A.
Konsep
Morfem
Tata bahasa tradisional tidak mengenal
konsep maupun istilah morfem, sebab morfem bukan merupakan satuan dalam
sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis. konsep
morfem baru diperkenalkan oleh kaum struktualis pada awal abad kedua puluh ini.
Bloomfield dengan bukunya language
(1933). Memberikan defenisi morfem sebagai berikut: “satu bentuk bahasa yang
sebagianya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun juga, baik bunyi maupun
arti, adalah bentuk tunggal atau morfem”. Sebagai contoh kita ambil bentuk
pelaut bahasa Indonesia. Pelaut bukan terdiri dari sebuah morfem karena pe- mempunyai kemiripan dengan pe- dalam pelari, laut mempunyai kemiripan dengan bentuk lautan. Akan tetapi,
jika pelaut kita pisahkan atas pe- dan laut, maka masing-masing tidak mempunyai
kemiripan dengan bentuk yang lain. Jadi, masing-masing adalah sebuah morfem.
Charles F. Hockett, tokoh linguistik Amerika, memberikan defenisi dan metode
penemuan morfem dengan cara yang lebih sederhana. Hockett memberikan defenisi
morfem sebagai berikut: “morfem adalah unsur-unsur yang terkecil yang masing-masing mempunyai
makna dalam tutur sebuah bahasa.” Selanyutnya, beliau memberikan cara yang
mudah untuk menemukan sebuah morfem dalam tutur sebuah bahasa. Kita ambil
kalimat bahasa Indonesia: pemuda-pemuda
yang jangkung belum berkesempatan mandi. Langkah yang ditempuh oleh hockett
ialah pengajuan pertanyaan sebagai berikut: apakah bentuk-bentuk dalam tutur di
atas dapat dipisah-pisahkan atas bentuk-bentuk yang lebih kecil dan
bentuk-bentuk itu dapat dikemukakan kembali dalam tutur yang lain dengan makna lebih
kurang sama atau mirip sama? Jika jawaban kita “ya”, maka itulah morfem-morfem.
Dengan demikian kalimat diatas terdiri atas morfem-morfem.
1. pe- 6.
Belum
2. Muda 7. ber-
3. “ulangan”
8. Sempat
4. Yang
9.
ke-an
5. Jangkung
10. Mandi
Dengan
memberikan perhatian kepada lingkungan akan ternyata contoh-contoh diatas bahwa
ada morfem yang dapat berdiri sendiri, artinya dalam lingkungan yang
kadang-kadang disebut zero environment. Morfem-morfem demikian disebut morfem
bebas, seperti: muda, yang, jngkung,
belum, sempat, mandi, laut. Dan morfem terikat, seperti: pe-, ber-, ke-an,
dan sebagainya.
B.
Dasar-Dasar
Analisis Morfem
Kita
dapat melihat kedudukan sebuah morfem dari berbagai sudut. Ada tiga hal yang
pokok yang di tunjukan dalam hubungan dengan morfem. Pertama, ia mempunyai dan
merupakan satu-satuan yang formal, dan ia mempunyai rupa fonetik; kedua, ia
mempunyai makna; dan ketiga, ia mempunyai peranan sintaksis dalam pembentukan
satuan-satuan gramatikal yang lebih besar. Untuk menentukan sebuah satuan bentuk
adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut didalam kehadirannya
dengan bentuk-bentuk lain, jika bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara
berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.
Sebagai contoh kita ambil bentuk [ketiga], dalam ujaran diatas. Ternyata bentuk
[keseratus duapuluh satu] dapat kita banding-bandingkan dengan bentuk-bentuk
sebagai berikut.
a.1
keseratus duapuluh dua
keseratus
duapuluh tiga
keseratus
duapuluh empat
keseratus
duapuluh lima
keseratus
duapuluh enam
ternyata
juga semua bentuk ke pada daftar di
atas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai makna
yang sama, yaitu menyatakan tingkat atau derajat. Dengan demikian bentuk ke pada daftar di atas, karena merupakan
bentuk terkecil yang berulang-ulang dan mempunyai makna yang sama, bisa disebut
sebagai sebuah morfem. Perhatikan bentuk ke
pada daftar berikut.
a.2
kepasar
kekampus
kedapur
kemasjid
kealun-alun
keterminal
kepelabuhan
ternyata
juga bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan
tersendiri dan juga mempunyai arti yang sama, yaitu menyatakan arah atau
tunjuan. Dengan demikian ke pada daftar tersebut juga adalah sebuah morfem.
Apakah
ke pada deretan keseratus duapuluh
dua dan seterusnya, dengan ke pada
deretan kepasar, dan seterusnya itu merupakan morfem yang sama, atau tidak
sama. Dalam hal ini karena makna bentuk ke
pada keseratus duapuluh dua dan kepasar tidak sama maka kedua ke itu bukanlah morfem yang sama.
Keduanya merupkan dua buah morfem yang berbeda, meskipun bentuknya sama. Jadi,
kesamaan arti dan bentuk merupkan ciri atau indentitas sebuah morfem.
Sekarang
perhatikan bentuk meninggalkan yang
juga terdapat pada arus ujaran diatas; lalu bandingkan dengan bentuk-bentuk
lain yang ada dalam daftar berikut:
a.3 Meninggalkan
Ditinggalkan
Tertinggalan
Peninggalan
Ketinggalan
Sepeninggalan
dari
daftar ternyata ada ternyata ada yang bentuk sama, yang dapat disegmentasikan
dari bagian unsur-unsur lainya. Bagian yang sama itu adalah bentuk tinggal atau ninggal (tentang perubahan bunyi t- menjadi bunyi n- akan
dibicarakan pada bagian lain). Maka, disini pun bentuk tinggal adalah sebuah morfem, karena bentuknya sama dan maknanya
juga sama.
Untuk
menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, kita memang harus mengetahui
atau mengenal maknanya. Perhatikan contoh berikut.
a.4 Menelantarkan
Telantar
Lantaran
kita
lihat, meskipun bentuk lantar terdapat berulang-ulang pada daftar tersebut,
tetapi bentuk lantar itu bukanlah
sebuah morfem karena tidak ada maknanya.
C.
Definisi
Morfem
Setiap
bentuk tunggal, baik termasuk golongan satuan bebas, maupun satuan terikat,
merupakan satuan morfem, satuan bersepeda, terdiri dari dua morfem, yaitu
morfem ber- dan morfem sepeda. Jadi, yang dimaksud morfem
adalah satuan gramatik yang paling kecil, satuan gramatik yang tidak mempunyai
satuan lain sebagai unsurnya.
Menurut
(kridalaksana, 1984). Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara
relative stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih
kecil. Sebagai satuan gramatik bahwa morfem adalah bentuk yang sama, yang
terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk yang lain.
1.
Alomorf
Adalah
variasi bentuk dari suatu morfem disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
dimasukinya (keraf, 1982). Misalnya, morfem ber- dalam bahasa Indonesia, dalam
realisasinya dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk akibat pengaruh
lingkungan yang dimasukanya. Perhatikan contoh dibawah ini.
Morfem
|
Alomorf
|
Contoh
|
ber-
|
ber-
be-
bel-
|
Berlayar
Bersatu
Berdiri
Bekerja
Berambut
Berakit
Belajar
|
2.
Morf
Ujud
konkret atau ujud fonemis dari morfem disebut morf. (kridalaksana, 1984).
Misalnya : ber-, be-, dan bel-, meng-, mem-, men-, meny-, me-, dan menge-.
Prefiks
meng- dalam proses morfologi akan mengalami proses morfonemik seperti contoh di
bawah ini.
Morfem
|
Morf
|
Contoh
|
Meng-
|
Meng-
|
Mengmbil
|
|
Mem-
|
Membabat
|
Men-
|
Menduga
|
|
Meny-
|
Menyadari
|
|
Me-
|
Melatih
|
|
Menge-
|
Mengebom
|
D.
Proses
Morfologik
Proses
morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan yang lain yang
merupakan bentuk dasarnya ( Ramlan, 1983 ). Dalam bahasa Indonesia terdapat
tiga proses morfologik, yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan
proses penggabungan. Ketiga proses morfologik itu akan dibahas sebagai berikut.
1. Proses
pembubuhan afiks (afiksasi)
salah
satu cara membentuk kata dalam bahasa Indonesia adalah pembubuhan afiks
(imbuhan) pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun
bentuk kompleks.
Contoh pembubuhan afiks
bentuk tunggal :
ber- + jalan → berjalan
meng- + tulis → menulis
rapi + -kan → rapikan
gigi
+ -er → gerigi
ber-an
+ lari →
berlarian
ke-an + satu →
kesatuan
contoh
pembubuhan afiks pada bentuk kompleks :
ber- + susah
payah → bersusah
payah
ber- + tanggung
jawab → bertanggung jawab
per-an
+ tanggung jawab → pertanggung
jawaban
didalam bahasa Indonesia didapati
afiksasi-afiksasi seperti dibawah ini :
table
afiks-afiks bahasa indonesia
Prefiks
|
Infiks
|
Sufiks
|
Konfiks
|
meng-
ber-
di-
ter-
peng-
se-
per-
pra-
ke-
a-
maha-
para-
|
-el-
-em-
-er-
|
-kan
-an
-i
-nya
-wan
-wati
-is
-man
-wi
-if
-or
-al
-ik
|
ke-an
per-an
|
Kalau
afiks-afiks yang tersebut pada bagan ditas diteliti ternyata ada diantaranya
yang berasal ( diserap )dari bahasa asing, yaitu: pra-, a-, -wan, -wati, -if,
-or, -al, dan –ik. Afiks-afiksyang diserap bahasa asing itu umumnya belum
mampu keluar dari lingkunganya.
a)
Proses pengulangan
Ialah
pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu biasanya disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Perhatikan contoh dibawah
ini :
Kata ulang
|
Bentuk dasar
|
rumah-rumah
perumahan-perumahan
berjalan-jalan
bolak-balik
|
rumah
perumahan
berjalan
balik
|
Setiap
kata ulang dalam bahasa Indonesia memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti
dibawah ini tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada
satuan (bentuk dasar) yang diulang. Beberapa pakar (linguis) menamakanya kata
ulang semu.
Sia-sia
: tidak ada kata
dasar sia
Alun-alun : tidak ada kata dasar alun
Mondar-mandir : tidak ada kata mondar-mandir
Compang-camping : tidak ada kata compang-camping
Huru-hara : tidak ada kata huru hara
Ramlan
(1983) mengemukakan petunjuk dalam menentukan dalam menentukan bentuk dasar
bagi kata ulang, yaitu
1). Pengulangan pada umumnya tidak megubah
golongan kata
Misalnya:
a). menari-nari (kata kerja) :
bentuk dasarnya menari
b). minum-minuman (kata
benda): bentuk dasarnya minuman
c). cepat-cepat (kata
sifat): bentuk dasarnya cepat
d). empat-empat (kata bilangan):
bentuk dasarnya empat
2).
Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat pada penggunaan bahasa.
Misalnya:
a).
memperkata-katakan : bentuk dasarnya
memperkatakan
b).
mengata-ngatakan : bentuk dasarnya
mengatakan
c).
menyadar-nyadarkan : bentuk dasarnya
menyadarkan
d).
berdesak-desakan : bentuk dasarnya
berdesakkan
Pengulangan
(reduplikasi) dalam bahasa Indonesia ada empat macam, yaitu:
1).
Pengulangan seluruh
Contoh :
Sepeda
→ Sepeda-Sepeda
Buku
→ Buku-Buku
Kebaikan
→ Kebaikan-Kebaikan
Pembangunan
→ Pembangun-Pembangunan
2). Pengulangan sebagian
Contoh
:
Membaca →
Membaca-Baca
Ditarik
→ Ditarik-Tarik
Berjalan
→ Berjalan-Jalan
Tersenyum → Tersenyum-Senyum
Berlarian → Berlari-Larian
Sayuran → Sayur-Sayuran
Kedua → Kedua-Dua
3).
Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Contoh:
Kereta →
kereta-keretaan
Anak → anak-anakan
Rumah →
rumah-rumahan
Orang
→ orang-orangan
4).
Pengulangan dengn perubahan fonem
Contoh:
Balik
→ Bolak-Balik
Gerak
→ Gerak-Gerik
Serba
→ Serba-Serbi
Lauk
→ Lauk-Pauk
Ramah
→ Ramah-Tamah
Sayur
→ Sayur-Mayur
3).
Proses penggabungan kata
Pembentukan
kata-kata bahasa Indonesia, selain melalui proses afiksasi dan reduplikasi, dan
dapat juga dilakukan melalui proses penggabungan kata. Ada tiga bentuk kata
yang dapat diciptakan melalui proses penggabungan kata, yaitu: kata majemuk,
frasa, dan idiom.
a. Kata
majemuk
Adalah
gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai
pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa
Indonesia bersangkutan (kridalaksana, 1984; KBBI, 2005). Contoh:
1.
Verba majemuk dasar:
Jumpa pers
Tatap muka
Terjun payung
2.
Verba majemuk berafiks:
Bertutur sapa
Membalas budi
Memerahpadamkan
3.
nomina majemuk dasar:
lomba
lari
suka
duka
unjuk
rasa
4.
nomina majemuk berafiks:
sekolah menengah
orang terpelajar
pedagang eceran
5.
nomina majemuk dari bentuk bebas dan
bentuk terikat:
infrastruktur
paranormal
pascasarjana (alwi,
dkk. 2003)
b.
frasa
gabungan
dua kata atau lebih yang bersifatnya tidak predikat merupakan bentuk frasa.
Jadi, gabungan kata-kata seperti:
pohon
cemara, mahasiswa baru, dan Negara baru berkembang tergolong frasa.
c.
Idiom
Adalah
kontruksi dari unsur-unsur yang saling memilih masing-masing anggota mempunyai
makna yang ada hanya karena bersama yang lain (kridalaksana 1984).kambing
hitam, hidung belang, dan kerah putih tergolong idiom.
E.
Klasifikasi
Morfem
Dari
uaraian singkat diatas tampak bahwa morfem dapat diklasifikasikan berdasarkan
hubungan antar sesamanya, berdasarkan fungsi, distribusi, dan tipe-tipenya
secara fonemis. Antara lain berdasarkan kebebasanya, keutuhanya, maknanya, dan
sebagai berikut:
a.1
morfem bebas dan morfem terikat
yang
dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain
dapat muncul dalam penutur. Dalam bahasa Indonesia, misalnya bentuk pulang, makan, rumah, bagus, termasuk
morfem bebas. Dapat menggunakan morfem-morfem tersebut tanpa harus terlebih
dahulu menggabungkanya dengan morfem lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan
morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabungkan dulu dengan morfem lain
tidak dapat muncul dalam penutur. Semua afiks bahasa Indonesia adalah morfem
terikat.
a.2
morfem utuh dan morfem terbagi
perbedaan
morfem utuhdan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem
tersebut: morfem utuh, seperti: {meja}, {kursi}, {kecil}, dan{ laut}. Sedangkan
morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang
terpisah. Umpanya pada kata Indonesia kesatuan
terdapat morfem utuh yaitu satu dan satu morfem terbagi yakni {ke-/-an}.
Sehubung
dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia, ada catatan yang perlu
diperhatikan, yaitu:
Pertma:
semua afiks yang disebut konfiks seperti{ ke-/-an}, {ber-/-an}, {per-/-an}, dan
{pe-/-an} adalah morfem terbagi. Bentuk {ber-/-an} bisa merupakn konfiks,
seperti pada bermunculan, dan bermusuhan, tetapi bisa juga bukan konfiks,
seperti: beraturan, dan berpakaian.
Kedua,
dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yakni afiks yang
disispkan ditengah morfem dasar. Misalnya, afiks {-er-} pada kata gerigi,
infiks {-el} pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pada kata gemetar.
a.3
morfem bermakna leksikal dan morfem tidak bermakna leksikal
yang
dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara
interen telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan
morfem lain. Misalnya dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda},
{pergi}, {lari}, dan {merah}. Adalah morfem bermakna leksikal.
Sebaliknya,
morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-pa pada dirinya sendiri.
Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabunganya dengan morfem lain dalam suatu
proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal
adalah morfem-morfem afiks, seperti
{ber-}, {me-}, dan {ter-}.
Kalau kering kerontang? Kata kering bisa digunakan, ttpi kalau hanya kerontang saja tidak bisa. Apakah kedua kata trsebut trmasuk morfem?
ReplyDeleteKalau kering kerontang? Kata kering bisa digunakan, ttpi kalau hanya kerontang saja tidak bisa. Apakah kedua kata trsebut trmasuk morfem?
ReplyDelete