Saturday, January 7, 2017

AFIKSASI BAHASA DAERAH BUGIS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Bahasa Bugis merupakan bahasa penghubung dan merupakan salah satu pendukung kebudayaan daerah yang memiliki sejarah dan tradisi yang cukup tua. Oleh karena itu, bahasa Bugis merupakan alat komunikasi yang tidak kurang pentingnya di daerah Sulawesi Selatan. Setiap bahasa memiliki sistem pembentukan kata tersendiri sebagai mana diuraikan di atas yang kemung-kinan besar berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya. Demikian juga halnya dengan bahasa Bugis. Menurut Mokhtar (2000:220), dalam hal pem-bentukan kata bahasa Bugis mengenal proses afiksasi, reduplikasi dan pema-jemukan. Pembentukan kata tersebut lazim disebut proses morfologis atau proses morfemis.
Proses morfologi yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah pembentukan kata melalui afiksasi. Afiksasi adalah proses pembubuhan apiks pada suatu satuan, baik satuan itu berbentuk tunggal maupun berbentuk kompleks untuk membentuk kata. Proses pembubuhan afik ialah pembubuhan afik pada sesuatu satuan baik itu berupa bentuk tunggal maupun berbentuk kompleks, untuk membentuk kata. Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentuk bagi satua yang lebih besar itu di sini disebut bentuk dasar.dalam pembubuhan afik,bentuk dsar merupakan salah satu dari unsur yang bukan afiks.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1.      Apa sajakah jenis afiks dalam bahasa Bugis?
2.      Bagaimanakah fungsi afiks dalam bahasa Bugis?
3.      Bagaimanakah makna/arti afiks dalam bahasa Bugis?
C.     TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan yaitu sebagai berikut:
1.      Menjelaskan jenis afiks dalam bahasa Bugis.
2.      Menjelaskan fungsi afiks dalam bahasa Bugis.
3.      Menjelaskan makna/arti afiks dalam bahasa Bugis.

BAB II
PEMBAHASAN

            Afiksasi atau pengimbuhan merupakan salah satu proses morfologis, yaitu proses penggabungan kata dasar dengan afiks atau imbuhan. Menurut Abdul Chaer afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Dalam bahasa Bugis terdapat tiga macam afiks, yaitu:
1.      Prefiks atau awalan, yaitu imbuhan yang dilekatkan pada posisi awal kata dasar
2.      Sufiks atau akhiran, yaitu imbuhan yang dilekatkan pada posisi akhir kata dasar
3.      Infiks atau sisipan, yaitu imbuhan yang dilekatkan atau diselipkan pada posisi tengah kata dasar
Di samping jenis afiks tersebut di atas, masih terdapat lagi dua macam afiks, yaitu:
1.      Prefiks rangkap
2.      Konfiks dan afiks apit
Jenis-jenis afiks tersebut di atas, adalah sebagai berikut.
A.    PREFIKS
Dalam bahasa Bugis terdapat prefiks sebagai berikut:
a.       Prefiks tunggal
ma-                        si-                         te-
a-                              ke-                        ba-
pa-                         ka-                        ri- (i-, di-)
po-                         maka-
ta-                          paka-
b.      Prefiks rangkap
mappa- dan appa-                         pasi-
pappa-                                           pappaka-
maqdi- dan mari-                          pari-
ipa-, dipa-, dan ripa-                     mappaka-
1.      Sufiks
-i
-eng atau -ang
2.      Infiks
-ar-
-al-
-am-
3.      Konfiks dan gabungan imbuhan (Afiks apit)
a.       Konfiks
ma-….-eng                              ka-….-eng
a-….-eng                                 assi-….-eng
pa-….-eng                               pa-…..-i
b.      Gabungan imbuhan (Afiks apit)
ri-….-eng
ri-….-i
si-….-eng
            Selanjutnya, afiks tersebut dibahas satu-persatu mengenai bentuk, fungsi, dan artinya masing-masing.
A.    Prefiks
1.      Prefiks ma-
a.       Bentuk prefiks ma-
Prefiks ini mengalami perubahan bentuk menurut fonem awal kata yang dilekatinya.
1.      Apabila prefiks ma- melekat pada bentuk dasar atau kata dasar yang berbunyi atau berfonem awal vokal /a, i, u, ѐ, o, e/, maka prefiks tersebut beralomorf sebagai berikut.
a.       Prefiks ma- beralomorf maN- atau ­maG- apabila melekat pada kata dasar yang berfonem awal fonem /a, i, u, ѐ, o, e/. Huruf kapital N pada maN- dan huruf kapital G pada maG-, masing-masing merupakan simbol fonem nazal dan simbol fonem geminasi (penebalan). Geminasi yang muncul sesuai dengan fonem awal kata dasar. Simbol atau pelambangan ini berlaku untuk uraian selanjutnya.
b.      Prefiks ma- mengalami persandian bila dilekatkan pada kata dasar yang berfonem awal vokal /a, i, u, ѐ, o, e/.
c.       Prefiks ma- beralomorf mar- ­bila kata dasarnya berfonem awal vokal /a, i, u, ѐ, o, e/.
2.      Apabila prefiks ma- melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan /b, c, d, g, j, k, l, m, n, p, r, s, t, w/, maka prefiks tersebut beralomorf sebagai berikut.
a.       ma- beralomorf maG- apabila dilekatkan pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / b, c, d, g, j, k, l, m, n, p, s, t/.
b.      Prefiks ma- beralomorf ma-, maN-, dan maG-, apabila kata dasarnya berfonem awal konsonan /r/
c.       Prefiks ma- beralomorf maG-, bila kata dasarnya berfonem awal konsonan (semi vokal) /w/. Fonem /w/ berubah menjadi fonem /b/.
Contoh-contoh prefiks ma-:
makdeceng „melakukan perbuatan baik‟
makjѐllok „menunjuk‟
makgau-bawang „berbuat zalim‟
marillau „meminta dengan sungguh‟
maremmau „mencium‟
marakka „mengangkat‟
mappoji „memuji‟
makkasiwiang „beribadah‟
massiara „berziarah‟
b.      Fungsi prefiks ma-
Prefiks ma- berfungsi untuk membentuk kata kerja (verba) dan kata sifat (adjektiva). Prefiks {ma–} berfungsi se-bagai pembentuk verba, seperti massi-ara „berziarah‟ dari siara „ziarah serta sebagai pembentuk adjektiva, seperti maputε „dalam keadaan putih‟ dari putε „putih‟.
2.      Prefiks a-
a.       Bentuk prefiks a­-
Prefiks ini mengalami perubahan bentuk menurut fonem awal kata yang dilekatinya.
1.      Apabila prefiks a- melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal /a, i, u, ѐ, o, e/, maka prefiks tersebut beralomorf sebagai berikut.
a.       Prefiks a- beralomorf aN-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal /a, i, u, ѐ, o, e/.
b.      Prefiks a-, di samping yang beralomorf aN-, ada juga yang beralomorf aG- atau ar-.
2.      Apabila prefiks a- melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan /b, c,d, g, k, l, m, n, ng, ny, p, s, t, w/, maka morfem tersebut beralomorf sebagai berikut.
a.       Prefiks a- beralomorf aG-,  bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan /b, c,d, g, k, l, m, n, ng, ny, p, s, t/.
b.      Apabila kata dasar berfonem awal konsonan /r/, mendapat prefiks a-, maka konsonan /r/ berubah menjadi konsonan /d/, sedangkan prefiks ­a- beralomorf aG-. Demikian juga halnya, apabila kata dasar berfonem awal konsonan /w/ mendapat prefiks a-, maka konsonan /w/ berubah menjadi konsonan /b/, sedangkan prefiks a- beralomorf aG- juga.
Contoh-contoh prefiks a-:

akbere „memberi‟
akdararing „bermunajat‟
akjama „bekerja‟
arala „mengambil‟
arillau „meminta‟,
arengngerang „mengingat‟,
apporio „meridhoi‟
attasѐbbe „ber-tasbih‟
b.      Fungsi prefiks a-
Prefiks a- berfungsi membentuk kata kerja, khususnya dalam bentuk perintah, larangan, ajakan, pertanyaan, dan penyangkalan.
Misalnya: amməkkõ „berdiam‟ dari məkkõ „diam
3.      Prefiks pa-
a.       Bentuk prefiks pa-
1.      Jika prefiks pa- melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal /a, i, u, ѐ, o, e/, maka prefiks tersebut beralomorf sebagai berikut.
a.       Prefiks pa- tidak mengalami perubahan bentuk jika melekat pada kata dasar tertentu yang berfonem awal /i, u, ѐ, o, e/.
b.      Prefiks pa- beralomorf dengan paN-, paG-, atau par-, jika melekat pada kata-kata tertentu yang berfonem awal vokal /a, i, u, ѐ, o/.
c.       Prefiks pa- mengalami persandian pada kata dasar yang berfonem awal /a/.
2.      Jika prefiks pa- melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan /b, c, d, r, j, k, l, m, n, ng, ny, p, s, t, w/, maka prefiks tersebut beralomorf sebagai berikut.
a.       Prefiks pa- beralomorf dengan paG, jika melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan /b, c, d, g, j, k, l, m, n, ng, ny, p, s, t/.
b.      Kebermacaman prefiks pa- yang melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan /j/ ada yang beralomorf  pa- (tanpa berubah bentuk), ada yang beralomorf paN- (dalam hal ini fonem /j/ berubah menjadi fonem /c/), dan ada yang beralomorf paG-.
c.       Jika kata dasar berfonem awal konsonan /r/ mendapat prefiks pa-, maka konsonan /r/ berubah menjadi konsonan /d/, sedangkan prefiks pa- beralomorf paG-. Demikian juga halnya, jika kata dasar berfonem awal konsonan /w/ mendapat prefiks pa­-, maka konsonan /w/ berubah menjadi fonem konsonan /b/, sedangkan prefiks pa- beralomorf paG­- juga.
d.      Ditemukan juga prefiks pa- yang tidak berubah bentuk jika melekat pada kata dasar yang berfonem awal /r/ dan /w/.
Contoh-contoh prefiks ­pa­-:
pangellek „orang yang suka mengejek‟
pangolli „orang yang memanggil‟.
pappuasa „orang yang ber-puasa‟
pabbinasa „orang yang membinasakan‟

b.      Fungsi prefiks pa-
Prefiks pa- berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja dari berbagai jenis kata dasar.
1.      Membentuk kata benda dari kata dasar kata kerja dan kata sifat.
Misalnya:
2.      Membentuk kata kerja dari kata dasar kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
Misalnya:
4.      Prefiks po-
a.       Bentuk prefiks po-
Prefiks po- tidak mengalami perubahan bentuk jika melekat pada kata dasar.
Misalnya:
pobaine ‘menjadikan istri’
polakkai ‘menjadikan suami’
poipa ‘menjadikan ipar’
poanaq ‘menjadikan anak’
posiriq ‘menjadikan malu’
b.      Fungsi prefiks po-
Prefiks po- berfungsi membentuk kata kerja.
Misalnya:
porennu ‘menjadikan senang’
porio ‘menjadikan gembira’
pogelli ‘menjadikan marah’
5. Prefiks {makka–}
a.  Prefiks {makka–} tidak mengalami perubahan apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /m/, /t/ dan /s/, seperti makkalo-lok „dalam keadaan merayap‟, mak-kamasε „dalam keadaan penuh kasih sayang‟, makkatokkoŋ „dalam keadaan bangkit‟, makkasolaŋ „da-lam keadaan merusak‟.
b. Fonem akhir /a/ pada prefiks {mak-ka–} lesap apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a/ seperti makkapalak menghapal‟.
Fungsi Prefiks {makka–}
Prefiks {makka–} memiliki fungsi sebagai pembentuk adverbia, contoh: makkarawεŋ „dalam situasi sore hari‟ dari arawεŋ „sore‟ serta se-bagai pembentuk verba, contoh mak-kapalak „menghafal‟ dari apalak „hafal‟.
6. Prefiks {mappa}
a. Prefiks {mappa–} apabila diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/, /d/, /j/, dan /g/ mendapat penambahan fonem /k/ pada bagian akhir seperti mappak-bəllε „menjadikan berbohong‟, mappakdimunri „menjadikan belakang‟, mappakjəllok „menjadikan seseorang menunjuk‟ dan map-pakguna menjadikan sesuatu mem-iliki kegunaan‟.
b. Prefiks {mappa–} apabila dit-ambahkan pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/, /t/, /k/, /c/, /s/, /l/, /m/, dan /n/ maka fonem-fonem tersebut menjadi geminasi seperti mappattarima „menyuruh seseorang menerima‟, dll.
c. Prefiks {mappa–} apabila diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan /p/ mendapat penambahan morfem {ka} pada ba-gian akhir seperti mappakaraja „menjadikan sesuatu be-sar/terhormat‟, dan mappakaponcok „menyebabkan sesuatu menjadi pendek‟
d. Prefiks {mappa–} apabila diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /i/, /ε/, /a/ dan /o/ mendapat penambahan fonem /r/ pada bagian akhir seperti map-parinuŋ „memberikan minuman un-tuk seseorang‟, mapparεŋŋəraŋ „menyuruh seseorang supaya ingat‟, mapparala „menyuruh seseorang mengambil‟, mapparokik „me-nyuruh seseorang menulis‟.
Fungsi Prefiks {mappa}
Prefiks {mappa–} hanya memiliki satu fungsi, yaitu sebagai pembentuk verba, contoh: mappattarima „me-nyuruh seseorang menerima‟ dari tarima „terima‟.

7. Prefiks {pappa–}
a. Prefiks {pappa–} apabila dit-ambahkan pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/ dan /s/ maka fonem-fonem tersebut men-jadi geminasi seperti pappattikək „kewaspadaan‟, dan pappassεllε „pengganti‟.
b. Prefiks {pappa–} apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /g/ dan /d/ mendapat penam-bahan morfem {k} di akhir seperti pappakguru „pelajaran‟ dan pap-pakdiolo „pendahuluan‟.
c. Prefiks {pappa–} apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ mendapat penambahan morfem {ka} di akhir seperti pappakario „yang menyebabkan menjadi gembira‟.
Fungsi Prefiks {pappa–}
Prefiks {pappa–} mempunyai fungsi sebagai pembentuk nomina sep-erti pappakguru „pelajaran‟ dari guru „guru‟
8. Prefiks {si–}
a. Prefiks {si–} apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/, /p/, /r/, /j/, /g/, /s/, /l/ dan /c/ maka tidak mengalami perubahan seperti sitaŋŋa „saling pandang‟, sipasəŋ „saling berpesan‟, sirocak „saling mengacaukan‟, sijanci „sal-ing berjanji‟, sigaukbawaŋ „saling menzalimi‟, sisεkku „satu siku‟, si-lappa „satu ruas/tangga‟ dan sicocok „saling menyetujui/cocok‟.
b. Fonem /i/ pada prefiks {si–} lesap apabila diikuti bentuk dasar berawal dengan fonem /i/ seperti sita „saling melihat/ketemu‟.
Fungsi Prefiks {si–}
Prefiks {si–} dapat bergabung dengan verba, nomina serta ajektiva. Pertama, fungsi prefiks {si–} apabila bergabung dengan verba menjadi ad-verbia seperti sitaŋŋa „saling pandang‟ dari taŋŋa „pandang‟. Kedua, fungsi prefiks {si–} apabila bergabung dengan nomina seperti silampa „satu lembar‟ dari lampa „lembar‟. Ketiga, fungsi prefiks {si–} apabila bergabung dengan ajektiva merubah kelas katanya men-jadi adverbia seperti pada kata sirocak „saling mengacaukan‟ dari rocak „ka-cau/ribut‟.
9. Prefiks {ripa–}
a. Prefiks {ripa–} apabila diikuti ben-tuk dasar yang berawal dengan vokal /i/ tidak mengalami perubahan seperti ripainuŋ „diberikan seseorang minum‟.
b. Prefiks {ripa–} apabila diikuti ben-tuk dasar yang berawal dengan fonem /b/, /d/, /j/, dan /g/ mendapat penambahan fonem /k/ pada bagian akhir seperti ripakbarakkak „dibuat sesuatu memiliki berkah‟, ripakdarariŋ „dijadikan seseorang bermunajat‟, ripakjjəllok „dijadikan seseorang menunjuk‟, ripakguru „dijadikan seseorang berguru/belajar‟.
c. Prefiks {ripa–} apabila diikuti ben-tuk dasar yang berawal dengan fonem /r/, /t/, dan /l/ mendapat penambahan morfem {ka–} pada bagian akhir seperti ripakaraja „di-jadikan sesuatu besar‟, ripakatajaŋ „dijadikan sesuatu jelas‟, ripaka-ləbbi „dijadikan seseorang mulia‟.
d. Prefiks {ripa–} apabila ditambahkan pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/, /k/, /c/, /s/, /m/, /n/, /ñ/, dan /ŋ/ maka fonem-fonem tersebut menjadi geminasi seperti ripakkarεso „dijadikan seseorang bekerja‟, dll.
Fungsi Prefiks {ripa–}
Prefiks {ripa–} dapat berfungsi sebagai pembentuk verba seperti pada kata: ripaccappu „dibuat menjadi ha-bis/dihabiskan‟ dari cappu „habis‟.

Arti atau Makna Prefiks
1. Makna Prefiks {a–}
Prefiks {a} memiliki makna aktif berupa tindakan melakukan sep-erti: akbεre „memberikan‟ dari bεre „beri‟.
2. Makna Prefiks {ma–}
Prefik {ma–} memiliki makna sebagai berikut:
a. Makna aktif berupa tindakan melakukan, seperti (i) mappoji ‘memuji‟ dari poji „puji‟
b. Memakai sesuatu yang disebutkan pada bentuk dasar. Contoh: makgεno „memakai kalung‟ dari gεno „kalung‟.
3. Makna Prefiks {makka–}
Prefiks {makka} memiliki mak-na menyatakan keadaan seperti pada dasarnya seperti contoh: makkalolok „dalam keadaan merayap‟ dari lolok.
4. Makna Prefiks {mappa–}
Prefiks {mappa–} dapat bergabung dengan bentuk dasar verba
dalam proses pembentukan verba dan memiliki makna:
a. Menyatakan makna aktif kausatif (sebab akibat), seperti pada data mappakaponcok „menyebabkan sesuatu menjadi pendek‟
b. Menyatakan tindakan membuat jadi seperti pada contoh: mappakaraja „menjadikan sesuatu/seseorang be-sar/mulia‟
c. Menyatakan tindakan memberi sep-erti pada contoh: mapparinuŋ „memberikan minum‟.

5. Makna Prefiks {pappa–}
Prefiks {pappa–} dapat mem-bentuk makna menyatakan penyebab sehubungan dengan sifat pada kata da-sar, seperti pada kata: pappassalamak „yang menyebabkan menjadi selamat/penyelamat‟ dari salamak „selamat‟.
6. Makna Prefiks {pa–}
Prefiks {pa–} memiliki makna sebagai berikut:
a. Menyatakan alat untuk melakukan tindakan sehubungan dengan da-sarnya seperti pada contoh: pallapi „alat melapis‟
b. Menyatakan pelaku tindakan sehub-ungan dengan kata dasarnya pada contoh: pabbalibəlla „penggunjing‟ dari balibəlla „gunjing‟.
7. Makna Prefiks {si–}
Prefiks {si–} pada prinsipnya memiliki dua makna:
a. Makna yang menyatakan makna saling (dwip-ihak/berbalasan/resiprokal) seperti pada contoh: sitεmpu „saling me-nyuap‟ dari tεmpu
b. Makna yang menyatakan „bilangan satu (tunggal)‟ seperti pada contoh data: silampa „satu lembar‟ dari lampa „lembar‟.
8. Makna Prefiks {ripa–}
Prefiks {ripa–} memiliki mak-na pasif penerima (benefaktif) seperti pada contoh: ripaccappu „dijadikan sesuatu menjadi habis/dihabiskan‟ dari cappu „habis‟.

B. SUFIKS
1. Sufiks {–i}
a. Sufiks {–i} apabila bentuk dasar yang diikutinya berakhir dengan fonem /a/, /ε/, /o/, /u/, /k/ serta /ŋ/ maka tidak mengalami perubahan seperti sompai „sembahlah‟, sukku-ruki „syukurilah‟, dll.
b. Sufiks {–i} apabila bentuk dasar yang diikutinya berakhir dengan vokal /i/, mendapat penambahan fonem /w/ di bagian awal seperti sabbiwi „saksikanlah‟, dll.

2. Sufiks {–əŋ}
a. Fonem /ə/ pada sufiks {–əŋ} lesap apabila bentuk dasar yang diikuti-nya berfonem akhir /a/ seperti doaŋ „alat/sarana berdo‟a‟, dll.
b. Sufiks {–əŋ} apabila bentuk dasar yang diikutinya berfonem akhir vokal /o/ mendapat penambahan fonem /r/ pada bagian awal seperti bo:to:rəŋ „tempat ber-judi/perjudian‟, dll.
c. Sufiks {–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem akhir vokal panjang sesudah konsonan getar /r/ mendapat penambahan fonem /s/

pada bagian awal seperti unru:səŋ „hantaman‟, dll.
d. Sufiks {–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem akhir /ŋ/ serta /k/ maka tidak mengalami perubahan seperti təttoŋəŋ „tempat berdiri‟ dan sujukəŋ „tempat sujud‟.
3. Sufiks {–e}
a. Sufiks {–e} tidak mengalami peru-bahan apabila dasar kata yang diiku-tinya berakhiran vokal /a/, /u/, /i/, /o/ serta konsonan /k/ seperti tubue „tubuh tersebut‟, kubburuke „kubur tersebut‟, dll.
b. Sufiks {–e} mendapat penambahan fonem /w/ pada bagian awal apabila dasar kata yang diikutinya be-rakhiran vokal /ε/ seperti putεwe „yang putih‟
c. Sufiks {–e} mendapat penambahan fonem /ŋ/ pada bagian awal apabila bentuk dasar yang diikutinya be-rakhiran fonem /ŋ/, seperti səmpa-jaŋŋe „shalat itu‟, dll.

Fungsi Sufiks
1. Sufiks {–i}
Sufiks {–i} dapat bergabung dengan beberapa bentuk dasar, yaitu verba, nomina serta ajektiva dengan satu fungsi, yaitu fungsi sebagai pem-bentuk verba, seperti pada kata: bacai „bacalah‟ dari baca „baca‟, səmpajaŋi „shalatkanlah‟ dari səmpajaŋ „shalat‟ dan pəttui „putuskanlah‟ dari pəttu „pu-tus‟.
2. Fungsi Sufiks {–əŋ}
Bentuk dasar yang mendapat tambahan sufiks {–əŋ} mempunyai fungsi sebagai pembentuk nomina sep-erti pada contoh: inuŋəŋ „minuman‟ dari inuŋ „minum‟.
3. Fungsi Sufiks {–e}
Sufiks {–e} sebagaimana diu-raikan sebelumnya memiliki tiga fungsi, yaitu (a) sebagai pembentuk numeralia, contoh: duae „yang dua‟ dari dua „dua‟; (b) sebagai pembentuk pronominal, contoh: səmpajaŋŋe „sha-lat itu‟ dari səmpajaŋ „shalat‟; dan (c) sebagai pembentuk ajektiva, contoh: putεwe „yang putih‟ dari putε „putih‟.

Arti atau Makna Sufiks
1. Makna Sufiks {–i}
Sufiks {–i} yang dapat bergabung dengan bentuk dasar verba, nomina, serta ajektiva semuanya menyatakan makna imperatif seperti pada contoh: tarimai „terimalah‟ dari tarima „terima‟, kubburuki „kuburkan-lah‟ dari kubburuk „kuburan‟ serta pəttui „putuskanlah‟ dari pəttu „putus‟.
2. Makna Sufiks {–əŋ}
Sufiks {–əŋ} mempunyai mak-na sebagai berikut:
a. Menyatakan tempat (lokatif), con-toh: cinongəŋ „tempat berlin-dung/berteduh‟ dari cinoŋ „berteduh‟
b. Menyatakan alat untuk melakukan tindakan sehubungan dengan da-sarnya, seperti lεteŋ„alat menyeber-ang‟ dari lεte „meniti‟.
c. Menyatakan makna penerima (ben-efaktif), contoh: itaŋ „memperlihat-kan sesuatu terhadap seseorang‟ dari ita „lihat‟.

3. Makna Sufiks {–e}
Sufiks {–e} memiliki makna menyatakan hal sehubungan dengan dasarnya seperti pada contoh berikut:
a. surugae „surga itu/tersebut‟ dari suruga „surga‟
b. ranakae „neraka itu/tersebut‟ dari ranaka „neraka‟.

C. KONFIKS
1. Konfiks {a–…–əŋ}
a. Konfiks {a-…-əŋ} tidak mengalami perubahan apabila bentuk dasar ber-fonem akhir /ŋ/ atau /k/ seperti awatangəŋ „kekuatan‟, araddəkəŋ „kekekalan‟, dll.
b. Fonem /ə/ pada konfiks {a–…–əŋ} lesap apabila bentuk dasar berfonem akhir vokal pendek, seperti amateŋ „kematian‟, dll.
c. Penambahan fonem /s/ pada konfiks {a–….–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem akhir vokal panjang yang didahului oleh konsonan /r/ seperti atəru:səŋ „keberanian‟, dll.
d. Penambahan fonem /r/ pada konfiks {a–….–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem akhir vokal panjang dan tidak didahului oleh konsonen /r/ seperti aləbbi:rəŋ „kemuliaan‟, dll
e. Penambahan fonem /ŋ/ pada konfiks {a–….–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem akhir vokal pendek seperti alabaŋəŋ „keberuntungan‟, dll.
2. Konfiks {si–…–əŋ}
a. Konfiks {si–….–əŋ} tidak mengala-mi perubahan apabila bentuk dasar yang diikutinya berfonem akhir /k/ dan /ŋ/, seperti siəttεkəŋ „saling menyahut di antara mereka‟, si-tudaŋəŋ „saling duduk di antara mereka‟, dll.
b. Fonem /ə/ pada konfiks {si–….–əŋ} lesap apabila bentuk dasar yang dii-kutinya berfonem akhir vokal pen-dek, seperti sibaliŋ „saling memban-tu di antara mereka‟.
c. Penambahan fonem /r/ pada konfiks {si–….–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem akhir vokal panjang dan tidak didahului oleh fonem /r/, sep-erti siməkko:rəŋ „saling diam di an-tara mereka‟, dll.
d. Penambahan fonem /s/ pada konfiks {si–….–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem akhir vokal panjang yang didahului oleh fonem /r/, seperti si-so:ro:səŋ „saling mundur di antara mereka‟
e. Morfem {–əŋ} pada konfiks {si–….–əŋ} mendapat penambahan fonem /ŋ/ apabila bentuk dasar yang diiku-tinya berfonem akhir vokal pendek, seperti siəŋkaŋəŋ „saling berdatan-gan di antara mereka‟, dll.
                                  
3. Konfiks {assi–…–əŋ}
a. Konfiks {assi–….–əŋ} tidak men-galami perubahan apabila bentuk dasar yang diikutinya berfonem akhir /ŋ/ dan /k/, seperti assihalla-lakəŋ „yang berhubungan dengan saling menghalalkan‟, assisolaŋəŋ „yang berhubungan saling merusak‟.
b. Fonem /ə/ pada konfiks {assi–….–əŋ} lesap apabila bentuk dasar yang diikutinya berfonem akhir vokal pendek seperti assisεlleŋ „saling bergantian/pergantian‟.
c. Penambahan fonem /r/ pada konfiks {assi–….–əŋ} apabila bentuk dasar

berfonem akhir vokal panjang serta tidak didahului oleh fonem /r/, sep-erti assicappu:rəŋ „berhubungan dengan saling menghabiskan‟.
4. Konfiks {ma–…–i}
a. Konfiks {ma–….–i} tidak mengala-mi perubahan apabila bentuk dasar yang diikutinya berakhiran vokal /a/, /ε/, /o/ dan /u/ serta konsonan /ŋ/ dan /k/ seperti mabεlai „dalam po-sisi jauh‟, mattasəbbεi „dalam keadaan sedang bertasbih‟, dll.
b. Penambahan fonem /w/ pada kon-fiks {ma–….–i} apabila bentuk dasar diakhiri dengan fonem /i/ dan fonem awal menjadi geminasi seperti mappancajiwi „telah menciptakan‟.
5. Konfiks {ma–…–si}
a. Konfiks {ma–….–si} tidak mengalami perubahan apabila bentuk dasar berfonem awal /l/, /c/ dan /r/ seperti malupusi „lapar lagi‟, macakkasi „terang lagi‟ dan maraddəksi „berdiam lagi‟.
b. Konfiks {ma–….–si} apabila ditambahkan pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k/, /t/, /p/, dan /s/ maka fonem-fonem tersebut menjadi geminasi seperti makkədasi „berkata lagi‟, mat-taŋŋasi „memandang lagi‟, mappoji-si „memuji lagi‟ dan massurosi „menyuruh lagi‟.
6. Konfiks {ma–…–ŋəppi}
a. Konfiks {ma–….–ŋəppi} tidak men-galami perubahan apabila bentuk dasar diakhiri dengan fonem /a/, /ε/, /i/, dan /o/, seperti macoraŋəppi „lebih terang‟, maputεŋəppi „lebih putih‟, mawaŋiŋəppi „lebih wangi‟ dan maloppoŋəppi „lebih besar‟.
b. Fonem /ŋ/ pada konfiks {ma–….–ŋəppi} lesap apabila bentuk dasar berfonem akhir /ŋ/, seperti makəssiŋəppi „lebih bagus‟, dll.
7. Konfiks {aŋ–…–əŋ}
a. Konfiks {aŋ–….–əŋ} tidak men-galami perubahan apabila bentuk dasar berfonem awal vokal /a/ dan /i/ serta berakhiran dengan konso-nan /ŋ/ dan /k/ seperti aŋatorokəŋ „hal yang berhubungan pekerjaan mengmengatur/pengaturan‟ dan aŋissəŋəŋ „hal yang berhubungan dengan pengetahuan/pengetahuan‟.
b. Fonem /ə/ pada konfiks {aŋ–….–əŋ} lesap apabila bentuk dasar yang dii-kutinya berfonem awal vokal /ε/ ser-ta berfonem akhir vokal /u/ seperti aŋεmmauŋ „alat mencium‟.
c. Penambahan fonem /s/ pada konfiks {aŋ–….–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem awal vokal /i/ serta ber-fonem akhir vokal panjang yang didahului oleh fonem /r/ seperti aŋi-ro:səŋ „berhubungan dengan hal menghisap/isapan‟.
8. Konfiks {ar–….–əŋ}
a. Konfiks {ar–….–əŋ} tidak men-galami perubahan apabila bentuk dasar berfonem awal vokal /ε/ serta berfonem akhir konsonan /ŋ/ seperti arεŋŋəraŋəŋ „hal yang berhubungan mengingat/ingatan‟.
b. Fonem /ə/ pada konfiks {ar–….–əŋ} lesap apabila bentuk dasar yang dii-kutinya berfonem awal /i/ serta ber-fonem akhir vokal pendek, seperti arillauŋ „permintaan‟.
c. Penambahan fonem /r/ pada konfiks {ar–….–əŋ} apabila bentuk dasar berfonem awal vokal /u/ dan /o/ ser-ta berfonem akhir vokal panjang seperti arulε:rəŋ „alat membawa‟.
9. Konfiks {ma–…–e}
a. Konfiks {ma–….–e} apabila dit-ambahkan pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/, /t/, /l/ dan /p/ maka fonem-fonem tersebut menjadi geminasi seperti massala-wake „yang sedang bershalawat‟, matturue „yang sedang taat‟, dll.
b. Fonem /a/ pada konfiks {ma–….–e} lesap apabila bentuk dasar diawali dengan fonem /a/, seperti maruwae „yang kedelapan‟, dll.
10. Konfiks {pa–….–i}
a. Konfiks {pa–….–i} tidak mengalami perubahan apabila bentuk dasar di-awali oleh fonem /t/, /k/, /r/, /j/, /p/, /l/ dan /m/, seperti pakəssiŋi „bagus-kanlah‟, pamεgai „perbanyaklah‟, dll.
b. Konfiks {pa–….–i} apabila dit-ambahkan pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /n/, /s/, dan /d/ maka fonem-fonem tersebut menjadi geminasi seperti pannən-nuŋi kekalkanlah‟, passεwwai „esa-kanlah‟ dan padduai „duakanlah‟.

Fungsi Konfiks
1. Fungsi Konfiks {a–….–-əŋ}
Konfiks {a–….–əŋ} dapat bergabung dengan bentuk dasar berupa nomina, verba maupun ajektiva dan memiliki satu fungsi, yaitu fungsi se-bagai pembentuk nomina seperti con-toh berikut: (a) akaferεkəŋ „kekafiran‟ dari kafεrek „kafir/orang kafir‟; (b) atəttoŋəŋ „tempat berdiri/pendirian‟ dari təttoŋ „berdiri‟; dan (c) acilakaŋ „kesialan/kecelakaan‟ dari cilaka „celaka‟.
2. Fungsi Konfiks {si–….–əŋ}
Konfiks {si–…..–əŋ} dapat bergabung dengan verba serta adjek-tiva dengan memiliki fungsi sebagai pembentuk verba seperti contoh: (a) sibaliŋ „saling membantu di antara mereka‟ dari bali „bantu/lawan‟; dan (b) siŋaməŋəŋ „saling merasakan ken-yamanan di antara mereka‟ dari ŋaməŋ „nyaman/enak‟.
3. Fungsi Konfiks {assi–……–əŋ}
Konfiks {assi–….–əŋ} dapat bergabung pada bentuk dasar verba serta ajektiva dan memiliki fungsi se-bagai pembentuk nomina seperti con-toh: (a) assipojiŋəŋ „berhubungan dengan saling menyukai‟ dari poji „cinta/suka’; dan (b) assisolaŋəŋ „berhub-ungan dengan saling merusak‟ dari solaŋ „rusak‟.
4. Konfiks {ma–…….–i}
Konfiks {ma–….–i} dapat bergabung dengan verba dan ajek-tivadengan fungsi sebagai pembentuk adverbia. Contoh: marillaui „dalam keadaan sedang meminta‟ dari illau „minta‟.
5. Fungsi Konfiks {ma–…–si
Konfiks {ma–…….–si} mem-iliki satu fungsi, yaitu sebagai pemben-tuk adverbia seperti pada kata: mapu-tεsi „putih lagi‟ dari putε „putih‟.
6. Fungsi Konfiks {ma–…–ŋəppi}

Konfiks {ma–….–ŋəppi} hanya bisa bergabung dengan ajektiva dan berfungsi sebagai pembentuk adverbi-al, contoh: maputεŋəppi „lebih putih‟ dari putε.
7. Fungsi Konfiks {aŋ–……..–əŋ}
Konfiks {aŋ–……–əŋ} dengan sejumlah alomorf yang dimiliki ber-fungsi sebagai pembentuk nomina sep-erti pada kata: aŋatorokəŋ „hal yang berhubungan pekerjaan mengatur‟ dari atorok „atur‟.
8. Fungsi Konfiks {ar–…–əŋ}
Seperti halnya dengan konfiks {an–…–əŋ}, konfiks {ar–…–əŋ} juga berfungsi sebagai pembentuk nomina seperti arεŋŋəraŋəŋ „ingatan/hal yang berhubungan dengan mengingat‟ dari εŋŋəraŋ „ingat‟.
9. Fungsi Konfiks {ma–….–e}
Konfiks {ma–…….–e} dapat bergabung dengan bentuk dasar nu-meralia, verba serta ajektiva dengan fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pembentuk numeralia
Contoh: masεddie „yang kesatu‟ dari sεddi „satu‟
b. Sebagai pembentuk verba
Contoh: maggaukbawaŋe „yang se-dang berbuat zalim‟ dari gaukbawaŋ „zalim‟
c. Sebagai pembentuk ajektiva
Contoh: malləbbaŋe „yang tersebar‟ ləbbaŋ „sebar‟.
10. Fungsi Konfiks {pa–…….–i}
Konfiks {pa–…….–i} memiliki kemampuan untuk bergabung dengan ajektiva, adverbia, numeralia serta ver-ba seperti pada contoh berikut:
a. palləbbai „lebarkanlah‟ dari ləbba „lebar‟
b. paddimunriwi „akhirkanlah‟ dari dimunri „belakang‟
c. passeddiwi „satukanlah‟ dari sεddi „satu‟
d. pakεdoi „gerakkanlah‟ dari kεdo „gerak‟.

Arti atau Makna Konfiks
1. Makna Konfiks {a–...–əŋ}
Konfiks {a–….–əŋ} memiliki makna sebagai berikut:
a. Menyatakan tempat (lokatif), con-toh: akkubburukəŋ „tempat men-guburkan‟ dari kubburuk „kubur‟
b. Menyatakan suatu keadaan. Contoh: alebbirəŋ „hal yang berhubungan dengan kemuliaan‟ dari ləbbi „mulia‟.
2. Makna Konfiks {si–…–əŋ}
Konfiks {si– …–əŋ} yang dapat bergabung dengan verba, nomina serta ajektiva memiliki makna tindakan saling (resiprokal) seperti contoh: siəttεkəŋ „saling menyahut di antara mereka‟ dari əttεk.
3. Makna Konfiks {assi–…–əŋ}
Konfiks {assi– ……–əŋ mem-iliki makna menyatakan hal yang berhubungan dengan dasarnya seperti pada contoh: assisεlleŋ „perganti-an/berhubungan dengan saling ber-gantian‟ dari sεlle „ganti‟.
4. Makna Konfiks {ma–…–i}
Konfiks {ma–……–i} memiliki dua makna, yaitu sebagai berikut:
a. Menyatakan tindakan sedang dil-akukan seperti pada dasarnya. Con-toh: mabbacai „yang sedang mem-baca‟ dari baca „baca‟
b. Keadaan sesuatu sama atau seperti pada dasarnya. Contoh: malupui „dalam keadaan lapar‟ dari lupu „lapar‟.
5. Makna Konfiks {ma–…–si}
Konfiks {ma–…–si} memiliki makna menyatakan tindakan berulang-ulang sehubungan dengan dasarnya seperti contoh: malupusi „lapar lagi‟ dari lupu „lapar‟.
6. Makna Konfiks {ma–…–ŋəppi}
Konfiks {ma–…–ŋəppi} hanya dapat bergabung dengan ajektiva dan memiliki makna keadaan sangat/lebih sehubungan dengan dasarnya seperti pada contoh: makəssiŋəppi „lebih ba-gus‟ dari kəssiŋ „bagus‟.
7. Makna Konfiks {aŋ–…–əŋ}
Konfiks {aŋ–…….. –əŋ} mempunyai makna menyatakan hal berhubungan dengan dasarnya seperti pada contoh: aŋatorokəŋ „hal yang berhubungan pekerjaan mengatur‟ dari atorok „atur‟.
8. Makna Konfiks {ar–…–əŋ}
Sama halnya dengan konfiks {aŋ– –əŋ}, konfiks {ar–…–-əŋ} memiliki makna menyatakan hal serta menyatakan alat seperti contoh: arεŋŋəraŋəŋ „ingatan/hal yang berhub-ungan dengan mengingat‟ dari εŋŋəraŋ.
9 Makna Konfiks {ma–…–e}
Konfiks {ma–……–e} mempu-nyai makna sebagai berikut:
a. Melakukan tindakan sedang seperti pada kata dasar
Contoh: mappaue „yang sedang berkata‟ dari pau „kata‟
b. Menyatakan bilangan urutan sesuai dengan dasarnya
Contoh: maduae „yang kedua‟ dari dua „dua‟
c. Menyatakan hal yang berhubungan dengan dasarnya
Contoh: maputε „dalam keadaan putih‟ dari putε „putih‟.
10. Makna Konfiks {pa–…–i}
Konfiks {pa–…–i} memiliki makna menyatakan tindakan membuat jadi seperti pada contoh: padduai „jad-ikanlah dua‟ dari dua „dua‟.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Jenis afiks yang terdapat dalam bahasa Bugis meliputi prefiks, su-fiks serta konfiks. Adapun jenis-jenis afiks tersebut adalah: (a) pre-fiks terdiri atas delapan prefiks, yai-tu prefiks {a–}, prefiks {ma–}, pre-fiks {makka–}, prefiks {mappa–}, prefiks {pappa}, prefiks {pa}, prefiks {si–} serta prefiks {ripa}; (b) sufiks terdiri atas tiga sufiks, yaitu sufiks {–i}, sufiks {–əŋ} serta sufiks {e}; (c) konfiks terdiri atas
sepuluh konfiks, yaitu konfiks {a–…–əŋ}, konfiks {siəŋ}, konfiks {assiəŋ}, konfiks {mai}, konfiks {masi}, konfiks {maŋəppi}, konfiks {aŋ….əŋ}, konfiks {arəŋ}, konfiks {mae} serta konfiks {pai};
Afiks bahasa Bugis memiliki kemampuan bergabung dengan kata dasar kata benda, kata kerja, kata sifat, adverbial, dan numeralia serta memiliki enam fungsi, yaitu fungsi sebagai pembentuk verba, pembentuk nomina, pembentuk ajektiva, pembentuk numeralia, pembentuk adverbia, pembentuk pronominal.
Dilihat dari segi makna, afiksasi bahasa Bugis dapat menghasilkan dua puluh makna yang berbeda, yaitu makna aktif berupa tindakan melakukan seperti pada kata dasar, memakai sesuatu yang disebutkan dalam bentuk dasar, menyatakan makna aktif kausatif (sebab akibat), tindakan membu-at jadi, tindakan memberi, penyebab terjadinya hal yang tersebut pada kata dasar, menyatakan alat untuk melakukan tindakan sehubungan dengan dasarnya, menyatakan pelaku tindakan sehubungan dengan kata dasarnya, menyatakan makna tindakan saling (dwip-ihak/resiprokal), menyatakan „bilangan satu (tunggal)‟, makna pasif penerima (benefaktif), menya-takan makna imperatif, menyatakan tempat (lokatif).

B.     SARAN
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.







DAFTAR PUSTAKA


Yunus, Fatimah. Bahan Ajar Bahasa Daerah. Universitas Negeri Makassar.

http://fatmawatilinguistik.blogspot.co.id/2015/01/prefiks-bahasa-bugis-dan-
bahasa.html

















1 comment:

  1. Halo..
    Assalamualaikum.
    Perkenalkan saya Yana Afrida Veti dari Universitas Jambi.
    Salam Kenal kak.
    Kalau boleh saya bertanya, tulisan kakak mengenai afiksasi daerah bugis ini apakah dalam bentuk skripsi, artikel atau tugas biasa kak?
    Kebetulan saya sedang menulis skripsi dengan judul Afiksasi Verba Bahasa Bugis dialek Wajo, saya ingin menjadikan tulisan kakak ini sebagai salah satu sumber saya, namun saya perlu menuliskan sumbernya untuk di daftar pustaka itu sebabnya saya bertanya apakah tulisan kakak ini skripsi atau artikel. Mohon jawabannya kak, terima kasih sebelumnya. Wassalamualaikum

    ReplyDelete