Sunday, December 13, 2015

KAJIAN BAHASA SEBAGAI KAJIAN ILMIAH


PENGANTAR LINGUISTIK
KAJIAN BAHASA SEBAGAI KAJIAN ILMIAH

OLEH:
KELOMPOK 9



NURHIDAYAH                       1551040039
NURMAULIDINA                   1551040031
NADILA RIDWAN
MARCELIA P. NUNAKI          1551040044


                                               
KELAS C
PEND. BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis  panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kajian Bahasa sebagai Kajian Ilmiah” dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar linguistik.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang diperoleh dari buku panduan  serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan judul makalah. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis mengharapkan, melalui membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita dalam hal ini dapat menambah wawasan kita khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

                                                                                                            Penulis

                                                                                                            Kelompok 2





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                                                                           i
DAFTAR ISI                                                                                                                         ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                     1
A.  Latar Belakang                                                                                                                1
B.  Rumusan Masalah                                                                                                           1
C.  Tujuan                                                                                                                               1
BAB II PEMBAHASAN                                                                                                      2
A.  Ilmu dan Kajian Bahasa                                                                                                   2
B.  Pembidangan Kajian Bahasa                                                                                            3
C.  Manfaat Kajian Bahasa                                                                                                   13
BAB III PENUTUP                                                                                                               15
A.  Kesimpulan                                                                                                                       15
B.  Saran                                                                                                                                  15
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                        16

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu dan bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahasa merupakan perantara kita dalam menyampaikan suatu ilmu. Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah. Bahasa sering tidak mampu membebaskan diri dari gangguan pemakainya, kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah logika. Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berfikir.
Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara berpikir dan berbicara. Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pangalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Bahasa mempunyai kajian-kajian tertentu, dalam makalah ini selanjutnya akan dibahas pembidangan kajian bahasa. Dalam mengkaji bahasa, tentunya perlu kita ketahui apa manfaat dari kajian bahasa tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Bagaimanakah identifikasi ilmu dan kajian bahasa?
2.      Bagaimanakah pembidangan dari kajian bahasa?
3.      Apa saja manfaat kajian bahasa?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Mengidentifikasi ilmu dan kajian bahasa.
2.      Mengetahui dan memahami pembidangan dari kajian bahasa.
3.      Mengetahui dan memahami manfaat kajian bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ilmu dan Kajian Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ilmu berarti pengetahuan; suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Ilmu adalah pengetahuan suatu hal atau fenomena, baik menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat) yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Pengertian Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri; percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi masyarakat pemakainya. Sebagai contoh kita menggabungkan bunyi-bunyi bahasa atau fonem menjadi kata sesuai dengan aturan dari bahasa yang kita gunakan, kata kemudian digabungkan lagi untuk membuat struktur tata bahasa sesuai dengan aturan-aturan sintaksis dalam bahasa dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbiter.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa. Upaya-upaya penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi. Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana. Bahasa memungkinkan individu menyandi peristiwa dan objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa individu mampu mengabstraksikan pengalamannya dan mengkomunikasikannya pada orang lain karena bahasa merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran.
Peran bahasa dalam ilmu terungkap jelas dari fungsi bahasa sebagai media berpikir. Melalui kegiatan berpikir, manusia memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara menghimpun dan memanipulasi ilmu dan pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, dan membayangkan.

B.     Pembidangan Kajian Bahasa
1.      Mikrolinguistik
Mikrolinguistik yakni ilmu tentang bahasa yang sifat telaahnya sempit/internal, karena khusus  mengkaji bahasa itu sendiri tanpa mengaitkan dengan ilmu lain dan tanpa memikirkan bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Mikrolinguistik terdiri dari:
1.      Teori Linguistik
Teori linguistik adalah subdisiplin linguistik yang membahas bahasa dan ilmu bahasa dari sudut pandang teori tertentu. Teori linguistik Bloomfield didasarkan pada andaian-andaian dan definisi-definisi karena kita tidak mungkin mendengar semua ujaran di dalam suatu masyarakat tutur. Menurut Chomsky, untuk dapat menyusun tata bahasa dari suatu bahasa yang masih digunakan dan ada penuturnya, haruslah ada suatu teori umum mengenai apa yang membuat tata bahasa itu. Tampaknya teori linguistic Chomsky menyangkut adanya pasangan penutur-pendengar yang ideal di dalam sebuah masyarakat tutur yang betul-betul merata dan sama.
2.      Linguistik Deskriptif
Linguistik Deskriptif yaitu linguistik yang memberikan deskripsi dan analisis bahasa. Bahasa tersebut diterangkan bagaimana kerja dan penggunaannya oleh para penutur pada kurun waktu tertentu. (Linguistik Suatu Pengantar, A. Chaidar Alwasilah, 1993: 96). Linguistik deskriptif bersifat menguraikan bahasa dan menganalisis bahasa berdasarkan keadaan dan kenyataan bahasa yang bersifat kontemporer dengan para pembicaranya dan pencatatnya dalam satu waktu tertentu.
3.      Linguistik Historis Komparatif
Gorys Keraf dalam Linguistik Bandingan Historis (1991: 22) mendefinisikan bahwa Lingusitik Historis Komparatif adalah ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut.
2.      Makrolinguistik
Makrolinguistik adalah linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa yang berhubungan dengan ilmu lain dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Makrolinguistik meliputi bidang linguistik  interdisipliner dan bidang linguistik  terapan. Linguistik makro merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa dikaitkan dengan aspek – aspek yang ada di luar bahasa. Makrolinguistik terdiri dari:
1.      Bidang Linguistik Interdisipliner
1.      Fonetik
Fonetik yaitu mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik adalah cabang linguistik yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa, yaitu bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucapan dan yang digunakan untuk melambangkan makna.
a.       Fonetik akustis yakni melukiskan bagaimana bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara, yang kemudian berwujud gelombang-gelombang bunyi melewati udara sampai ke telinga pendengar.
b.      Fonetik auditoris yakni mendeskripsikan bagaimana respon sistem pendengaran manusia terhadap gelombang bunyi yang diterimanya. Cara ini bersifat subjektif, karena banyak dipengaruhi oleh orang yang mendengarkan bunyi itu. Pendekatan ini memperhatikan pengaruh bunyi terhadap syaraf pendengaran.
c.       Fonetik organis yakni mengkaji bagaimana bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara manusia. Alat ucap seperti bibir, mulut, lidah, ternyata dapat dilihat sehingga pendekatan ini dianggap praktis dan mudah dilaksanakan. Oleh karena pendekatan ini berhubungan dengan fisik, maka fonetik artikularis erat hubungannya dengan fisiologis.

2.      Stilistika
Stilistika merupakan cabang ilmu linguistik yang memfokuskan diri pada analisis gaya bahasa. Stilistika mempelajari ragam bahasa seperti dialek, aksen, laras, dll. Ilmu ini juga mencoba menerangkan alasan pemilihan ragam bahasa yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial tertentu, produksi dan penerimaan makna, analisis wacana, serta kritik sastra. Stilistika mencoba memahami mengapa si penulis menggunakan kata-kata atau ungkapan tertentu.
3.      Filsafat Bahasa
Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa merupakan suatu bentuk penggabungan dari penggunaan bahasa dihubungkan dengan jelas pada berpikirnya manusia.
4.      Psikolinguistik
Istilah Psikolinguistik lahir pada tahun 1954. Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat  yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia (Slobin,1974; Meller,1964; Slama Cazahu,1973). Objek studi psikolinguistik, diantaranya ialah proses perkembangan bahasa pada anak-anak, proses belajar-mengajar bahasa, proses terjadinya percampuran pemakaian bahasa oleh orang yang menguasai dua bahasa atau lebih. Psikolinguistik adalah suatu subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor kejiwaan si penutur dan lawan tuturnya. Ahli psikolinguistik dituntut dapat melakukan analisis pada semua tataran linguistik (fonologi-morfologi-sintaksis-wacana-semantik-pragmatik) dengan baik, karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana proses berbahasa di otak manusia.
5.      Sosiolinguistik
Kridalaksana mendefinisikan sosiolinguistik sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri-ciri fungsi variasi itu di dalam suatu masyarakat bahasa (1978:94). Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sendiri sebagai anggota masyarakat (atau membahas perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyaraatan) atau suatu kelompok yang mempunyai norma-norma yang sama mengenai bahasa. Masalah utama yang dibahas atau dikaji dalam sosiolinguistik: 1) mengaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan, 2) menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya, 3) mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat (Nababan, 1984). Kajian yang dapat dilakukan antara lain fungsi dan peran sebuah bahasa, kata sapaan, mantra, dan perbedaan variasi bahasa. Sosiolinguistik merupakan penyelidikan bahasa yang berpegang pada pandangan bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial manusia, dan yang menghubungkan analisis bahasa dengan gaya pengungkapan orang atau kelompok.
6.      Etnolinguistik
Etnolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur bahasa berdasarkan cara pandang dan budaya yang dimiliki masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Humboldt bahwa perbedaan persepsi kognitif dan perbedaan pandangan dunia dari suatu masyarakat dapat dilihat dari bahasanya. Etnolinguistik yaitu sebuah studi yang menekankan pada aspek adat kebiasaan dan aturan-aturan berbahasa (Nababan, 1984). Etnolinguistik dapat pula diartikan sebagai cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Etnolinguistik adalah penyelidikan mengenai lingkungan alam dan budaya suatu masyarakat bahasa dengan mempergunakan teknik penelitian lapangan untuk mendeskripsikan konteks situasi suatu pertuturan.
7.      Filologi
Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan. Dapat juga diartikan sebagai suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaan (Baried, 1985:3). Filologi di Indonesia diterapkan pada teks-teks yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah, seperti bahasa Melayu, Aceh, Batak, Minangkabau, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, dan lain-lain. Naskah yang mendukung teks dalam bahasa-bahasa tersebut terdapat pada kertas atau lontar (Baried, 1985:3). Filologi adalah subdisiplin linguistik  yang tertua yang mengkhususkan diri pada comparative historical linguistic, yaitu bidang penelitian kekerabatan bahasa (language relationships) dan perubahan bahasa (language change) dengan cara membandingkan berbagai bahasa. Selain itu, filologi juga mengkaji transkripsi, terjemahan, pelacakan, dan memaknai informasi yang terdapat dalam naskah-naskah kuno. Kajian Filologi pada umumnya terfokus pada naskah kuno yang ditulis di atas kertas, lontar, atau bilah bambu. Isi tulisan naskah kuno ini bervariasi, antara lain dapat berupa naskah hukum adat, obat-obat tradisional,  dan ajaran agama. Selain memahami isi naskah, seorang ahli filologi juga bertugas untuk mendeteksi usia naskah. Hal ini dapat ditelusuri misalnya dengan melalui jenis kertas dan jenis tinta yang dipakai.
8.      Dialektologi
Dialektologi adalah cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi- variasi bahasa dalam semua aspeknya. ( Linguistik Bandingan Historis: Gorys Keraf ). Cabang linguistik menjadikan dialek sebagai pusat perhatiannya. Dialektologi ini mengkaji atau mempelajari persamaan dan perbedaan ragam-ragam suatu bahasa dalam hubungan daerah pemakaian bahasa itu (Nababan, 1984).
9.      Semiotika
Semiotika mengkaji semua makna yang ada dalam kehidupan manusia seperti makna-makna yang dikandung oleh berbagai tanda dan lambang serta isyarat-isyarat lainnya (gerak-gerik tubuh dan anggota tubuh, serta mimik, dan sebagainya ( Abdul Chaer dalam Psikolinguistik Kajian Teoritik, 2009: 268). Semiotika adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan lambang dan simbol.
10.  Epigrafi
Epigrafi adalah subdisiplin linguistik  yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan tulisan kuno pada prasasti. Dengan demikian, erat kaitannya dengan ilmu sejarah. Epigrafi adalah ilmu mengenai tulisan kuno yang dituliskan pada benda budaya yang berisikan angka maupun tulisan. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu, logam, maupun tulang) ataupun pada dinding bangunan kuno, nisan, dan artefak lain. Kajian epigrafi sangat luas tidak hanya mencakup aksara kuno saja, melainkan hubungan antara prasasti dan raja pada waktu tertentu, kaitan antara prasasti dan benda budaya sezaman, kondisi ekonomi, sosial, religi, teknologi, pendidikan pada waktu tertentu. Benda-benda budaya (benda arkeologi) yang lebih menceritakan banyak hal bila ditambah dengan keterangan yang ada di dalam prasasti (khusus era sejarah). Hal tersebut menambah kuat keterkaitan antara epigrafi dan arkeologi (Kridalaksana, 1993). Tidak hanya sebatas mengkaji dan membaca prasasti saja, tugas epigraf meliputi kajian bentuk maupun bahan prasasti, hiasan prasasti, tahun dibuatnya prasasti, raja yang mengeluarkan prasasti, dan isi prasasti yang dapat mengkaji hubungan antara prasasti dengan benda maupun bangunan budaya lainnya. Epigrafi bak detektif masa lampau yang berada di masa kini. Membuat benda budaya tersebut bercerita banyak tentang apa yang dikandungnya.
11.  Paleografi
Paleografi adalah ilmu yang meneliti perkembangan bentuk tulisan atau tulisan kuno. Tugas pokok paleografi adalah meneliti sejarah tulisan untuk dapat melukiskan dan menerangkan perubahan-perubahan bentuk tulisan dari masa ke masa. Fungsinya adalah untuk membaca teks-teks kuno, memberi tanggal dokumen yang tidak bertanggal, menjelaskan terjadinya penyimpangan tertentu dalam prosess penyalinan naskah atau teks. Tujuan paleografi ada 2 (Niermeyer, 1974:47): 1) Menjabarkan tulisan-tulisan kuno karena beberapa tulisan kuno sangat sulit dibaca. 2) Menempatkan berbagai peninggalan tertulis dalam rangka perkembangan umum tulisanya dan atas dasar itu menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tertentu. Hal itu penting untuk mempelajari tulisan tangan karya sastra yang biasanya tidak menyebutkan bilamana dan dimana suatu karya sastra ditulis, serta siapa pengarangnya (perlu juga diperhatikan ciri-ciri lain seperti panjang dan jarak baris, bahan naskah, ukuran, tinta, dll.
2.      Bidang Linguistik Terapan
1.      Pengajaran Bahasa
Pengajaran bahasa menurut Richards, dkk. (1985:176)  adalah cara mengajarkan suatu bahasa  yang didasarkan kepada prinsip dan prosedur yang sistematis, yakni penerapan pandangan tentang cara bahasa diajarkan dan dipelajari. Pengajaran bahasa adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa untuk kepentingan proses belajar mengajar bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa kedua atau bahasa asing yang mencakup empat jenis keterampilan, yaitu: mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat jenis keterampilan ini perlu mendapatkan latihan-latihan tersendiri, namun pada akhirnya harus dapat dipadukan dan digunakan secara bersamaan. Pengajaran Bahasa adalah cabang linguistik terapan yang bersangkutan dengan peningkatan efesiensi pengajaran bahasa dengan menyediakan deskrisi yang komprehensif mengenai proses-proses dasar dan dengan menggunakan metode pengajaran yang memadai. 
2.      Penerjemahan
Penerjemahan berasal dari Bahasa Arab Tarjammah yang berarti mengalihbahasakan suatu bahasa ke bahasa lain. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat, terjemah/ menerjemahakan merupakan menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain atau mengalihbahasakan. Selain itu, penerjemahan menurut Hoed (23:2006) adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa (misalnya bahasa Inggris) ke dalam tekas bahasa lain (misalnya bahasa Indonesia). Memang bukan suatu hal yang mudah untuk menerjemahkan suatu teks. Menyampaikan pesan merupakan kegiatan menerjemahkan yang paling utama wajib dilakuakan. Jadi, penerjemahan itu proses mengalihbahasa secara tulisan suatu bahasa ke bahasa lain tanpa mengubah pesan yang ingin disampaikan. Walaupun terjadi perubahan bentuk (frasa, klausa, kalimat dan paragraf). Seperti yang ditulis Nida dan Taber (12:1974) penerjemahan harus bertujuan untuk menyampaikan pesan. Tetapi penyampaian pesan ini akan mengalami penyesuaian bentuk leksikal dan gramatikal. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan kompleks yang menuntut kecermatan. Seorang penerjemah tidak hanya dituntut menguasai sumber dan bahasa target dengan baik, namun juga harus menguasai isi materi yang diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah juga harus peka terhadap berbagai faktor sosial, budaya, politik, dan emosi agar dapat menerjemahkan secara tepat. Tujuan utama penerjemahan adalah menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin dengan teks aslinya.
3.      Leksikologi
Leksikologi disebut juga ilmu perkamusan adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam konteks leksikon dalam bentuk kamus, ensiklopedia. (Ferdinan de Sausure). Istilah leksikologi agak jarang dipakai, karena urusan utama para ahli leksikologi adalah penyusunan kamus, dan penyusunan kamus disebut “leksikografi”. Leksikografi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam rangka untuk menuliskan leksikon dalam bentuk kamus.
4.      Fonetik Terapan
Fonetik terapan adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa dan penggunaannya di dalam praktik (misalnya: olah vokal di dalam seni drama dan seni musik dan untuk pembetulan ucapan anak-anak yang pelat lidah). Fonetik terapan merupakan bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi dengan tepat misalnya untuk melatih orang gagap atau untuk melatih pemain drama. Fonetik Terapan adalah cabang linguistik yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa, yaitu bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucapan yang terdapat dalam rongga mulut dan yang digunakan untuk melambangkan makna.
5.      Sosiolinguistik Terapan
Menurut Drs. Suwito dalam Sosiolinguistik Teori dan Problema yang dimaksud linguistik terapan adalah peranan sosiolinguistik sebagai sarana bantu untuk turut memecahkan masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan masalah-masalah luar bahasa merupakan ciri utama sosiolinguistik terapan yang banyak berperan menentukan bahasa kebijaksanaan bahasa, perencanaan bahasa, pendidikan dan pengajaran bahasa. Penerapan atau penggunaan bahasa dalam komunikasi sosial ini harus selalu memperhatikan faktor-faktor situasi, maksud pembicaraan, dan status lawan tutur.
6.      Pembinaan bahasa internasional
Pembinaan bahasa internasional adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari tentang bahasa internasional dalam rangka untuk mengarahkan pemakai bahasa sadar dan patuh terhadap kaidah yang berlaku.
7.      Pembinaan bahasa khusus
Pembinaan bahasa khusus adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari tentang bahasa-bahasa tertentu (khusus) dalam rangka untuk mengarahkan pemakai bahasa sadar dan patuh terhadap kaidah yang berlaku. Pembinaan bahasa khusus bidang linguistik terapan yang mencakup penyusunan peristilahan dan gaya bahasa dalam bidang-bidang khusus misalnya dalam bidang kalangan militer, dalam dunia penerbangan, dalam dunia pelayaran.
8.      Lingustik medis
Linguistik Medis (Language Pathology) adalah bidang linguistik terapan yang mencakup cacat bahasa, dan sebagainya. Linguistik medis disebut juga patologi bahasa. Linguistik medis adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa untuk diterapkan didalam pengobatan. Misalnya untuk pengobatan bagi orang yang sedang stress dan terapi medis untuk anak autis.
9.      Grofologi
Graphology merupakan salah satu cabang ilmu yang juga digunakan untuk “membaca” karakter diri seseorang melalui bentuk tulisan tangan. Graphology berasal dari bahasa Yunani, yaitu grafo yang berarti saya menulis dan logos yang artinya ilmu. Dalam bidang grafologi juga dibicarakan beberapa sistem tulisan seperti: ortografi (sistem ejaan yang disepakati untuk sebuah bahasa); stenografi (sistem menulis secara cepat dan singkat); kriptografi (sistem menulis pesan-pesan rahasia); paedografi (sistem menulis yang didesain khusus untuk membantu anak-anak belajar membaca); dan teknografi (sistem menulis hal-hal khusus untuk kepentingan ilmu pengetahuan).
10.  Mekanolinguistik
Mekanolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa yang dipergunakandidalammenyusunprogram-programmekanik. Mekanolinguistik mencakup penggunaan linguistik dalam bidang komputer dan usaha untuk membuat mesin penerjemah, usaha pemanfaatan komputer dalam penyelidikan bahasa, misalnya dalam perhitungan frekuensi kata-kata untuk perkamusan dan pengajaran bahasa.
C.    Manfaat Kajian Bahasa
Pada cakupan sistem lingualnya, kajian bahasa itu bermanfaat untuk:
1.      Mengungkapkan ciri dan kaidah struktural beserta mekanisme-mekanisme pembentukannya.
2.      Mengungkapkan pemakaian bentuk-bentuk lingual sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat ujar.
Sudah disadari sejak lama bahwa pengajaran bahasa berhubungan dengan kajian kejiwaan (psikologi), kajian kemasyarakatan (sosiologi), dan kajian pendidikan (pedagogik). Tentang hubungan antara pengajaran bahasa dan kajian bahasa, Samsuri (1991) mengungkapkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia tidak dapat lepas sama sekali dari pertumbuhan ilmu bahasa pada umumnya. Dinyatakan juga oleh Samsuri bahwa pengajaran bahasa sudah barang tentu mengikuti cara penyelidikan bahasa atau ilmu bahasa yang berlaku pada waktu itu.
Dalam pengajaran bahasa, hasil kajian bahasa memiliki beberapa manfaat. Hasil kajian bahasa merupakan deskripsi ilmiah tentang bahasa yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar penyusunan bahan ajar. Dikatakan demikian karena tidak dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai bahan ajar.
Bagi guru sebagai pelaksana pendidikan, kajian bahasa memiliki peranan yang besar. Boey (1975) mengungkapkan tiga peranan kajian bahasa bagi guru.
a.       Kajian bahasa itu menyadarkan guru akan hakikat bahasa dan cara kerja bahasa. Hal itu penting karena guru memerlukan pemahaman yang baik tentang bahasa sebagai bahan yang harus diajarkan. Kesadaran dan pemahaman guru bahasa tentang bahasa memerlukan pula kompetensi sebagai guru bahasa.
b.      Kajian bahasa itu bermanfaat bagi guru karena kajian bahasa memberikan deskripsi yang melimpah tentang bahasa yang harus diajarkan guru sebagaimana bahasa itu sebagai bahasa asli.
c.       Kajian bahasa dapat dijadikan sumber asumsi dan memiliki implikasi tertentu untuk pengajaran bahasa. Namun, asumsi dan implikasi itu tidak dapat diambil dan digunakan begitu saja, tetapi harus diuji dalam situasi pengajaran yang aktual.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa. Upaya-upaya penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi.
Pembidangan kajian bahasa terbagi atas (1) mikrolinguistik yaitu ilmu tentang bahasa yang sifat telaahnya sempit/internal, karena khusus  mengkaji bahasa itu sendiri tanpa mengaitkan dengan ilmu lain dan (2) makrolinguistik adalah linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa yang berhubungan dengan ilmu lain.
Adapun manfaat kajian bahasa berdasarkan cakupan sistem lingualnya, yaitu: (1) mengungkapkan ciri dan kaidah struktural beserta mekanisme-mekanisme pembentukannya dan (2) mengungkapkan pemakaian bentuk-bentuk lingual sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat ujar.
B.     Saran
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

                                       

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, alek dan Achmad HP. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Muslich, Masnur. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
P, A.Wardihan dan Baharman. 2013. Pengantar Linguistik. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.









                                                                                                                                                     makalah linguistik