BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kesusastraan mempunyai beberapa
bidang. Bidang-bidang itu adalah teori kesustraan, kritik kesusastraan dan
Sejarah Kesusastraan. Lazimnya
sebuah ciptasastra dibagi atas isi
dan bentuk. Bentuk disebut juga
struktur. Perbandingan isi dengan bentuk bukanlah bagaikan isi dengan bungkus.
Di dalam sebuah ciptasastra, isi tidaklah lebih penting dari bentuk. Karena itu
ahli-ahli lebih cenderung menggunakan istilah “struktur” sebagai ganti istilah
“bentuk”. Sebab dengan menggunakan istilah “bentuk” mungkin akan terjadi
penafsiran “isi” lebih penting daripada “bentuk”.
Sebuah ciptasastra yang bernilai ialah
apabila adanya keharmonisan antara isi yang baik dengan struktur yang baik
pula. Apa yang disajikan dan bagaimana menyajikannya adalah dua hal yang
menentukan berhasil tidaknya sebuah ciptasastra. Kemudian faktor-faktor
fantasi, imajinasi dan emosi menentukan pula ciptasastra tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan
tersebut di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Bagaimana tinjauan terhadap sebuah hasil sastra?
2. Bagaimana isi dan struktur cipta sastra?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai
pada
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui sudut tinjauan dalam mempelajari dan meneliti sebuah hasil sastra.
2. Mengetahui
isi dan struktur ciptasastra.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Dua Segi Tinjauan Terhadap Sebuah Hasil Sastra
Ilmu kesusastraan mempunyai beberapa
bidang. Bidang-bidang itu adalah teori kesustraan, kritik kesusastraan dan
Sejarah Kesusastraan.
Ada dua sudut tinjauan dalam
mempelajari dan meneliti sebuah hasil sastra.
1. Tinjauan
menurut segi intrinsik
Segi
intrinsik ialah segi yang membangun
ciptasastra itu dari dalam. Misalnya, hal-hal yang berhubungan dengan struktur.
Seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga
hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat. Juga termasuk ke
dalamnya hal-hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi.
-
Tema dan Amanat
Tema ialah persoalan
yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema merupakan sesuatu yang
menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarangnya yang ditampilkan dalam karya
sastranya. Tema terdiri terdiri dari tema mayor (tema yang sangat menonjol dan
menjadi persoalan) dan tema minor (tema yang tidak menonjol. Tema mayor merupakan tema utama yang sangat
ditekankan dalam membuat karya sastra, sedangkan tema minor adalah tema latar
yang dapat melengkapi tema mayor.
Amanat dalam suatu
karya sastra merupakan pesan positif yang terkandung di dalam sebuah karya
sastra yang diciptakan.
-
Alur (plot)
Alur adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah
cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Alur dalam suatu
karya sastra dapat disebut dengan plot yang merupakan serangkaian kejadian yang
mempunyai hubungan sebab-akibat sehingga menjadi suatu peristiwa yang utuh.
Alur terdiri dari alur awal, alur tikaian, alur gawatan, alur puncak, alur
leraian dan alur akhir yang merupakan puncak cerita. Tahapan alur atau plot terbagi menjadi:
1.
Tahap perkenalan/eksposisi,
adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi
belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran
fisik, dan penggambaran tempat)
2.
Tahap
pertentangan/konflik, adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan
antartokoh.(titik pijak menuju pertentangan selanjutnya)
3.
Tahap penanjakan
konflik, adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan
rumit (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)
4.
Tahap klimaks,
adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak
5.
Tahap
penyelesaian, adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan
tentang nasib para tokoh. Ada pula yang penyelesainnya diserahkan kepada
pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.
-
Pusat pengisahan
karya sastra
Pusat pengisahan karya sastra adalah kisah yang
diceritakan oleh pengarang. Pusat pengisahan bergantung bagaimana penyajian
cerita, namun biasanya pusat pengisahan karya sastra memiliki dua pusat
pengisahan, yaitu pengisahan yang membuat pengarangnya seagai pelaku utama,
atau pusat pengisahan yang membuat pengarang sebgai orang ketiga atau pengamat
cerita.
-
Perwatakan/penokohan
Adalah
bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh. Ada tiga cara untuk melukiskan
watak tokoh.
1.
Analitik, adalah
pengarang langsung menceritakan watak tokoh.
Contoh:
Siapa
yang tak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan cerdas. Meskipun agak pendek
justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa.
2.
Dramatik, adalah
pengarang melukiskan watak tokoh secara tidak langsung. Bisa melalui tempat
tinggal, lingkungan, percakapan/dialog
antartokoh, jalan pikiran tokoh.
3.
Campuran adalah
gabungan antara analitik dan dramatik. Pelaku dalam cerita dapat manusia,
binatang, atau benda-benda mati yang dihidupkan.
2. Tinjauan
menurut segi ekstrinsik
Segi
ekstrinsik ialah segi yang
mempengaruhi ciptasastra itu dari luar atau latar belakang dari penciptaan
ciptasastra itu. Misalnya faktor-faktor politik, ekonomi, sosiologi, sejarah,
ilmu jiwa atau pendidikan. Tinjauan ekstrinsik sifatnya hanyalah membantu
penelitian dan melengkapi tinjauan yang bersifat instrinsik.
Jika terlalu menekankan tinjauan pada segi instrinsik maka
tinjauan bukan lagi tinjauan sastra, tetapi telah berubah menjadi tinjauan
politik, ekonomi, sosial, dan seterusnya. Dengan demikian ciptasatra hanya
merupakan bahan dan objek saja, tidak lagi sebagai pokok bidang ilmu di atas.
B.
Pengertian Isi dan
Struktur
Lazimnya sebuah ciptasastra dibagi atas isi dan bentuk. Bentuk disebut juga struktur. Perbandingan isi dengan
bentuk bukanlah bagaikan isi dengan bungkus. Di dalam sebuah ciptasastra, isi
tidaklah lebih penting dari bentuk. Karena itu ahli-ahli lebih cenderung
menggunakan istilah “struktur” sebagai ganti istilah “bentuk”. Sebab dengan
menggunakan istilah “bentuk” mungkin akan terjadi penafsiran “isi” lebih
penting daripada “bentuk”.
Dengan “isi” dimaksudkan segala
penyampaian ide elemen lingustik yang bertindak sebagai organ yang mengutarakan
isi tersebut. Kejadian atau peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita misalnya,
dapat dimasukkan ke dalam isi. Sedang penyusunan peristiwa-peristiwa tersebut
dapat dimasukkan ke dalam bentuk.
Oleh Idrus, yang berdasarkan pendapat
Benedetto Croce, dikatakan ada tiga jenis isi, yaitu isi formal, isi faktual, dan isi
imitasi. Isi imitasi ialah isi yang diambil alih begitu saja dari
ciptasastra-ciptasatra yang lain. Isi faktual adalah isi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, sebelum dicernakan ke dalam swbuah ciptasastra. Sedang
isi formal adalah isi yang ada di dalam ciptasastra itu sendiri.
Orang sering menyamaratakan antara isi
faktual dengan isi formal. Isi formal kadang-kadang dianggap betul-betul dicari
secara persis di dalam masyarakat. Sehingga orang menghubung-hubungkan antara
peristiwa dan tokoh-tokoh dalam sebuah ciptasastra dengan peristiwa-peristiwa
dan tokoh-tokoh yang sebenarnya ada di dalam masyarakat. Pemikiran tersebut
keliru, karena isi formal (isi yang sudah direncakan di dalam ciptasastra)
adalah hasil fantasi dan imajinasi.
Ke dalam “isi” termasuk: tema dan
amanat. Sedang ke dalam “struktur” (dari cerita-rekaan) termasuk: alur, latar,
pusat pengisahan, penokohan dan gaya bahasa. Antara isi dan struktur punya
kedudukan dan kepentingan yang sama dalam penelitian dan penilaian. Nilai
sebuah ciptasastra tidaklah ditentukan hanyalah oleh isi. Akan tetapi merupakan
hasil dari tinjauan tentang isi dan struktur. Sebuah ciptasastra bernilai baik,
bilamana isi (tema dan amanat) baik dan ditransformir (diungkapkan) ke dalam
suatu struktur yang baik dan artistik (indah).
Sebuah ciptasastra yang bernilai ialah apabila
adanya keharmonisan antara isi yang baik dengan struktur yang baik pula. Apa
yang disajikan dan bagaimana menyajikannya adalah dua hal yang menentukan
berhasil tidaknya sebuah ciptasastra. Kemudian faktor-faktor fantasi, imajinasi
dan emosi menentukan pula ciptasastra tersebut.
Struktur (bentuk) tidaklah sama artinya
dengan bagan, rangka dan konstruksi (bangunan). Pengertian struktur lebih luas
dari itu. Kalau dengan isi dimaksudkan segala apa yang diungkapkan dalam sebuah
ciptasastra, maka dengan struktur dimaksudkan tentang bagaimana cara
mengungkapkannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kesusastraan mempunyai beberapa
bidang. Bidang-bidang itu adalah teori kesustraan, kritik kesusastraan dan
Sejarah Kesusastraan.
Ada dua sudut tinjauan dalam
mempelajari dan meneliti sebuah hasil sastra.
1. Tinjauan
menurut segi intrinsik
2. Tinjauan menurut segi ekstrinsik.
Orang sering
menyamaratakan antara isi faktual dengan isi formal. Isi formal kadang-kadang
dianggap betul-betul dicari secara persis di dalam masyarakat. Sehingga orang
menghubung-hubungkan antara peristiwa dan tokoh-tokoh dalam sebuah ciptasastra
dengan peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh yang sebenarnya ada di dalam
masyarakat. Pemikiran tersebut keliru, karena isi formal (isi yang sudah
direncakan di dalam ciptasastra) adalah hasil fantasi dan imajinasi.
B.
Saran
Saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
penyusunan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ensten, Mursal. 2013. Kesusatraan Pengantar Teori
dan Sejarah. Bandung. Angkasa Bandung.
No comments:
Post a Comment