MORFOLOGI
BAHASA INDONESIA
KLASIFIKASI
KATA: KONJUNGSI, ARTIKULUS,
INTERJEKSI,
DAN PARTIKEL
OLEH:
KELOMPOK 2
ANANDA
PRATAMA S.
1551042016
FEBRIANY
BETTENG P.
1551041030
MARCELIA P. NUNAKI
1551040044
NARNI SUMARDI
1551041032
NURHIDAYAH
1551040039
NURMAULIDINA
1551040031
KELAS
C
PEND.
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa
merupakan salah satu alat komunikasi yang terpenting. Dengan berbahasa, manusia
dapat berhubungan dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa yang baik dan benar, baik secara
lisan maupun tulisan merupakan tuntutan dalam berbahasa.
Belajar
bahasa Indonesia, berarti belajar berkomunikasi, belajar mengungkapkan
pendapat, gagasan, pikiran, dan mengungkapkan pengalaman kepada orang lain baik
secara lisan maupun tulisan dengan bahasa yang komunikatif. Selain komunikatif,
penggunaan bahasa juga harus sesuai dengan kaidah-kaidah atau aturan-aturan
tata bahasa.
Bahasa
yang baik adalah ragam bahasa yang tepat serta serasi, yang dipakai menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa yang mungkin tidak termasuk yang
benar dalam artian tidak beragam baku. Sedangkan pemakaian bahasa yang benar
menurut pendapat Moeliono (1993: 19), menyatakan bahwa pemakaian bahasa yang
benar dan betul adalah bahasa yang mengikuti kaidah-kaidah yang dibakukan atau
yang dianggap baku. Jadi, berbahasa yang baik dan benar adalah pemakaian ragam
bahasa yang sesuai dengan sasarannya disamping juga mengikuti kaidah bahasa
yang baku atau dianggap baku. Banyaknya istilah-istilah baru dimasa sekarang
ini dapat berpengaruh pada perkembangan bahasa Indonesia, banyak masyarakat
yang hanya mengikuti zaman tanpa memahami bagaimana penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Klasifikasi
kata berupa kelas tertutup adalah kelas kata yang jumlah keanggotaannya
terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Hal ini
berbeda dengan anggota kelas-kelas terbuka yang pada setiap waktu dapat
bertambah dan berkurang, semua dengan perubahan dan perkembangan sosial budaya
dalam masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan
tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksud dengan konjungsi dalam bahasa Indonesia?
2. Bagaimanakah
klasifikasi dari konjungsi dalam bahasa Indonesia?
3. Apakah
yang dimaksud dengan artikulus dalam bahasa Indonesia?
4. Bagaimanakah
klasifikasi dari artikulus dalam bahasa Indonesia?
5. Apakah
yang dimaksud dengan interjeksi dalam bahasa Indonesia?
6. Bagaimanakah
klasifikasi dari interjeksi dalam bahasa Indonesia?
7. Apakah
yang dimaksud dengan partikel dalam bahasa Indonesia?
8. Bagaimanakah
klasifikasi dari partikel dalam bahasa Indonesia?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui
pengertian konjungsi dalam bahasa Indonesia.
2. Mengetahui
fungsi konjungsi dalam bahasa Indonesia.
3. Memahami
jenis-jenis konjungsi dalam bahasa Indonesia.
4. Mengetahui
pengertian artikulus dalam bahasa Indonesia.
5. Memahami
jenis-jenis artikulus dalam bahasa Indonesia.
6. Mengetahui
pengertian interjeksi dalam bahasa Indonesia.
7. Memahami
jenis-jenis interjeksi dalam bahasa Indonesia.
8. Mengetahui
pengertian partikel dalam bahasa Indonesia.
9. Memahami
jenis-jenis partikel dalam bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konjungsi
1.
Pengertian
Konjungsi
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata
sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa
(Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori
yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis,
dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi
(Harimurti, 2007: 102). Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat:kata dengan
kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan
kalimat.
Konjungsi tersebut
diperlukan supaya kata, kalimat, maupun paragraf di dalam suatu karangan
akan menjadi teratur. Keteraturan itu sangat penting untuk
memperlihatkan adanya suatu kepaduan diantara kata, kalimat, maupun paragraf
satu dengan yang lainnya. Kepaduan itu dititikberatkan pada suatu hubungan
antara ketiga unsur itu. Dalam kaitannya dengan suatu hubungan antarkalimat
ini, konjungsi akan berperan sangat penting. Pemakaian konjungsi didalam
kalimat bukan untuk dapat menerangkan kata. Namun, tidak lebih dari sekedar
alat penghubung yang berfungsi untuk dapat mempertegas serta memperpadu makna. Kata penghubung antar klausa
biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung antar
kalimat di awal kalimat (setelah tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya),
dan kata penghubung antar paragraf letaknya di awal paragraf. Preposisi
dan konjungsi adalah dua kelas yang memiliki anggota yang dapat beririsan.
Contoh irisannya adalah karena, sesudah,sejak, sebelum.
2.
Jenis-jenis
Konjungsi
Dilihat
dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
1. Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang
kedudukannya setara. Kata
penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
a. menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
b.
menggabungkan memilih, yaitu atau.
c.
menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
d. menggabungkan
membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
e.
menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
f.
menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
g.
menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
h.
menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
i. menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab
itu.
2. Kata penghubung yang
menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini dibedakan lagi
menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
a. menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
b. menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
c. menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
d. menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
e. menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
f. menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
g. menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
h. menyatakan tempat, yaitu tempat.
Jika
dilihat dari kedudukannya konjungsi terdiri dari:
1.
Konjungsi Koordinatif
Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang
kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:
dan penanda
hubungan penambahan
serta penanda
hubungan pendampingan
atau penanda
hubungan pemilihan
tetapi penanda
hubungan perlawanan
melainkan penanda
hubungan perlawanan
padahal penanda
hubungan pertentangan
sedangkan penanda
hubungan pertentangan
Konjungsi
koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan
klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
(a) Dia menangis dan istrinya
pun tersedu-sedu.
(b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu
yang datang ke rumahku?
(c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya
hanya terdiam saja.
(d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu
banyak.
(e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah
membaca Koran.
2.
Konjungsi
Korelatif
Konjungsi
korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang
memiliki status yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan
oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.
Adapun
macam-macam konjungsi korelatif yaitu:
baik … maupun …
tidak hanya …,
tetapi juga …
bukan hanya …,
melainkan juga …
demikian …
sehingga…
sedemikian …
sehingga…
apa(kah) … atau
…
entah … entah …
jangankan…,…pun…
Contoh:
(a)
Baik
Riski maupun Nasar keduanya adalah anak yang baik.
(b)
Budi
bukan hanya pelukis yang handal, tetapi juga sebagai seniman yang cerdas.
(c)
Jangankan
uang segudang, sepeser pun aku tak punya.
(d)
Aku
tidak tahu harus berbuat apa entah pergi saja entah datang menemuinya.
(e) Dia menghias bunga itu sedemikian rupa
sehingga terlihat sangat indah.
3.
Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat
(kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi
subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
1. Konjungsi
subordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara,
begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum
sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
2. Konjungsi
subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
3. Konjungsi
subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
4. Konjungsi
subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
5. Konjungsi
subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
6. Konjungsi
subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana,
ibarat, daripada, alih-alih.
7. Konjungsi
subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
8. Konjungsi
subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
9. Konjungsi
subordinatif alat: dengan, tanpa.
10. Konjungsi
subordinatif cara: dengan, tanpa.
11. Konjungsi
subordinatif komplementasi: bahwa
12. Konjungsi
suboerdinatif atributif: yang
13. Konjungsi
subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)
Contoh: Pak
Buchori telah meninggal ketika dokter datang.
Saya akan naik
haji jika tanah saya laku.
Saya pasti
memaafkannya seandainya dia mengakui kesalahannya
Asrul harus
belajar giat agar naik kelas
Diskusi tetap
berjalan meskipun dosen tidak masuk.
Dia takut
kepada saya seolah-olah saya ini musuhnya.
Hari ini dia
tidak ke kampus karena sakit.
Ayah belum
mengirim uang sehingga kami belum membeli buku
Chandra tidak
mau membeli buku padahal dia punya uang
Orang yang
menemuinya bertampang seram, maka dia jadi takut
Mereka berkata
bahwa mereka akan berkunjung besok.
Dia melangkah
dengan kaki kanan terlebih dahulu.
B.
Artikulus
1.
Pengertian
Artikulus
Kata sandang adalah suatu kata yang
belum memiliki arti tertentu atau bahkan tidak memiliki arti atau makna khusus,
hanya sebagai penjelas dari kata yang didepannya. Artikulus adalah kata tugas yang
membatasi makna nomina atau makna kata benda. Makna
dari kata sandang tergantung dari kata yang ada di depannya.
2.
Jenis-jenis
Artikulus
Kata
sandang untuk menyatakan jumlah tunggal:
1. Sang
Sang
biasa dipanggil untu panggilan seseorang, benda mati atau makhluk hidup lainnya
yang bertujuan untuk meninggikan martabat atau sindiran.
Contoh:
Sang ratu sedang bersantai di taman (meninggikan
martabat)
Sang katak berhenti mengorek (menyindir)
2. Sri
Sri
biasanya digunakan sebagai penyandang nama manusia yang memiliki kedudukan lebih
tinggi.
Contoh:
Sri sultan Hamengkubuwono X sedang menuju keraton
Sri baginda ratu bermain dengan putra-putrinya.
3. Hang
Hang
digunakan pada sastra lama untuk menghormati seseorang.
Contoh:
Hang Dihi menemui keluarganya.
Hang Bae merupakan orang terkenal di kampungnya.
4. Dang
Dang
digunakan sama seperti kata sandang ‘Hang’, namun hanya dikhususkan untuk
wanita.
Contoh:
Dang Maryam menikah dengan Hang Ahmad.
Dang Lia sedang pergi ke pasar.
5. Hyang
Hyang
merupakan kata sandang yang khusus digunakan untuk menyebut dewa atau dewi.
Contoh:
Umat Hindu sedang bersembahyang untuk Hyang Widhi.
Hyang Sri merupakan dewa pertanian.
6. Yang
Yang
merupakan kata sandang yang digunakan untuk pembentuk dan pengganti nama Tuhan.
Contoh:
Yang Maha Kaya, mudahkahlah jalan rezeki bagi hamba-Mu.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kata
sandang untuk menyatakan jumlah / kelompok:
1. Para
Para
merupakan kata sandang yang digunakan untuk menegaskan sekelompok manusia yang
mempunyai suatu kesamaan tertentu.
Contoh:
Para mahasiswa sedang berdemo untuk menurunkan Jokowi.
Para pendaki sedang mengikuti lomba orienteering.
2. Umat
Umat
merupakan kata sandang yang digunakan untuk menyatakan kesamaan kepemilikan dalam
bidan agama atau ideologi.
Contoh:
Umat Islam merupakan penganut terbesar di Indonesia
Umat hindu sedang merayakan nyepi.
3. Kaum
Kaum
merupakan kata sandang yang digunakan untuk orang yang mempunyai kesamaan
pandangan atau ideologi
Conoth:
Kaum wanita mulai menunjukkan perannya dalam pemerintahan.
Konser boyband asal Korea Selatan
banyak dihadiri oleh kaum Hawa
Kata
sandang sebagai penunjuk kata ganti orang atau benda:
1. Si
Si
merupakan kata sandang yang digunakan mengiringi nama seseorang, hewan atau
untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda.
Contoh:
Si Ahmad sedang pergi ke masjid
Si kancil sedang dikerjar harimau
2. Yang
Yang
merupakan kata sandang yang digunakan untuk membentuk kata benda dari kata yang
dikhususkan sebagai kata ganti orang atau manusia.
Contoh:
Yang meniggal dunia tadi malam adalah tetanggaku
Seperti ada yang memanggil-manggil namaku
C. Interjeksi
1.
Pengertian
Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih,
heran,
dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung
maksud pokok.
Interjeksi adalah
partikel yang
mengungkapkan rasa hati pembicara. Interjeksi biasanya dipakai di awal kalimat
dan pada penulisannya diikuti oleh tanda koma (,). Secara struktural interjeksi
tidak bertalian dengan unsur kalimat lain. Interjeksi umumnya berupa bentuk
dasar, meskipun ada juga yang berbentuk turunan.
Banyak interjeksi
yang digunakan dalam bahasa lisan atau bahasa tulis yang berbentuk percakapan.
Karena itu, umumnya interjeksi macam itu lebih bersifat tidak formal. Pada
bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal,
interjeksi jarang dipakai.
2. Jenis-jenis Interjeksi
1. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih (idiih)
Contoh: a. Bah, segera kau keluar
dari kamar ini juga!
b. Cih, tidak tahu malu
! Maunya ditraktir orang melulu!
c. Cis, gua muak lihat muka lu !
Dasar cowok enggak tau diri!
d. Ih, mulutmu bau amat, sih! Nggak
pernah disikat, 'kali!
e. Idih, WC-nya bau pesing banget !
Jijik, ah!
2.
Interjeksi kekesalan atau kecewa: brengsek, sialan, buset (busyet) , keparat, celaka.
Contoh: a. Brengsek, disuruh ngebantuin
malah ngomel!
b. Sialan, baru mau tidur sudah
dibangunin!
c. Buset, aku dimarahi guru
gara-gara kamu!
d. Keparat, dompet saya kecopetan di
pasar!
e. Celaka, kopornya ketinggalan di
lobi bandara!
3. Interjeksi kekaguman atau kepuasan: aduh (duh), aduhai,
amboi, asyik, wah
Contoh: a. Aduh, cantik sekali kamu
malam ini!
b. Aduhai, indah sekali pemandangan
di sini!
c. Amboi, akhirnya sampai juga kita
dengan selamat!
d. Asyik, nikmatnya kita duduk-duduk
di pantai yang sepi ini.
e. Wah, goyang dangdut penyanyi itu
benar-benar seksi!
4. Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulillah, untung
Contoh: a. Syukur, kamu dapat diterima pada perusahaan
itu!
b. Alhamdulillah, keluarga saya
luput dari kecelakaan itu.
c. Untung, waktu terjadi kerusuhan
itu toko kami tidak dijarah.
5. Interjeksi harapan : insya Allah, mudah-mudahan, semoga
Contoh: a. Insya Allah, saya akan
datang ke pesta pernikahanmu!
b. Mudah-mudahan Anda tiba dengan
selamat di tanah air!
c.
Semoga cita-citamu lekas tercapai!
6. Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh,
ah
Contoh: a. Aduh, kamu kok suka gonta
ganti pacar!
b. Aih, kurus amat kamu sekarang ini
! Lagi diet?
c. Ai, tasnya keren banget! Merek
apa, sih?
d. Lo, masa nggak kenal lagi! Kamu
'kan teman sekolahku di SMP.
e. Duilah, begitu saja kamu tidak
bisa!
f. Eh, aku heran dia bisa lulus
ujian. Pada hal jarang belajar!
g. Oh, saya baru tahu kalau kamu
sudah menikah
h. Ah, saya tidak kira kalau kamu
pandai bahasa Korea.
7.
Interjekasi kekagetan: astaga, astagafirullah, masyaallah, masa, alamak, gila
(gile)
Contoh: a. Astaga, mahal amat baju
ini! Nggak sanggup beli, deh!
b. Astagafirullah, seluruh
keluarganya dibantai perampok?
c. Masyallah, pamanmu punya bini
muda lagi?
d. Masa, si Ria udah hamil? Kan dianya
belon menikah.
e. Alamak, dandanan cewek-cewek
bachiguro itu serem banget!
f. Gile, dia bisa abisin bir selusin
sendirian tapi nggak mabuk!
8. Interjeksi ajakan : ayo, yuk, mari
Contoh : a. Ayo,, siapa mau ikut
minum-minum ke kedai minum?
b. Yuk, kita pergi barengan ke
Shibuya!
c. Mari, dicoba kuenya. Jangan
malu-malu!
9. Interjeksi panggilan : hai, he, hei, eh, halo (alo)
Contoh : a. Hai, kapan kamu datang
dari Tokyo?
b. He, di mana si Alya tinggal
sekarang?
c. Hei, tolong beliin gua rokok
sebungkus!
d. Eh, mau ikut nggak ngedugem malam
ini!
e. Halo, apa kabar, sayang!
11. Interjeksi simpulan: nah
Contoh: a. Nah, bersyukurlah karena musibah sudah lewat.
b. Nah, akhirnya hujan turun juga.
D. Partikel
1. Pengertian Partikel
Pertikel adalah semacam kata tugas yang memiliki
bentuk khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil, yang mengemban fungsi –fungsi
tertentu (Keraf,1991:114). Partikel adalah alat bahasa yang merupakan bagian
kalimat yang bersifat afektif (menyatakan perasaan), yang merupakan morfem setengah
bebas atau kadang-kadang kata yang berupa morfem terikat (Soekono,1984:151). Partikel
adalah satuan bahasa yang hanya berfungsi memberikan penegasan makna pada unsur
bahasa yang diiringinya. Partikel meliputi kata yang tidak tertakluk pada
perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya.
2.
Jenis-jenis
Partikel
1.
Partikel -kah
Partikel -kah yang berbentuk
klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif. Berikut
adalah kaidah pemakaiannya:
1.
Jika dipakai dalam kalimat deklaratif,
-kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.
Contoh: Diakah yang akan datang?
(Bandingkan: Dia yang akan datang.)
2.
Jika dalam kalimat interogatif
sudah ada kata tanya seperti apa, di
mana, dan bagaimana, maka -kah bersifat manasuka. Pemakaian -kah menjadikan
kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus.
Contoh: Apakah ayahmu sudah
datang?
3.
Jika dalam kalimat tidak ada kata
tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka -kah akan
memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urutan
katanya dibalik.
Contoh: Haruskah aku yang mulai
dahulu?
2.
Partikel –lah
Partikel -lah, yang juga
berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif.
Berikut ini kaidah pemakaiannya:
1.
Dalam kalimat imperatif, - lah
dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya.
Contoh: Pergilah sekarang,
sebelum hujan turun!
2.
Dalam kalimat deklaratif , -lah
dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras.
Contoh: Dari ceritamu, jelaslah
kamu yang salah.
3.
Partikel –tah
Partikel –tah, juga
berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif. Tetapi si penanya
sebenarnya tidak mengharapkan jawaban, seolah-olah hanya bertanya pada diri
sendiri karena kesangsiannya atau menyatakan keragu-raguan. Pertkel –tah
sering ditemukan dalam sastra lama, tetapi sekarang tidak banyak dipakai lagi.
Contoh:
Apatah gunanya bersedih hati?
Siapatah
gerangan orangnya yang mau menolongku.
4.
Partikel pun
Partikel pun hanya dipakai dalam
kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata di mukanya.
Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut.
1.
Pun dipakai untuk mengeraskan
arti kata yang diiringinya.
Contoh: Mereka pun akhirnya
setuju dengan usul kami.
Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.
Dari pemakaian partikel pun pada
contoh tersebut tampak bahwa partikel itu cenderung dilekatkan pada subjek
kalimat.
2.
Dengan arti yang sama seperti di
atas, pun sering pula dipakai bersama -lah, untuk menandakan perbuatan atau
proses mulai berlaku atau terjadi.
Contoh: Tidak lama kemudian hujan
pun turunlah dengan derasnya.
Para demonstran itu pun berbarislah dengan
teratur.
Para anggota yang menolak pun mulailah
berpikir-pikir lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat:kata dengan
kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan
kalimat. Konjungsi terbagi atas konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, dan
konjungsi subordinatif.
Artikulus adalah kata tugas yang
membatasi makna nomina atau makna kata benda. Makna
dari kata sandang tergantung dari kata yang ada di depannya. Artikulus terbagi
atas artikulus untuk menyatakan jumlah tunggal, menyatakan jumlah
jamak/kelompok, dan sebagai penunjuk kata ganti orang atau benda.
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati
pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di
samping kalimat yang mengandung maksud pokok. Interjeksi terbagi atas interjeksi kejijikan, kekesalan atau kecewa, kekaguman
atau kepuasan, kesyukuran, harapan, keheranan, kekagetan, ajakan, panggilan,
dan simpulan.
Partikel adalah satuan bahasa yang hanya berfungsi
memberikan penegasan makna pada unsur bahasa yang diiringinya. Partikel
meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi
menampilkan unsur yang diiringinya. Adapun jenis-jenis partikel adalah partikel
–kah, partikel –lah, partikel –tah, dan partikel pun.
B.
Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
https://oktarora.wordpress.com/2011/09/14/morfologi/