BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita berada di negara Indonesia yang
banyak suku bangsanya, mungkin ratusan banyaknya karena Indonesia negara
kepulauan yang wilayahnya cukup luas. Untuk mempersatukan bahasa supaya setiap
suku bangsa salin gmengerti satu sama lain yang di maksudkan maka kita
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun dalam berbagai suku
masih banyak wilayah yang tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia di karenakan
tenaga pengajaran yang kurang karena wilayahnya di pelosok sehingga
transportasi yang ada kurang memadai.
Sering
kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak
baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah,
bahkan dalam penulisan pun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca,
sehingga mengakibatkan kesalahan makna, padahal pemerintah telah membuat
aturan-aturan resmi tentang tata bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan
tanda baca. Tapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang
kali. Ketidakpahaman terhadap tata bahasa yang mengkhawatirkan ialah ketika
aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat ndonesia, karena salah satu
dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia
terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan menjadi penerus negeri ini, karena akan
mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi. Untuk itu kita mulai dengan dengan
memahami berbagai tanda baca yang di gunakan dalam bahasa Indonesia.
Maka dari
itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang benar
tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat
menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari
terlebih dalam acara-acara resmi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang penulisan di atas, adapun rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan tanda baca?
2.
Apa
saja jenis-jenis dari tanda baca?
3.
Apa
saja contoh-contoh penggunaan dari tanda baca?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini
yaitu:
1. Mengetahui
pengertian tanda baca.
2. Mengetahui
jenis-jenis dari tanda baca.
3. Mengetahui
contoh-contoh penggunaan dari tanda baca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk
menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan
terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang
karenanya bergantung pada pilihan penulis.
B.
Jenis-jenis dan Contoh Penggunaan Tanda Baca
1.
Tanda Titik
1.
Tanda titik dipakai
pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka
duduk di sana.
Dia
akan datang pada pertemuan itu.
2.
Tanda titik dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.
I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa
Indonesia
1.
Kedudukan
2.
Fungsi
B. Bahasa
Daerah
1.
Kedudukan
2.
Fungsi
C. Bahasa
Asing
1.
Kedudukan
2.
Fungsi
b. 1.
Patokan Umum
1.1
Isi Karangan
1.2
Ilustrasi
1.2.1
Gambar Tangan
1.2.2
Tabel
1.2.3
Grafik
2.
Patokan Khusus
…
...
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang
sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital
yang lebih dari satu angka (seperti pada 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka
terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul
tabel, bagan, grafik, atau gambar.
3. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul
01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
01.35.20
(1 jam, 35 menit, 20 detik)
00.20.30
(20 menit, 30 detik)
00.00.30
(30 detik)
4. Tanda
titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta.
Moeliono,
Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
5. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Indonesia
memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk
Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat
penerima dan pengirim surat serta tanggal surat.
2. Tanda
Koma
1. Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Ibu
membeli tepung, gula, dan minyak goreng.
Satu,
dua, ... tiga!
2. Tanda
koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi
uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik
ayah saya.
Dia
membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
diundang, saya akan datang.
Karena
baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar
memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda
koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
4.
Tanda koma dipakai di
belakang kata atau ungkapan peng-hubung antarkalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian.
Misalnya:
Mahasiswa
itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar
di luar negeri.
Anak
itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi
bintang pelajar
5.
Tanda koma dipakai sebelum
dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai,
dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya,
jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
6.
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata
nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
“Kita
harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah makhluk
sosial.”
Catatan:
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya,
kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
7.
Tanda koma dipakai di
antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal,
serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr.
Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman,
Jakarta 13130
Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya,
10 Mei 1960
Tokyo,
Jepang
8.
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Tulalessy, D. dkk.
2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.
9.
Tanda koma dipakai di
antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan
Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma
Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
10. Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
Bambang
Irawan, M.Hum.
11. Tanda
koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
Rp750,00
12. Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan
suara.
Soekarno,
Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat
yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib
menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
13. Tanda
koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas
perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
3.
Tanda Titik Koma
1.
Tanda titik koma dapat
dipakai sebagai pengganti kata peng-hubung untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Hari
sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah
menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
2.
Tanda titik koma
dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat
penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1)
berkewarganegaraan Indonesia;
(2)
berijazah sarjana S-1;
(3)
berbadan sehat; dan
(4) bersedia
ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.
Tanda titik koma
dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah
menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu
membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk.
Agenda
rapat ini meliputi:
a.
pemilihan ketua, sekretaris, dan
bendahara;
b.
penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah
tangga, dan program kerja;
c.
pendataan anggota, dokumentasi, dan aset
organisasi.
4.
Tanda Titik Dua
1.
Tanda titik dua dipakai
pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:
Mereka
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2.
Tanda titik dua tidak
dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap
penelitian yang harus dilakukan meliputi:
a.
persiapan,
b.
pengumpulan data,
c.
pengolahan data, dan
d.
pelaporan.
3.
Tanda titik dua dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris
: Siti Aryani
Bendahara
: Aulia Arimbi
4.
Tanda titik dua dipakai
dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu
: “Bawa koper ini, Nak!”
Amir
: “Baik, Bu.”
5.
Tanda titik dua dipakai
di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab
suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
Surah
Albaqarah: 2—5
5. Tanda
Hubung
1.
Tanda hubung dipakai
untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di
samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra
baru ….
Nelayan
pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put
laut.
2.
Tanda hubung dipakai
untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
3.
Tanda hubung dipakai
untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau
menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
4.
Tanda hubung dapat
dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
ber-evolusi
meng-ukur
dua-puluh-lima
ribuan (25 x 1.000)
5.
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai.
a. se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa
Barat);
b. ke- dengan angka
(peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun
1950-an);
Catatan:
Tanda hubung tidak
dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah
huruf.
6.
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
di-sowan-i (bahasa
Jawa, ‘didatangi’)
ber-pariban (bahasa
Batak, ‘bersaudara sepupu’)
di-back up
7.
Tanda hubung digunakan
untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata
pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada
kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
6.
Tanda Pisah
1.
Tanda pisah
dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan
bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan
itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2.
Tanda pisah dapat
dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator
Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
Rangkaian
temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
3.
Tanda pisah dipakai di
antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun
2010—2013
Tanggal
5—10 April 2013
Jakarta—Bandung
7.
Tanda Elipsis
1.
Tanda elipsis
dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian
yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah….
2. Tanda
elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
“Menurut
saya … seperti … bagaimana, Bu?”
“Jadi,
simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”
Catatan:
(1)
Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda
elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
8. Tanda
Tanya
1.
Tanda tanya dipakai
pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan
Hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa
pencipta lagu “Indonesia Raya”?
2.
Tanda tanya dipakai di
dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen
Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di
Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
9.
Tanda Seru
Tanda
seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat.
Misalnya:
Alangkah
indahnya taman laut di Bunaken!
Mari
kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah
pajak tepat pada waktunya!
Masa!
Dia bersikap seperti itu?
Merdeka!
10.
Tanda Petik
1.
Tanda petik dipakai
untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka
atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
“Kerjakan
tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Besok akan dibahas
dalam rapat.”
Menurut
Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Repub-lik Indonesia Tahun 1945, “Setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan.”
2.
Tanda petik dipakai
untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak
“Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah
kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!
3.
Tanda petik dipakai
untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Misalnya:
“Tetikus”
komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang
memberikan “amplop” kepada petugas!
11.
Tanda Petik Tunggal
1.
Tanda petik tunggal
dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Kudengar
teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’,
dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda petik tunggal
dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
tergugat
‘yang digugat’
retina
‘dinding mata sebelah dalam’
noken
‘tas
khas Papua’
tadulako
‘panglima’
12.
Tanda Kurung
1.
Tanda kurung dipakai
untuk mengapit tambahan keterang-an atau penjelasan.
Misalnya:
Dia
memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Warga
baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Lokakarya
(workshop) itu diadakan di Manado.
2.
Tanda kurung dipakai
untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak
Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3.
Tanda kurung dipakai
untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat
dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia
berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
Pesepak
bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4.
Tanda kurung dipakai
untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia
harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1)
akta kelahiran,
(2)
ijazah terakhir, dan
(3)
surat keterangan kesehatan.
13.
Tanda Kurung Siku
1.
Tanda kurung siku
dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang di-tulis
orang lain.
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Penggunaan
bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
2.
Tanda kurung siku
dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam
tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35─38]) perlu dibentangkan di sini.
14.
Tanda Garis Miring
1.
Tanda garis miring
dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor:
7/PK/II/2013
Jalan
Kramat III/10
tahun
ajaran 2012/2013
2.
Tanda garis miring
dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
‘mahasiswa dan mahasiswi’
dikirimkan
lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
3.
Tanda garis miring
dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis
orang lain.
Misalnya:
Buku
Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa
kali.
Asmara/n/dana
merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
15.
Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda
penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Dia
‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Mereka
sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan)
Malam
‘lah tiba. (‘lah = telah)
5-2-‘13 (’13 = 2013)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan
terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang
karenanya bergantung pada pilihan penulis. Adapun tanda baca yang lazim
digunakan dalam bahasa Indonesia yaitu tanda titik, tanda koma, tanda titik
koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru,
tanda elipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung
siku, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof. Salah satu ciri
tulisan yang baik dan benar adalah menggunakan tanda baca yang sesuai dengan
kaidah yang telah ditetapkan.
B.
Saran
Sebuah materi yang esensial
diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan
rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa
penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nillas, Risha dan Hayatun Nufus. 2016. Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia. Jakarta:
Wahyu Media.
Nofria, Mega. 2015. Pedoman Lengkap Ejaan Yang Disempurnakan. Yogyakarta: Buku Pintar.
Setiyo, Pendi. 2016.Pemakaian Tanda Baca. Diakses dari
Internet, Oktober 2016, https://pendisetiyo.blogspot.co.id/2016/06/pe-
makaian-tanda-baca.html
No comments:
Post a Comment