Friday, May 13, 2016

Makalah Keterampilan Berbicara


Keterampilan Berbicara

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana  untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang  bersifat abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbicara bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal  memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan  setiap individu maupun kelompok. 
Seseorang yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara  mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan seseorang dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua orang mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan tersebut di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.  Bagaimana hubungan antarkomponen keterampilan berbahasa?
2.  Bagaimana batasan dan tujuan berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi?
3.  Apa sajakah ragam seni berbicara?
4.  Bagaimana metode penyampaian dan penilaian berbicara?

C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.  Mengetahui hubungan antarkomponen keterampilan berbahasa.
2.  Mengetahui batasan dan tujuan berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi.
3.  Mengetahui ragam seni berbicara.
4.  Mengtahui metode penyampaian dan penilaian berbicara.










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Keterampilan Berbahasa: Komponen-komponennya
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu:
1) Keterampilan menyimak
2) Keteampilan berbicara
3) Keterampilan membaca
4) Keterampilan menulis (Nida, 1957: 19; Harris, 1977: 9 dalam Tarigan, 2013: 1).
Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memeroleh keterampilan berbahasa, kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan.
      Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai keempat keterampilan berbahasa serta hubungannya satu sama lain, perhatikan gambar berikut.
Menyimak
Menyimak
Langsung
Produktif
Ekspresif
Langsung
Apresiatif
Reseptif
fungsional
Menyimak
Menyimak
Tak langsung
Apresiatif
Reseptif
fungsional
Tak langsung
Produktif
Ekspresif
                                                            komunikasi
                                                            tatap muka
Keterampilan berbahasa
 



                                                            komunikasi
                                                            tidak tatap
                                                                muka
      Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Oleh karena itu, setelah berpraktek dan berlatih perlu diadakan tes untuk mengetahui sampai dimana hasil yang telah dicapai. Komponen-komponen yang perlu mendapat perhatian khusus dalam tes tersebut adalah seperti yang tertera pada gambar berikut.
Komponen
Keterampilan
Menyimak
Berbicara
Membaca
Menulis
Fonologi
ü   
ü   
-
-
Ortografi
-
-
ü   
ü   
Struktur
ü   
ü   
ü   
ü   
Kosa kata
ü   
ü   
ü   
ü   
Kecepatan kelancaran umumm
ü   
ü   
ü   
ü   

B. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Linguis berkata bahwa “speaking is language". Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului  oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu. (Greene & Petty, 1971:39-40).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas maka berikut ini akan kita tinjau secara lebih terperinici hubungan antara :
a. Berbicara dengan menyimak
b. Berbicara dengan membaca
c. Ekspresi lisan dengan ekspresi tertulis

1.  Hubungan antara Berbicara dan Menyimak
Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak, adalah sebagai berikut:
a.   Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).
b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimulus) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa/kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
c.  Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup.
d.   Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang lebih jauh panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f. Bunyi atau suara merupakan faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids)akan menghasilkan penangkap informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.
2.   Hubungan antara Berbicara dan Membaca
Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca tealah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain:
a. Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
b. Pola-pola ajaran yang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak.
c.  Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.
d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.
3.    Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Adalah wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaanantara lain:
a.   Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis, dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yanh memberi ciri kepada ujarannyamerupakan dasar bagi ekspresi tilis berikutnya.
b.  Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang diperolehnya dari tangan kedua.
c. Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi tulis cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih ssering berubah-ubah, tidak tetap, dan biasanya lebih kacau serta membingungkan ketimbang komunikasi tulis.

C. Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Manusia adalah makhluk social, dan tindakannya yang pertama dan yang paling penting adalah tindakan social, suatu tiondakan dan tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan serta menyatujui sesuatu pendirian atau keyakinan.oleh karena itu maka didalam tindakan social haruslah terdapat elemen-elemen yang umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan sesame anggota masyarakat maka dipeerlukan komunikasi.
Komunikasi mempersatukan para individu ke dalam nkelompok-kelompok dengan jalan mrenghablurkan konsep-konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut tidak aka nada serta dapat bertahann lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa. Dengan pewrkataan lain: masyarakat berada dalam komunikasi linguistik.
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasisangat mempengaruhi kehidupan-kehidupan individual kita. Dalam system inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang tersebut kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mentral dan emisional dengan anggota-anggota lainnya.
Agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hybungan-hubungan yang bersifat. Dua arah, memberi dan menerima. (Powers, 1954 : 5-6)
Profesor Anderson mengemukakan adanya 8 prinsip (linguistik) dasar, yaitu:
1)  Bahasa adalah suatu sistem;
2)  Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran);
3)  Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitrary symbols);
4)  Setiap bahasa bersifat unik; bersifat khas;
5)  Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasan;
6)  Bahasa adalah alat komunikasi;
7)  Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempatnya berada;
8)  Bahasa itu berubah-ubah.

Seorang ahli lain, M. Douglas Brown, setelah menelaah batasan bahasa dari 6 buah sumber, membuat rangkuman, sebagai berikut:
a.    Bahasa adalah sistem yang  sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif.
b.    Bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka (simbol-simbol).
c.    Lambang-lambang tersebut terutama sekali bersifat vokal, tetapi mungkin juga bersifat visual.
d.    Lambang-lambang itu mengandung makna-makna konvesional.
e.    Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk komunikasi.
f.    Bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa (a speech community)
g.  Bahasa pada hakekatnya bersifat kemampuan, walaupun mungkin tidak terbatas pada manusia.
h.    Bahasa diperoleh oleh semua bangsa/orang dengan cara yang hampir/banyak bersamaan; bahasa dan belajar bahasa mempunyai ciri-ciri kesemestaan (Universal characteristics), (Brown, 1980  : 5)

Dari kedua sumber tersebut, walaupun dengan kata-kata yang berbeda di sana-sini, dapat kita lihat banyaknya persamaan pandangan dan gagasan  mengenai bahasa (language) itu.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan melulu merupakan suatu kejadian, peristiwaa, atau sesuatu yang terjadi. Akan tetapi komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud, dan dirancang untuk menghasilkan beberapaa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembicara. Komunikasi adalah serangkaian perbuatan komunikasi atau speech acts yang dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan atau mencapai maksud-maksud tertentu. Dalam hal ini harus kita tekankan pentingnya konsekuensi-konsekensikomunikasi linguistik.
Untuk menunjukaan hakekat purposif dari komunikasi itu, Halliday (1973) mempergunakan istilah fungsi. Beliau memang telah mempergunakan banyak waktu untuk mengadakan penelitian serta penjelajahan mengenai hal itu, dan akhirnya dapat merangkumkan adanya tujuan jenis fungsi bahasa, yaitu:
1.      Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Kalimat-kalimat atau ucapan-ucapan seperti: ‘jangan pegang pisau itu!”

                 
2.      Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa. Sementara pengawasan seperti itu kadang-kadang sukar dibedakan dari fungsi instrumental, tetapi ucapan” Demi keadilan untuk memperbaiki tindakanmu yang tidak bermoral, maka kamu akan disekap dipenjara selama tiga tahun”, lebih menonjolkan suatu fungi pengaturan. Ketetapan atau peraturan pertemuan-pertemuan antara orang-orang persetujuan, celaan, pengawasan kelakuan, penetapan undang-undang dan peraturan-peraturan – merupakan ciri-ciri pengaturan bahasa.
3.      Fungsi representasional adalah pengunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian ”menggambarkan” realitas yang terlihat oleh seseorang. Ucapan-ucapan seperti: “matahari panas”, “Presiden berpidato tadi malam”, ataupun “Dunia rata” menampilkan fungsi-fungsi representasional, walaupun tak dapat disangkal bahwa penggambaran terakhir itu masih dapat diperdebatkan dengan seru.
4.      Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan sosial. Malinowski mempergunakan istilah “phatic commonion” yang mengacu kepada kontak komunikatif antara sesama manusia yang semata-mata mengizinkan mereka mendirikan kontak sosial serta menjaga agar saluran-saluran komunikasi itu tetap terbuka, merupakan bagian dari fungsi interaksional bahasa. Keberhasilan komunikasi interaksional menuntut pengetahuan mengenai slang, jargon, lelucon, cerita rakyat, adat istiadat, sopan santun, dan lain-lain.
5.      Fungsi fersonal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati sanubarinya. Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh penggunaan fungsi fersonal komunikasi. Dalam ciri fersonal bahasa jelas bahwa kognisi atau pengertian, pengaruh, dan budaya saling memengaruhi dengan cara-cara yang belum banyak diselidiki.
6.      Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memeroleh pengetahuan dan memelajari lingkungan. Fungsi-fungsi heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban-jawaban.Anak-anak khususnya memperlihatkan dengan jelas penggunaan fungsi heuristik ini dalam pertanyaan-pertanyaan “mengapa” mengenai dunia sekeliling mereka.Penyelidikan (atau “rasa ingin tahu”) merupakan suatu metode heuristik untuk memperoleh pemberian-pemberian realitas dari orang lain.
7.      Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner.Mengisahkan cerita-cerita dongeng, membuat lelucon-lelucon, atau menulis novel merupakan kegiatan yang mempergunakan fungsi imajinatif bahasa.Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa kita bebas menjelajah ke seberang dunia yang nyata membumbung tinggi ke atas ketinggian keindahan bahasa itu sendri, dan melalui bahasa itu menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil,kalau kita menginginkannya. (Halliday, 1973;brown, 1994-5)

D. Batasan dan Tujuan Berbicara
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak – kontak sosial, dan pendidikannya. Aspek – aspek lain, seperti cara berpakaian atau mendandani pengantin, adalah bersifat ekternal, tetapi ujaran sudah bersifat interen, pembawaan.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sitem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan  atau  ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Dengan demikian, maka, berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan  yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau  penyimak.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (business or profesional tool), maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
1)        Memberitahukan dan melaporkan (to inform);
2)        Menjamu dan menghibur (to entertain);
3)        Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to    persuade).
Selanjutnya perlu pula kita pahami beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara,antara lain:
a.   Membuat paling sedikit dua orang.Tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi,misalnya oleh orang yang sering mempelajari bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya,atau oleh seseorang yang meninjau kembali pertanyaan bank-ny atau oleh orang yang memukul ibu jarinya dengan palu.
b.  Mempergunakan suatu sandi lingustik yang dipahami bersama.Bahkan andaikatapun dipergunakan dua bahasa ,namun saling pengertian ,pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya.
c.     Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.Daerah referensi yang umum mungkin tidak selalu mudah dikenal/ditentukan ,namun pembicaraan menerima kecendrungan untuk menemukan satu diantaranya.
d.   Merupakan suatu pertukanran antara partisipan.kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan saling bertukar sabagai pembicara dan menyimak.
e.    Menghubngkan setiap pembicara  dangan yang lainnya dan kepala yang lainnya dengan segera.Perilaku lisan sama pembicara selalu berhubungan denan responsi yang nyata atau yang diharapkan ,dari sang penyimak ,dan sebaliknya.Jadi hubungan itu bersifat timbal-balik atau dua arah.
f.     Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.Hanya dengan bantuan berkas grafik-material,bahasa dapat luput dari kekinian dan kesegaran;bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat demikian, tentu saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya manusia.
g.   Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus). Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita audio-lingual dapat melepaskan gerak-visual dan gerak-material, namun sebaliknya tidak akan terjadi; kecuali bagi pantomim atau gambar, takkan ada pada gerakan dan gerafik itu yang tidak berdasar dari dan bergantung pada audio-lingual dapat berbicara terus-menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat, dirumah, ditempat bekerja, dan dengan telefon; percakapan-percakapan seperti ini merupakan pembicaraan yang khas dalam bentuknya yang paling asli.
h.     Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh pembicaraan mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara tetapi juga secara tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang harus mereka masuki karena mereka dan manusia berbicara sebagai titik pertemuan kedua wilayah ini tetep memerlukan penelaahan secara uraian yang lebih lanjut dan mendalam. (brooks, 196430 – 31 ).
Beberapa cara telah diusahakan oleh para ahli untuk menganalisis proses–proses berbicara. Analisis yang dilakukan oleh Wollbert (1927) bersifat khas serta mengandung modifikasi yang sering diremehkan orang, tetapi sebenarnya perlu mendapat perhatian.
‘’Seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuaanya diperlukan dalam menyatakan pikiran/ pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran ( a thought ). Kedua,sang pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata – kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata – katanya kepada orang lain melalui suara. Terakhir, sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang harus diperhatikan dan dibaca memaliu mata.( Knower, 1958:1331).
Kematangan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat keterampilan utama yang merupakan ciri pribadi yang dewasa ( a mature personslity ), yaitu:
a.   Keterampilan sosial (social skill)
Adalah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan sosial menuntut agar kita mengetahui:
1)      Apa yang harus dikatakan;
2)      Bagaimana cara mengatakannya;
3)      Apabila mengatakannya;
4)      Kapan tidak mengatakannya.
b.   Keterampilan semantik (semantic skill)
Adalah kemampuan untuk mempergunakan kata – kata dengan tepat dan pengertian untuk memperoleh keterampilan semantik, kita harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai makna – makna yang terkandung dalam kata –kata serta ketetapan dan kepraktisan dalam penggunaan kata – kata.
c.   Keterampilan fonetik (phonetic skill)
Adalah kemampuan membentuk unsur–unsur fonemik bahasa kita secara tepat. Keterampilan ini perlu karna turut mengemban serta membentuk persetujuan atau penolakan sosial. Keterampilan ini merupakan suatu unsur dalam hubungan–hubungan perorangan yang akan menentukan apakah seseorang itu diterima sebagai anggota kelompok atau sebagai orang luar.
d.   Keterampilan vokal (vocal skill)
Adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara kita. Suara yang jelas, bulat, dan bergema menandakan orang yang berbadan tegap dan terjamin, sedangkan suara yang melengking, berisik, atau serak – parau memperlihatkan pribadi yang kurang menarik dan kurang menyakinkan.

E.  Berbicara Sebagai Seni dan Ilmu
Wilayah  “berbicara” biasannya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu:
1)      Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts );
2)      Pengetahuan dasar berbicara ( the speech sciences ) ( Mulgrave, 1954 : 6 ).
Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan juga sebagaiilmu.
Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapat perhatian, antara lain:
1)    Berbicara dimuka umum;
2)    Semantik: pemahaman makna kata;
3)    Diskusi kelompok;
4)    Argumentasi;
5)    Debat;
6)    Prosedur parlementer;
7)    Penafsiran lisan;
8)    Seni derama;
9)    Berbicara melalui udara.
Dan kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal perlu ditelaah, antara lain sebagai berikut
1)    Mekanisme bicara dan mendengar.
2)    Latihan dasar bagi ajaran dan suara.
3)    Bunyi-bunyi bahasa.
4)    Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran.
5)    Vowel-vowel
6)    Dftong-diftong.
7)    Konsonan-konsonan.
8)    Patologi ujaran. (Mulgrave, 1954 : ix).
Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau peraktek berbicara. Itulah sebabnya maka diperlukan pendidikan berbicara (speech education).
Konsep-konsep dasar yang mendasari pendidikan berbicara dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori ,yaitu :
1)   Hal – hal yang berkenaan dengan hakekat atau sifat dasar ujaran;
2)  Hal – hal yang menyatakan proses-proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik;
3) Hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan berbicara.
Suatu analisis mengenai proses – proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara menunjukan perlunya pengaturan bahan lagi penampilan lisan; perlunya penganalisisan pemirsa, penyesuaian ide – ide dan susunannya bagi para pendengar; perlunya penggunaan ekspresi yang jelas dan efektif bagi komunikasi dengan kelompok yang khusus itu; dan juga perlunya belajar menyimak dengan seksama dan penuh perhatian. ( Mulgrave, 1954 : 5 ).


F.  Ragam Seni Berbicara
Secara garis besar, berbicara ( speaking ) dapat dibagi atas: 
1.  Berbicara di muka umum pada masyarakat ( public speaking ) yang mencakup empat jenis, yaitu :
a) Berbicara dalam situasi – situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan; yang bersifat informatif (informative speaking);
b) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan(fellowship speaking);
c) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking);
d)  Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking);
2.  Berbicara pada konferensi (conference speaking).
a. Diskusi kelompok (group discussion), yang dapat dibedakan atas:
1) Tidak resmi (informal), dan masih dapat diperinci lagi atas:
a) Kelompok studi (study groups).
b) Kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making groups).
c) Komik.
2) Resmi (formal) yang mencakup pula:
a) Konferensi
b) Diskusi Panel
c) Simposium
3) Prosedur parlementer (parliamentary prosedure)
4) Debat

G.  Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat  menentukan metode penyajian. Sang pembicara sendiri dapat  menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih, ( Mulgrave, 1954 : 25) yaitu:
1.   Penyampaian mendadak
       Seseorang yang tidak terdaftar untuk berbicara mungkin saja dipersilahkan berbicara dengan sedikit atau tanpa peringatan. Oleh karena itu, sedikit mungkin dia hanya mempunyai waktu untuk memilih ide pokok sebelum harus mulai berbicara/berpidato secara mendadak.
2.   Penyampaian tanpa persiapan.
Sang pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan-keuntungan penyesuaian maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung, dapat mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan. Akan tetapi, hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus ide-idenya. Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap bagi ide-idenya, tetepi hendaknya ia memilih bahasa yang tepat sebaik dia berbicara. Pengulangan-pengulangan akan turut mempermudah pilihan tersebut. Pada umumnya, kian sedikit catatan yang dibuatkan kian baik, sebab catatan-catatan itu turut menghambat penyajian yang lancar dan bersemangat serta diselingi oleh transisi-transisi yang terjadi. Kalaupun catatan harus dipergunakan, haruslah dibatasi pada hal-hal yang amat penting dan singkat-singkat.
3.   Penyampaian dari naskah.
Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada saat-saat yang amat penting dan kerapkali digunakan buat siaran-siaran radio atau televisi. Sang pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar. Dia seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin dan kepada naskahnya sedikit mungkin. Dia harus mampu menciptakan pikiran itu setiap kali dia menyajikannya kepada pendengar, dengan penuh perhatian terhadap responsi para pendengarnya.
4.   Penyampaian dari ingatan.
Keberhasilanya berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut sang pembicara menguasai bahan pembicaraannya selengkap mungkin sehingga, dia tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan seluruh perhatian pada komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya. Akan tetepi, ingatannya pun harus juga mengizinkan spontanitas yang serupa pada penyajian tanpa persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang perlu disisipkan atau diinterpolasi kalau memang keadaan menghendakinya.
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya kita harus memperhatikan lima faktor, yaitu sebagai berikut:
1)   Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan dengan tepat?
2)  Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku kata,  memuaskan?
3)   Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya?
4)   Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5)   Sejauh manakah “Kewajaran” atau “Kelancaran” ataupun “ke-native-speaker- an” yang tercermin bila seseorang berbicara? (Brooks, 1964 : 252).
Hal-hal tersebut kita kemukakan, sebab adalah merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa “kemampuan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur penting terhadap keberhasilan kita dalam semua bidang kehidupan”. (Albert [et al], 1961 : 39).
Berbicara dan berfikir mempunyai hubungan erat, kedua-duanya harus berada dalam keserasian. Jonathan Swift mengatakan: “Vlugge sprekers zijn gewoonlijk langzame denkers”, yang berarti “Orang-orang yang berbicara cepat biasanya lamban berpikir”. (Buddingh, 1967 : 525).









BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, dimana bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang tertatur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
Secara umum tujuan pembicara adalah 1) mendorong atau menstimulasi, 2) meyakinkan, 3) menggerakkan, 4) menginformasikan, dan 5) menghibur. Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapat perhatian, misalnya berbicara dimuka umum, sedangkan jika berbicara sebagai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau peraktek berbicara. Secara garis besar, berbicara di muka umum pada masyarakat ( public speaking ) yang mencangkup empat jenis, yaitu: berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan (informatif), berbicara pada konferensprosedur parlementer serta debat. Dalam metode penyampaian dan penilaian berbicara terdapat empat metode yang dipilih dari yang terbaik yaitu: penyampaian mendadak, penyampaian tanpa persiapan, penyampaian dari naskah dan penyampaian dari ingatan.

B.  Saran
Dalam kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara sangat penting dalam berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa dalam berbicara kita dapat kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan baik.





















DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

1 comment: