Mengembalikan Kejayaan Maritim: Mengurai Dimensi Edukatif
Kepada Pemuda di Daerah Pesisir
oleh: Nurhidayah
Sumber gambar: https://geotimes.id/wp-content/uploads/2018/07/BFN_BBMC_Morowali-696x435.jpg
Laut ataupun kelautan tentunya kerap kali bertalian dengan istilah maritim. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pun dijelaskan bahwa maritim berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Jauh sebelum masa kemerdekaan, Indonesia ternyata sudah dikenal dunia sebagai Bangsa yang memiliki peradaban maritim maju. Antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut, tapi bukanlah menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa di Indonesia untuk saling berhubungan. Awal mulanya, kegiatan hanya terbatas pada suatu wilayah teluk kecil atau selat sempit tempat masyarakat lokal menyambung hidup sebagai nelayan, akan tetapi dengan berkembangnya teknologi perkapalan dan pelayaran maka wilayah kegiatannya bisa meluas sampai ke perairan yang lebih jauh. Pelayaran orang laut ini menunjukkan bahwa sejak dahulu kala sudah ada interaksi antara berbagai sistem kelautan di Nusantara. Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Dengan alat navigasi seadanya, nenek moyang kita menjadi pelaut pelaut handal yang menjelajahi untuk mengadakan kontak dan interaksi dengan pihak luar. Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi, pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia telah mampu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar.
Sejarah telah membuktikan bahwa nusantara atau Indonesia sangat disegani bangsa lain karena bukan hanya kekayaan dunia bawah lautnya, tapi juga kekuatan maritimnya. Jauh sebelum Indonesia merdeka, semangat maritim sudah menggelora, bahkan beberapa kerajaan zaman dahulu mampu menguasai lautan dengan armada perang dan kapal dagang yang besar. Namun semangat maritim tersebut menjadi luntur tatkala Indonesia mengalami penjajahan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pola hidup dan orientasi bangsa “dibelokkan” dari orientasi maritim ke orientasi agraris. Namun, dengan semangat kemaritiman yang masih melekat erat dalam jiwa bahari orang nusantara serta mengalir darah bahari pada sejumlah orang Indonesia, akhirnya Indonesia tetap mampu mempertahankan kekuatan maritimnya. Di zaman sekarang telah tergambar bahwa masyarakat pesisir dikenal hampir sama dengan masyarakat kumuh. Peradaban elit dan perkotaan terletak di pusat daratan. Masyarakat pesisir sebagian besar miskin dikelilingi oleh nelayan-nelayan tua dan para pemuda yang enggan “terjun” ke lautan.
Dalam potret lain, pernahkah kita memperhatikan ketika anak-anak disuruh melukis bebas atau mengikuti perlombaan melukis? Hampir semua hasil lukisannya bertema daratan, seperti pemandangan gunung dan hamparan sawah yang indah. Secara gamblang hal ini mengindikasikan bahwa anak-anak itu berjiwa terestris, bukan jiwa bahari. Hal itu bisa terjadi, karena dari generasi ke generasi selama penjajahan kolonial sudah ditanamkan kepada kita bahwa laut itu sangat membahayakan jiwa, karena ombak dan gelombangnya yang ganas, arus yang deras, airnya sangat dalam dan sangat luas dan tidak terlihat tepinya, angin kencang dan badai menghadang pelayaran. Pada hal sesungguhnya kondisi itu hanya terjadi pada waktu tertentu saja dan dapat dihindari berdasarkan fakta empiris atau pengalaman masyarakat secara turun temurun.
Melihat realita yang ada sekarang, maka sudah saatnya kejayaan maritim Indonesia harus dikembalikan. Negara ini sudah ditakdirkan menjadi sebuah negara kepulauan terbesar di dunia. Seharusnya bangsa ini dibangun dengan menggunakan strategi maritim. Jika potensi maritim dioptimalkan, maka Negara Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, salah satu masalah dasar pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan adalah masih rendahnya sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan. Pola pikir masyarakat tentang lautan seperti mimpi buruk. Mindset yang mengatakan bahwa bekerja di sektor maritim tidak akan sesukses di sektor daratan rupanya telah melekat kuat pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Tentu ada yang salah dengan pendidikan bahari di Indonesia.
Semua hanya terletak pada sudut pandang rakyat Indonesia pada dunia kemaritiman bangsa Indonesia. Kita harus membangkitkan semangat bahari bangsa Indonesia yang kini mulai pudar. Memang tidak pada waktu singkat karena menumbuhkembangkan jati diri tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun, hal itu pasti bisa. Memang semua butuh waktu, tapi secara perlahan, kita pasti bisa membuktikan kembali slogan “Jalesveva Jayamahe” yang artinya adalah “di lautan kita jaya.”
Untuk mencapai impian kita bersama, yaitu menjadi negara maju yang sejahtera, semua tidak lepas dari pendidikan. Kurikulum bangsa tentang pentingnya bahari Indonesia perlu dibenahi. Secara kognitif para pemuda khususnya yang ada di pesisir memahami apa fungsi dan peranan laut bagi Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagos). Pemerintah juga seharusnya menjadi regulator dan fasilitator yang baik dengan cara mengoptimalkan potensi kelautan dan kemaritiman Indonesia. Pentingnya penguasaan ilmu dan teknologi kemaritiman agar semakin banyak pemuda yang tertarik untuk berkiprah di bidang kelautan yang secara simultan membangkitkan jiwa bahari mereka.
Melalui pendidikan dapat juga dilakukan proses penyadaran kepada pemuda sehingga terjadi perubahan mental dari tahap kognitif ke tahap psikomotorik. Artinya, proses pendidikan tidak hanya meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang potensi lautan raksasa yang tertidur (kognitif), tetapi juga untuk mendorong mereka bertindak agar bisa membangunkan lautan raksasa yang tertidur itu (psikomotorik). Oleh sebab itu, gagasan dan cita-cita bersama untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia merupakan momen yang tepat untuk membangkitkan jiwa bahari generasi muda, sehingga pendekatan pendidikan maritim harus dikembangkan di tanah air secara berkelanjutan agar tercipta generasi muda yang berjiwa bahari.
Daftar Pustaka:
Dahuri, R. 2013, 13 Desember. “Momentum Mengembalikan Kejayaan Negara Maritim.”, Koran Sindo
Dewan Kelautan Indonesia. 2011. Satukan NKRI Dengan Mewujudkan Negara Maritim Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Lapian, Adrian B. 1992. Sejarah Indonesia, Sejarah Bahari. Disajikan pada Pengukuhan Guru Besar Luar Biasa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Depok, 4 Maret 1992. http://www.beritasatu.com/ekonomi/144599-mewujudkan-indonesia-sebagai-negara-maritim yang-maju.html
No comments:
Post a Comment