MAKALAH MORFOLOGI
MORFEM
OLEH
Kelas C
Kelompok 1
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak tertulis. Sehingga
penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya
dan lengkap . Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang merupakan milik bangsa
Indonesia merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam pemersatu bangsa
ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai
dengan kelaziman penggunaannya sehingga dapat diterima oleh semua penggunanya yaitu
tata bahasa yang baku. Tata bahasa baku merupakan bahasa yang menjadi kelancaran
dalam penggunaannya dan tidak bersifa tmengekang bagi bahasa yang bersangkutan.
Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata.Oleh karena itu ilmu
morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk kata yang sangat penting
dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang atas.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian morfologi
dan morfem?
2.
Bagaimana cara mengidentifikasi morfem ?
3.
Apakah pengertian morf, alaomorf dan
kata ?
4.
Apa saja jenis-jenis morfem?
5.
Bagaimana bentuk asal dan bentuk
dasar morfem ?
C.Tujuan
1.
Mengetahui pengertian morfologi
dan morfem.
2.
Mengetahui cara mengidentifikasi
morfem.
3.
Mengetahui pengertian morf, alaomorf dan kata.
4.
Mengetahui jenis-jenis morfem.
5.
Mengetahui bentuk asal dan bentuk dasar morfem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Morfologi
dan Morfem
Morfologi
berasal dari bahasa inggris morphology yang terdiri dari kata Morpheme + logos.
Morph artinya bentuk, logos artinya ilmu. Dalam morfologi meliputi unsur morfem
(termasuk
morfem terikat dan morfem bebas) dan morfo-fonemik. Jadi morfologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata dan pembentukan kata.
Morfem
berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti
membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu satuan gramatikal terkecil yang
memiliki makna. Dengan kata terkecil berarti “satuan” itu tidak dapat
dianalisis menjadi lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya. Contoh : Bentuk berpakaian dapat dianalisis kedalam
satuan-satuan terkecil. Menjadi {ber-}, {pakai}, {-an}. Ketiganya adalah morfem
di mana {ber-} adalah morfem prefiks, {pakai} adalah morfem dasar, dan {-an}
adalah morfem sufiks. Ketiganya juga memiliki makna. Morfem {ber-} dan morfem {-an}
memiliki makna gramatikal, sedangkan morfem {pakai} memiliki makna leksikal.
Perlu di catat dalam konvensi linguistik sebuah bentuk dinyatakan sebagai
morfem ditulis didalam kurung kurawal({...}). Berikut pengertian morfem menurut
beberapa ahli:
·
Morfem adalah satuan gramatikal
terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146).
·
Morfem adalah satuan bahasa terkecil
yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna
yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem
(Kridalaksana, 1993: 141).
·
Morfem adalah kesatuan yang
ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya (Keraf,
1984: 52).
B.
Identifikasi
Morfem
Untuk
menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan kita harus
membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Satuan
bahasa merupakan komposit antara bentuk dan makna. Oleh karena itu, untuk
mnetapkan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan didasarkan pada kriteria
bentuk dan makna itu. Hal-hal berikut dapat dipedomani untuk menentukan morfem
dan bukan morfem itu.
1.
Dua buah bentuk yang berbeda tetapi
memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Umpamanya, kata ayah
dan kata bapak pada kedua kalimat berikut adalah dua
morfem yang berbeda :
a. Ayah pergi ke
Medan.
b. Bapak baru pulang
dari Medan.
2.
Bentuk yang hanya muncul dengan
pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Umpamanya bentuk renta
pada konstruksi tua renta, dan bentuk kuyup pada konstruksi basah
kuyup adalah juga morfem.
3.
Bentuk yang muncul berulang-ulang
pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama adalah juga
merupakan morfem yang sama. Misalnya bentuk baca pada kata-kata berikut
adalah sebuah morfem yang sama .
·
Membaca
·
Pembaca
·
Bacaan
·
Terbaca
4.
Dua bentuk yan sama atau lebih
memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. Umpamanya kata bulan pada kalimat berikut adalah sebuah
morfem yang sama.
a.
Bulan depan dia
akan menikah.
b.
Bulan
November lamanya 30 hari.
5.
Dua bentuk yang sama atau lebih bila
memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata bunga pada kedua kalimat berikut adalah
dua buah morfem yang berbeda.
a.
Bank indonesia memberi bunga 5 persen per tahun.
b.
Dia datang membawa seikat bunga.
6.
Bentuk yang muncul berulang-ulang
pada satuan bahasa yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda
secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama. Umpamanya kata kepala pada kalimat-kalimat berikut
memiliki makna yang berbeda secara polisemi, tetapi tetap merupakan morfem yang
sama.
a.
Ibunya menjadi kepala sekolah di sana.
b.
Nomor teleponnya tertera pada kepala surat itu.
c.
Kepala jarum itu
terbuat dari plastik.
Untuk
membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan
menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika
penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkn dengan
kata dasar itu adalah morfem.
Contoh:
Kata baik
dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan sebagainya. Kata baik
mempunyai arti berbeda dengan kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu
morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat
berupa me- dan morfem bebas berupa baik. Disini akan berbeda arti yang
terkandung di dalamnya.
Morfem –an,
-di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan,
dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang
berbeda dengan makna kata makan.
Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita
harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk
tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut
merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem
diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.
Perhatikan
bentuk meninggalkan yang juga terdapat pada arus ujaran di atas, lalu
bandingkan dengan bentuk-bentuk lain yang ada dalam deret berikut!
meninggalkan
peninggalan
ditinggal
ketinggalan
tertinggal
sepeninggal
Dalam
deretan tersebut terlihat ada bentuk yang sama, yang dapat disegmentasikan dari
bagian unsur-unsur lainnya. Bagian yang sama itu adalah bentuk tinggal atau ninggal. Betuk tinggal
pun adalah sebuah morfem karena dan betuk maknanya sama. Untuk menentukan
sebuah bentuk adalah morfem atau bukan kita harus mngetahui atau mngenal
maknanya. Perhatikan deret berikut!
Menelantarkan
Telantar
Lantaran
Meskipun
bentuk lantar terdapat berulang-ulang
pada deret tersebut, bentuk lantar
adalah bukan bentuk sebuah morfem karena tidak ada maknanya. Lalu, ternyata
juga pula bahwa bentuk menelantarkan
mempunyai hubungan dengan telantar,
tetapi tidak mempunyai hubungan dengan lantaran.
C. Morf, Alomorf dan Kata
1.
Morf
Morf
adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada
kata kenai adalah morf; morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari
morfem, misalnya men- adalah ujud konkret dari meN- yang bersifat abstrak
(Kridalaksana, 1993: 141). Jadi, sederhananya morf itu adalah
nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya.
2.
Alomorf
Alomorf adalah variasi bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan yang dimasukinya, ataubisa juga dikatakan nama untuk bentuk
tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Dengan kata lain alomorf adalah
perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem
tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,
morfem: me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Dalam merumuskan alomorf ini, kita harus tahu lebih dulu morfem terikat apa
yang melekat pada kata dasarnya. Untuk merealisasikan masalah tersebut, maka
harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh-contoh alomorf dibawah ini:
ber-,
ber-
be-
bel-
berjalan
bekerja
belajar
berlari
berenang
-
me-,
me-
men-
mem-
melacak
mendaki
membeli
melarikan
mencari
mempercayai
meng- meny-
mengoreksi
menyapu
menggoreng
menyanyi
pe-
pe-
pen-
pem-
pelari
pendatang
pembeli
penyanyi
pencari
pembanjak
peng- pel-
pengemudi
pelajar
pengendara
pelacur dan sebagainya.
Bentuk
linguistik di atas dapat berwujud morfem, morf, alomorf, kata, bahkan ada yang
lebih tinggi tatarannya yaitu frasa, klausa dan kalimat. Kelompok terakhir ini
tidak dibicarakan pada bab ini. Oleh sebab itu, bentuk-bentuk diatas terdiri
atas satuan-satuan yang lebih kecil dan masih ada hubungan arti.
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama.
Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i}
pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut
kalau sudah diketahui statusnya. Atau biasa dikatakan bahwa anggota
satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang
sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di
dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai
alomorf, entah satu, dua, atau enam buah.
Contohnya, morfem meN- (dibaca: me-nasal): me-, mem- men-, meny-,
meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me-
berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan
/I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk
dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada
bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge-
berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya [menge]+[cat]= mengecat.
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut
disebut alomorf.
Sudah
disebutkan bahwa morfem adalah bentuk yang sama yang terdapat berulang-ulang
dalam satuan bentuk lain. Sekarang perhatikan deretan bentuk berikut:
· melihat – menyanyi
· merasa - menyikat
· membawa - menggali
· membantu - menggoda
· mendengar - mengelas
· menduda - mengetik
Kita lihat ada bentuk-bentuk yang mirip
atau hampir sama, tetapi kita juga tahu bahwa maknanya juga sama. Bentuk-bentuk
itu adalah me- pada melihat dan merasa, mem- pada membawa dan membantu, men-
pada mendengar dan menduda, meny- pada menyanyi dan menyikat, meng- pada
menggali dan menggoda, menge- pada mengelas dan mengetik.
Pertanyaan
kita sekarang apakah me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- itu sebuah
morfem atau bukan, sebab meski maknanya sama tetapi bentuknya tidak persis
sama. Pertanyaan itu bisa dijawab bahwa keenam bentuk itu adalah sebuah morfem,
sebab meskipun bentuknya tidak persis sama, tetapi perbedaannya dapat
dijelaskan secara fonologis.
Bentuk me-
berdistribusi antara lain pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /l/ dan
/r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan
/b/ dan /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya
konsonan /d/ dan /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya konsonan /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya konsonan /g/ dan /k/; bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar
yang ekasuku.
Bentuk-bentuk
realisasi yang berlainan dari morfem yang sama ini disebut alomorf. Jadi,
setiap morfem tentu mempunyai alomorf, enrah satu, entah dua, atau juga enam
buah seperti yang tampak pada data di atas. Selain itu, bisa juga dikatakan
morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf
adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya; sedangkan
alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status
morfemnya.
Sehubungan
dengan alomorf me-, mem-, men-, meny-, meng- , menge- muncul masalah apa nama
morfem untuk alomorf-alomorf itu? dalam tata bahasa tradisional nama yang
digunakan adalah awalan me- dengan penjelasan, awalan me- ini akan mendapat
sengau sesuai dengan lingkungannya. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia dipilih alomorf meng- sebagai nama morfem itu, dengan alasan alomorf
meng- paling banyak distribusinya.
3.
Kata
a.
Pengertian dan Hakikat Kata
Kata adalah satuan
bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas
merupakan kata. Misalnya rumah, penduduk, pendudukan, negara, dari, kepada,
sebagai, tentang, dan sebagainya merupakan kata karena masing-masing
merupakan satu satuan bebas. Selain itu satuan-satuan seperti rumah makan,
kamar mandi, kamar tidur, mata pelajaran, kepala batu, dan sebagainya, meskipun
terdiri dari dua satuan yang bebas, juga termasuk golongan kata, karena
satuan-satuan tersebut memiliki sifat sebagai kata, yang membedakan dirinya
dari frasa.
Istilah kata sering kita dengar dan
sering kita gunakan dan mungkin barangkali kata hampir setiap hari dan setiap
saat selalu kita gunakan dalam setiap kesempatan dan keperluan.
b.
Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan
tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam
mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan
kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk
mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina, dan
lain-lainnya. Yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau
perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang
dibendakan; konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata
dengan kata.
D.
Jenis-jenis
Morfem
1.
Apabila ditinjau dari segi bentuknya
dapat dibedakan menjadi:
a.
Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa
harus dihubungkan dengan morfem lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem
bebas. Misalnya buku, pensil, meja, rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas
dikatakan morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri
dan mempunyai arti. Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu-
ku, me- ja, pen- sil, ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku
tidak mempunyai arti. Dengan demikian bentuk buku, meja, pensil dan rumah tidak
dapat dipecah lagi. Bentuk yang demikian itilah yang disebut morfem bebas.
b.
Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak
mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan
dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta
kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu,
unsur-unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang
tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
Morfem terikat apabila ditinjau dari
segi tempat melekatnya dapat dibedakan menjadi:
Prefiks
(awalan) : me-, ber-,
ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
Infiks (sisipan)
: -em, -el, er-
Sufiks (akhiran)
: -an, -i, -kan, -nya, -man, -wati,
-wan, -nda
Konfiks (gabungan)
: ke+an, pe+an,
per+an, me+kan, di+kan,
me+per+kan, di+per+kan, me+per+i,
di+per+i, ber+kan, ber+an.
me+per+kan, di+per+kan, me+per+i,
di+per+i, ber+kan, ber+an.
Morfem
terikat apabila ditinjau dari asal usulnya, maka dapat dibedakan menjadi :
Morfem terikat asli bahasa Indonesia
; lihat contoh-contoh di atas.
Morfem terikat dari bahasa asing,
misalnya ;
o
Bahasa
Jawa
: tuna, tata, daya, wawan, pramu, sarwa.
o Bahasa Sansekerta
: pra, swa, maha, pri, wan, man, wati
o Bahasa Barat
: is, istis, isme, isasi, if, or, om, us, re, de,
di, en, ab, in, eks, mon.
di, en, ab, in, eks, mon.
o
Bahasa
Arab
: i, wi, ani, ni, iah, at, mun, mat.
2.
Apabila ditinjau dari segi keutuhaannya dapat dibedakan
menjadi:
a. Morfem Utuh, yaitu morfem yang merupakan satu
kesatuan yang utuh.
Misalnya, meja, kursi, rumah,
henti, juang, dan sebagainya.
b. Morfem Terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua
bagian yang terpisah atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu)
merupakan morfem utuh dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam
bahasa Indonesia termasuk morfem terbagi.
3.
Apabila ditinjau dari segi maknanya dapat
dibedakan menjadi:
a.
Morfem Bermakna Leksikal, yaitu
morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri,
tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti
(kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal.
Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan mempunyai
kedudukan yang otonom dalam pertuturan.
b.
Morfem Tak Bermakna Leksikal, yaitu
morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri sebelum
bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya, morfem-morfem afiks
(ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.
4.
Morfem Segmental dan Suprasegmental
Perbedaan morfem segmental dan
suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental
adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat},
{lah}, {sikat}, dan {ber}. Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem
segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh
unsur-unsur suprasegmenntal seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di benua Afrika, setiap verba
selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
5.
Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif, ada
konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa Ø), yaitu
morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa
prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa ”kekosongan”.
· Bentuk tunggal : I have a
book ; I have a sheep
· Bentuk jamak : I have two
books ; I have two sheep
· Kata kini : They call me;
They hit me
· Kata lampau : They called me
; They hit me
Bentuk tunggal untuk book adalah books dan
bentuk jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan
bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak
untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book}
dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak untuk sheepadalah
morfem {sheep} dan morfem {Ø}. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa {Ø}
merupakan salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris.
6.
Morfem Dasar, Dasar, Pangkal, dan Akar
Sebuah morfem dasar dapat menjadi
sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya,
bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu
proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses
morfologi.
Istilah
pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi,
atau proses pembubuhan afiks infleksi. Misalnya, dalam bahasa Inggris
kata books pangkalnya adalah book. Dalam bahasa Indonesia,
kata menangisi pangkalnya adalah tangisi. Akar atau (root) digunakan
untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya,
kata Inggris untouchables akarnya adalah touch.
E. Bentuk Asal dan Bentuk Dasar
Bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi asal Sesuatu kata
kompleks. Misalnya kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai
mendapat bubuhan afiks –an menjadi pakaian, kemudian mendapat bubuhan
afiks –ber menjadi berpakaian.
Bentuk dasar ialah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi
dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. kata berpakaian, misalnya,
terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber- : selanjutnya kata
pakaian terbentuk dari bentuk dasar pakai dengan afiks –an . Kata berkesudahan
terbentuk dari bentuk dasar kesudahan dengan afiks ber-, dan selanjutnya kata
kesudahan terbentuk dari bentuk dasar sudah dengan afiks ke –an.
Bentuk asal selalu berupa bentuk
tunggal, berbeda dengan bentuk dasar, mungkin berupa bentuk dasar, mungkin
berupa bentuk tunggal, misalnya pakai dalam pakaian, sudah dalam kesudahan,
rumah dalam perumahan, pergi dalam berpergian, kata dalam berkata, dan mungkin
pula berupa bentuk kompleks, misalnya pakaian dalam berpakaian, kesudahan dalam
berkesudahan, pemimpin dalam berpemimpin, dan kepemimpinan, berangkat dalam
keberangkatan, alasan dalam beralasan, berhasil dalam keberhasilan, mengerti
dalam dimengerti. tidak mampu dalam ketidakmampuan, sandaran dalam bersandaran,
sinambung dalam kesinambungan.
Contoh
kata memperjualbelikan :
Bentuk asal : jual dan beli
Bentuk dasar : perjualbelikan, jual belikan, jual beli
Bentuk asal : jual dan beli
Bentuk dasar : perjualbelikan, jual belikan, jual beli
Contoh
bentuk dasar yang berupa bentuk tunggal:
lamar pada melamar, buka pada terbuka,kulit pada berkulit buat pada
pembuatan, ajar pada pelajaran.
Contoh bentuk dasar yang berupa bentuk kompleks:
terbelakang pada keterbelakangan ,terbaca pada keterbacaan, berada pada
keberadaan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Morfologi berasal dari bahasa inggris morphology yang
terdiri dari kata Morpheme + logos. Morph artinya bentuk, logos artinya ilmu.
Dalam morfologi meliputi unsure morfem (termasuk morfem terikat dan morfem
bebas) dan morfo-fonemik. Jadi
morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata dan
pembentukan kata. Sedangkan morfem berasal dari kata
“morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti. Jadi
sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem
atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya
dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut bisa hadir secara
berulang-ulang dengan bentuk lain, bentuk tersebut adalah morfem.
Morf adalah anggota morfem yang
belum ditentukan distribusinya, alomorf adalah variasi
bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
dimasukinya, atau bisa juga
dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya dan kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap
satu satuan bebas.
B.
Saran
1.
Dosen
Struktur morfologi sangat
penting untuk pengajaran mahasiswa nanti
setelah turun dimasyarakat , oleh karena itu saat perkuliahan berlangsung di
harapkan dosen memberikan materi secara lebih mendalam.
2. Mahasiswa
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus tentang susunan bagian-bagian
kata, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk
mempelajari morfologi agar dapat memahaminya . Seorang mahasiswa mampu berbicara dengan baik dikerenakan pendidik yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Aliana, Z.A., dkk. 1984. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bilide Dialek
Lembak. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Azis, Abdul. 2007. Morfologi Bahasa Indonesia.Makassar: Badan
Penerbit UNM
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Rineka Cipta
http://bahasa%20indonesia/Kumpulan%20Makalah%20Ilmu%20Bahasa%20%20Deretan%20Morfologik.htm
http://bahasa%20indonesia/Morfologi%20%20Identifikasi%20Morfem,%20Jenis-jenis%20Morfem.htm
http://bahasa%20indonesia/Morfologi%20_%20Desi%20Zulinarti.htm
http://teuku-asrul.blogspot.co.id/2011/02/morvem.html
http://bahasa%20indonesia/Morfologi%20_%20Desi%20Zulinarti.htm
http://teuku-asrul.blogspot.co.id/2011/02/morvem.html
No comments:
Post a Comment