa atau dewi.
Contoh:
Umat Hindu sedang bersembahyang untuk Hyang Widhi.
Hyang Sri merupakan dewa pertanian.
6. Yang 
Yang merupakan kata sandang yang digunakan untuk pembentuk dan pengganti nama Tuhan.
Contoh:
Yang Maha Kaya, mudahkahlah jalan rezeki bagi hamba-Mu.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kata sandang untuk menyatakan jumlah / kelompok:
1. Para
Para merupakan kata sandang yang digunakan untuk menegaskan sekelompok manusia yang mempunyai suatu kesamaan tertentu.
Contoh:
Para mahasiswa sedang berdemo untuk menurunkan Jokowi.
Para pendaki sedang mengikuti lomba orienteering.
2. Umat
Umat merupakan kata sandang yang digunakan untuk menyatakan kesamaan kepemilikan dalam bidan agama atau ideologi.
Contoh:
Umat Islam merupakan penganut terbesar di Indonesia
Umat hindu sedang merayakan nyepi.
3. Kaum
Kaum merupakan kata sandang yang digunakan untuk orang yang mempunyai kesamaan pandangan atau ideologi
Conoth:
Kaum wanita mulai menunjukkan perannya dalam pemerintahan.
Konser boyband asal Korea Selatan banyak dihadiri oleh kaum Hawa

Kata sandang sebagai penunjuk kata ganti orang atau benda:
1. Si
Si merupakan kata sandang yang digunakan mengiringi nama seseorang, hewan atau untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda.
Contoh:
Si Ahmad sedang pergi ke masjid
Si kancil sedang dikerjar harimau
2. Yang 
Yang merupakan kata sandang yang digunakan untuk membentuk kata benda dari kata yang dikhususkan sebagai kata ganti orang atau manusia.
Contoh:
Yang meniggal dunia tadi malam adalah tetanggaku
Seperti ada yang memanggil-manggil namaku

C.    Interjeksi
1.      Pengertian Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung maksud pokok. Interjeksi adalah partikel yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Interjeksi biasanya dipakai di awal kalimat dan pada penulisannya diikuti oleh tanda koma (,). Secara struktural interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat lain. Interjeksi umumnya berupa bentuk dasar, meskipun ada juga yang berbentuk turunan.
Banyak interjeksi yang digunakan dalam bahasa lisan atau bahasa tulis yang berbentuk percakapan. Karena itu, umumnya interjeksi macam itu lebih bersifat tidak formal. Pada bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi jarang dipakai.
2.      Jenis-jenis Interjeksi
1. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih (idiih)
 Contoh: a. Bah, segera kau keluar dari kamar ini juga!
b. Cih, tidak tahu malu ! Maunya ditraktir orang melulu!
c. Cis, gua muak lihat muka lu ! Dasar cowok enggak tau diri!
d. Ih, mulutmu bau amat, sih! Nggak pernah disikat, 'kali!
e. Idih, WC-nya bau pesing banget ! Jijik, ah!
2. Interjeksi kekesalan atau kecewa: brengsek, sialan, buset (busyet) , keparat, celaka.
 Contoh: a. Brengsek, disuruh ngebantuin malah ngomel!
b. Sialan, baru mau tidur sudah dibangunin!
c. Buset, aku dimarahi guru gara-gara kamu!
d. Keparat, dompet saya kecopetan di pasar!
e. Celaka, kopornya ketinggalan di lobi bandara!
3. Interjeksi kekaguman atau kepuasan: aduh (duh), aduhai, amboi, asyik, wah
 Contoh: a. Aduh, cantik sekali kamu malam ini!
b. Aduhai, indah sekali pemandangan di sini!
c. Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat!
d. Asyik, nikmatnya kita duduk-duduk di pantai yang sepi ini.
e. Wah, goyang dangdut penyanyi itu benar-benar seksi!
4. Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulillah, untung
Contoh:  a. Syukur, kamu dapat diterima pada perusahaan itu!
b. Alhamdulillah, keluarga saya luput dari kecelakaan itu.
     c. Untung, waktu terjadi kerusuhan itu toko kami tidak dijarah.
5. Interjeksi harapan : insya Allah, mudah-mudahan, semoga
 Contoh: a. Insya Allah, saya akan datang ke pesta pernikahanmu!
b. Mudah-mudahan Anda tiba dengan selamat di tanah air!
            c. Semoga cita-citamu lekas tercapai!
6. Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah
 Contoh: a. Aduh, kamu kok suka gonta ganti pacar!
b. Aih, kurus amat kamu sekarang ini ! Lagi diet?
c. Ai, tasnya keren banget! Merek apa, sih?
d. Lo, masa nggak kenal lagi! Kamu 'kan teman sekolahku di SMP.
e. Duilah, begitu saja kamu tidak bisa!
f. Eh, aku heran dia bisa lulus ujian. Pada hal jarang belajar!
g. Oh, saya baru tahu kalau kamu sudah menikah
h. Ah, saya tidak kira kalau kamu pandai bahasa Korea.
7. Interjekasi kekagetan: astaga, astagafirullah, masyaallah, masa, alamak, gila (gile)
 Contoh: a. Astaga, mahal amat baju ini! Nggak sanggup beli, deh!
b. Astagafirullah, seluruh keluarganya dibantai perampok?
c. Masyallah, pamanmu punya bini muda lagi?
d. Masa, si Ria udah hamil? Kan dianya belon menikah.
e. Alamak, dandanan cewek-cewek bachiguro itu serem banget!
f. Gile, dia bisa abisin bir selusin sendirian tapi nggak mabuk!
8. Interjeksi ajakan : ayo, yuk, mari
Contoh : a. Ayo,, siapa mau ikut minum-minum ke kedai minum?
b. Yuk, kita pergi barengan ke Shibuya!
c. Mari, dicoba kuenya. Jangan malu-malu!
9. Interjeksi panggilan : hai, he, hei, eh, halo (alo)
Contoh : a. Hai, kapan kamu datang dari Tokyo?
b. He, di mana si Alya tinggal sekarang?
c. Hei, tolong beliin gua rokok sebungkus!
d. Eh, mau ikut nggak ngedugem malam ini!
e. Halo, apa kabar, sayang!
11. Interjeksi simpulan: nah
  Contoh: a. Nah, bersyukurlah karena musibah sudah lewat.
 b. Nah, akhirnya hujan turun juga.

D.    Partikel
1.      Pengertian Partikel
Pertikel adalah semacam kata tugas yang memiliki bentuk khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil, yang mengemban fungsi –fungsi tertentu (Keraf,1991:114). Partikel adalah alat bahasa yang merupakan bagian kalimat yang bersifat afektif (menyatakan perasaan), yang merupakan morfem setengah bebas atau kadang-kadang kata yang berupa morfem terikat (Soekono,1984:151). Partikel adalah satuan bahasa yang hanya berfungsi memberikan penegasan makna pada unsur bahasa yang diiringinya. Partikel meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya.

2.      Jenis-jenis Partikel
1.      Partikel -kah
Partikel -kah yang berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya:
1.      Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.
Contoh: Diakah yang akan datang?
              (Bandingkan: Dia yang akan datang.)
2.      Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya seperti apa, di mana, dan bagaimana, maka -kah bersifat manasuka. Pemakaian -kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus.
Contoh: Apakah ayahmu sudah datang?
3.      Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka -kah akan memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urutan katanya dibalik.
Contoh: Haruskah aku yang mulai dahulu?
2.      Partikel –lah
Partikel -lah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Berikut ini kaidah pemakaiannya:
1.      Dalam kalimat imperatif, - lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya.
Contoh: Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
2.      Dalam kalimat deklaratif , -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras.
Contoh: Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
3.      Partikel –tah
Partikel –tah, juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif. Tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban, seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena kesangsiannya atau menyatakan keragu-raguan. Pertkel –tah sering ditemukan dalam sastra lama, tetapi sekarang tidak banyak dipakai lagi.
Contoh:
Apatah gunanya bersedih hati?
Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku.
4.      Partikel pun
Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata di mukanya. Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut.
1.      Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
              Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.
Dari pemakaian partikel pun pada contoh tersebut tampak bahwa partikel itu cenderung dilekatkan pada subjek kalimat.
2.      Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama -lah, untuk menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi.
Contoh: Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
              Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
              Para anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat:kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Konjungsi terbagi atas konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, dan konjungsi subordinatif.
Artikulus adalah kata tugas yang membatasi makna nomina atau makna kata benda. Makna dari kata sandang tergantung dari kata yang ada di depannya. Artikulus terbagi atas artikulus untuk menyatakan jumlah tunggal, menyatakan jumlah jamak/kelompok, dan sebagai penunjuk kata ganti orang atau benda.
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung maksud pokok. Interjeksi terbagi atas interjeksi kejijikan, kekesalan atau kecewa, kekaguman atau kepuasan, kesyukuran, harapan, keheranan, kekagetan, ajakan, panggilan, dan simpulan.
Partikel adalah satuan bahasa yang hanya berfungsi memberikan penegasan makna pada unsur bahasa yang diiringinya. Partikel meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Adapun jenis-jenis partikel adalah partikel –kah, partikel –lah, partikel –tah, dan partikel pun.
B.     Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.


DAFTAR PUSTAKA


Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
https://oktarora.wordpress.com/2011/09/14/morfologi/